Teori Penyuntingan Teks Landasan Teori

commit to user 17 belum pernah dilakukan sebelumnya. Bila dilihat dari segi bentuk analisis struktur teks dan analisis isi teks, penelitian terhadap teks MATC memang bukanlah untuk yang pertama kalinya. Namun pada dasarnya penelitian terhadap teks MATC dikatakan belum pernah dilakukan sebelumnya dikarenakan dari segi objek penelitiannya merupakan objek yang baru dalam penelitian filologi, yaitu meneliti teks MATC.

B. Landasan Teori

Landasan teori dalam sebuah penelitian dimanfaatkan sebagai tuntunan kerja untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi Sangidu, 2004:105. Teori adalah pernyataan tentang hakikat suatu kenyataan atau fakta. Teori juga diartikan sebagai hubungan antara kenyataan atau fakta tersebut dengan kenyataan atau fakta yang lain dan kebenaran pernyataan tersebut telah diuji melalui metode serta prosedur tertentu Heddy Shri Ahimsa-Putra, 2005:2. Penelitian ini menggunakan beberapa teori yang terbagi dalam dua macam, yaitu teori penyuntingan teks dan teori pengkajian teks. Teori penyuntingan teks adalah teori yang digunakan dalam menyunting sebuah teks dan teori pengkajian teks adalah teori yang digunakan dalam mengkaji isi teks.

1. Teori Penyuntingan Teks

Filologi adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang bertujuan memahami kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik. Salah satu bentuk kegiatan praktis filologi ialah membuat suntingan suatu teks dan mengadakan perbaikan-perbaikan bagian teks yang rusak Bani commit to user 18 Sudardi, 2003:7. Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menghasilkan sebuah suntingan teks. a. Inventarisasi Naskah Inventarisasi naskah adalah usaha dalam melacak keberadaan naskah yang akan dijadikan sumber penelitian. Hal ini dapat dilakukan setelah memperoleh informasi tentang sejumlah naskah dari keseluruhan katalog yang ada. Setelah mendapatkan informasi mengenai sejumlah naskah, langkah penelitian selanjutnya ialah melakukan pencarian terhadap naskah berdasarkan informasi yang telah diperoleh. Ada tiga cara yang dapat ditempuh dalam melakukan pencarian naskah. Tiga cara tersebut yaitu sebagai berikut. 1 Pencarian Naskah di Lapangan Pencarian naskah ini dilakukan langsung di masyarakat dengan cara mendatangi orang-orang yang diduga menyimpan naskah-naskah yang sesuai dengan tujuan penelitian. 2 Pencarian Naskah Melalui Katalog Naskah yang terdaftar dalam katalog naskah adalah naskah-naskah yang dimiliki oleh suatu museum atau lembaga lain. Pencarian naskah melalui katalog dilakukan dengan cara melihat judul dan keterangan- keterangan yang ada di dalam katalog. 3 Artikel-artikel Tentang Naskah Beberapa katalog sering belum lengkap dengan adanya penemuan naskah-naskah baru. Penemuan tersebut sering diinformasikan melalui artikel-artikel atau hasil-hasil penelitian. Untuk itu, inventarisasi naskah commit to user 19 perlu juga dilengkapi dengan pembacaan sejumlah artikel tentang penemuan dan informasi tentang naskah Bani Sudardi, 2003:44 –47. b. Deskripsi Naskah Langkah selanjutnya setelah berhasil menentukan naskah yang akan dijadikan sumber penelitian adalah pendeskripsian naskah. Deskripsi naskah adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk menggambarkan seluk-beluk mengenai naskah yang akan diteliti. Semua naskah dideskripsikan dengan pola yang sama, yaitu nomor naskah, ukuran naskah, keadaan naskah, tulisan naskah, bahasa naskah, kolofon, dan garis besar isi teks Edwar Djamaris, 2002:11. Hal-hal yang dideskripsikan dapat bertambah atau berkurang sesuai dengan kondisi naskah yang diteliti. c. Transliterasi Di dalam pengkajian filologi terdapat tahapan yang disebut transliterasi. Transliterasi yaitu penggantian jenis aksara yang pada umumnya sudah kurang dikenal dengan aksara dari abjad yang lain yang dikenal dengan baik. Sebuah teks lama dibuat transliterasinya karena aksara yang digunakan di dalam teks lama sudah semakin asing bagi orang-orang generasi sekarang, sedangkan teks itu sendiri dianggap masih relevan dan penting untuk dilestarikan Panuti Sudjiman, 1995:99. Edwar Djamaris 2002:19 mengartikan transliterasi sebagai penggantian atau pengalihan huruf demi huruf dari abjad satu ke abjad yang lain. Di samping istilah transliterasi, ada istilah lain yang hampir sama maknanya, yaitu transkripsi. Dalam hal ini transkripsi diartikan sebagai pengubahan teks dari satu ejaan ke ejaan lain. Sebagai contoh, naskah lama commit to user 20 yang ditulis dengan huruf Latin ejaan lama diubah ke ejaan baru yang berlaku sekarang. Transkripsi juga diartikan pengalihan teks lisan ke dalam teks tertulis Edwar Djamaris, 2002:19. Ada dua tugas pokok yang harus dilakukan oleh seorang filolog dalam melakukan transliterasi. Pertama, menjaga kemurnian bahasa lama dalam naskah khususnya penulisan kata dan yang kedua, menyajikan teks sesuai dengan pedoman ejaan yang berlaku sekarang, khususnya teks yang tidak menunjukkan ciri bahasa lama yang dikemukakan dalam tugas pokok pertama Edwar Djamaris, 2002:19 –20. d. Kritik Teks Langkah berikutnya setelah tahap transliterasi adalah melakukan kritik teks. Kata ‘kritik’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu krites yang berarti ‘seorang hakim’, krinein berarti ‘menghakimi’, dan kriterion berarti ‘dasar p enghakiman’. Kritik teks memiliki makna yaitu memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada tempatnya yang tepat. Kegiatan kritik teks bertujuan untuk menghasilkan teks yang sedekat- dekatnya dengan teks aslinya Siti Baroroh Baried, et. al., 1994:61. Kritik teks dalam penelitian filologi dilakukan dengan cara menentukan teks-teks sesuai dengan urutan umur teks sehingga tersusun perkembangan teks dari masa ke masa Bani Sudardi, 2003:82.

2. Teori Pengkajian Teks