commit to user 20
yang ditulis dengan huruf Latin ejaan lama diubah ke ejaan baru yang berlaku sekarang. Transkripsi juga diartikan pengalihan teks lisan ke dalam
teks tertulis Edwar Djamaris, 2002:19. Ada dua tugas pokok yang harus dilakukan oleh seorang filolog dalam
melakukan transliterasi. Pertama, menjaga kemurnian bahasa lama dalam naskah khususnya penulisan kata dan yang kedua, menyajikan teks sesuai
dengan pedoman ejaan yang berlaku sekarang, khususnya teks yang tidak menunjukkan ciri bahasa lama yang dikemukakan dalam tugas pokok
pertama Edwar Djamaris, 2002:19 –20.
d. Kritik Teks Langkah berikutnya setelah tahap transliterasi adalah melakukan kritik
teks. Kata ‘kritik’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu krites yang berarti
‘seorang hakim’, krinein berarti ‘menghakimi’, dan kriterion berarti ‘dasar p
enghakiman’. Kritik teks memiliki makna yaitu memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada tempatnya yang tepat.
Kegiatan kritik teks bertujuan untuk menghasilkan teks yang sedekat- dekatnya dengan teks aslinya Siti Baroroh Baried, et. al., 1994:61. Kritik
teks dalam penelitian filologi dilakukan dengan cara menentukan teks-teks sesuai dengan urutan umur teks sehingga tersusun perkembangan teks dari
masa ke masa Bani Sudardi, 2003:82.
2. Teori Pengkajian Teks
a. Sastra Kitab Sastra kitab merupakan jenis sastra keagamaan yang mencakup suatu
bidang yang luas sekali. Roolvink dalam Liaw Yock Fang, 1993:41
commit to user 21
mengartikan sastra kitab sebagai sastra yang memuat kajian tentang Al- Quran, tafsir, tajwid, rukun Islam, usuludin, fikih, ilmu tasawuf, tarikat,
zikir, rawatib, doa, jimat, risalah, wasiat, dan kitab tib obat-obatan. Menurut Siti Baroroh Baried dalam Sulastin Sutrisno, et. al., 1985:291,
sastra kitab adalah sastra tasawuf yang berkembang di Aceh pada abad ke- 17.
Sastra kitab merupakan sastra yang mengemukakan ajaran Islam yang bersumber pada ilmu fikih, tasawuf, ilmu kalam, dan tarikh serta riwayat
tokoh-tokoh historis Siti Chamamah Soeratno, 1982:149. Dalam penciptaannya, sastra kitab memiliki tujuan untuk menanamkan ajaran
akidah Islam, menguatkan iman, dan meluruskan ajaran yang sesat Siti Chamamah Soeratno, 1982:150.
Di Indonesia, sastra kitab merupakan sastra yang memiliki corak khusus dan tersebar luas bersama penyebaran ajaran Islam. Berdasarkan jenis
sastranya, sastra kitab ada yang berbentuk puisi dan ada yang berbentuk prosa. Keduanya mempunyai bentuk formal dan struktur yang berbeda.
Dalam Sastra Melayu, sastra kitab dalam bentuk puisi ditulis dalam bentuk syair dan sastra kitab yang berbentuk prosa memiliki konvensi sendiri yang
terlihat dalam strukturnya Siti Chamamah Soeratno, 1982:150 –151.
b. Struktur Sastra Kitab Di samping memiliki corak khusus, sastra kitab sebagai salah satu
ragam sastra Islam juga memiliki sifat-sifat khusus yang lain. Sifat-sifat khusus tersebut tampak dalam struktur penceritaan dan pemakaian bahasa
Siti Chamamah Soeratno, 1982:152. Adapun yang dimaksud dengan
commit to user 22
struktur di sini adalah struktur narasi, bukan struktur norma-norma yang lain sebagaimana dikemukakan oleh Rene Wellek, yaitu bahwa karya sastra
merupakan struktur norma-norma 1976:150 –151 dalam Siti Chamamah
Soeratno, 1982:151. Struktur narasi sastra kitab adalah struktur penyajian teks, sama halnya
dengan struktur penceritaan dalam sastra fiksi yang berupa plot atau alur. Alur adalah struktur penceritaan Wellek, 1976:216 dalam Siti Chamamah
Soeratno, 1982:152. Struktur narasi atau disebut juga dengan struktur penyajian, dalam sastra kitab pada umumnya menunjukkan struktur yang
tetap. Struktur tersebut tampak pada pembagian sebagai berikut. I. Pendahuluan
A. 1. Doa dan seruan 2. Ajaran taqwa bagi pembaca
3. Selawat kepada Nabi Muhammad saw. B. Kata
wa ba’du. C. Kepengarangan
1. Nama pengarang 2. Motivasi penulisan karangan
3. Judul karangan Dalam pendahuluan, teks ditulis dalam bahasa Arab dan diterjemahkan
secara interlinier. II. Isi
Berupa uraian masalah yang dibahas. Pada umumnya dibagi dalam bab- bab serta pasal-pasal.
commit to user 23
III. Penutup A. 1. Doa penutup kepada Tuhan Allah SWT. dalam bahasa Arab yang
diikuti terjemahannya dalam bahasa Melayu. 2. Selawat kepada Nabi beserta keluarganya dalam bahasa Arab.
B. Kata tammat Siti Chamamah Soeratno, 1982:209
–210. c. Tasawuf
1 Pengertian Tasawuf Secara etimologis, tasawuf diperkirakan berasal dari berbagai kata
di antaranya: Ibnu Shauf, shufah, shafa, sophia, shuffah, dan shuf. Adapun arti kata-kata tersebut adalah sebagai berikut. Ibnu Shauf adalah
gelar yang diberikan terhadap seorang Arab saleh yang selalu mengasingkan diri di dekat Ka’bah dengan tujuan mendekatkan diri
kepada Tuhan. Shufah adalah nama surat ijazah bagi orang yang melakukan ibadah haji. Hal ini dapat dihubungkan dengan kebiasaan
perguruan tarekat, yaitu setelah mencapai tataran tertentu, murid perguruan tersebut akan memperoleh ijazah dari gurunya. Shafa berarti
bersih atau suci. Sophia adalah kata Yunani yang berarti hikmah atau kebijaksanaan. Shuffah adalah nama suatu ruangan di dekat masjid
Madinah tempat Nabi Muhammad saw. memberikan pelajaran agama terhadap para sahabatnya. Shuf berarti bulu kambing. Pakaian yang
dibuat dari bahan bulu kambing biasa disebut pakaian shuf, yaitu pakaian yang biasa dipakai oleh orang sufi Zaki Mubarak dalam Abubakar Aceh,
1984:25 –26 dalam Istadiyantha, 2002:396–397.
commit to user 24
Istilah tasawuf diartikan sebagai suatu usaha pendekatan diri kepada Allah secara bersungguh-sungguh berdasarkan Al-Quran dan
Hadits. Cara pendekatan yang ditempuh adalah dengan membersihkan diri dari segala dosa dan perbuatan tercela, serta menghiasi perbuatannya
itu dengan budi pekerti yang terpuji Istadiyantha, 2002:398. 2 Macam-macam Aliran Tasawuf
Secara garis besar, aliran tasawuf dibagi menjadi dua macam. a Aliran
Wahdatu ’l-Wujud Wahdatu
’l-Wujud adalah suatu aliran tasawuf yang memandang bahwa manusia itu berasal dari Tuhan dan dapat bersatu
atau mencapai penghayatan kesatuan dengan Tuhan Simuh, 1985:72; Asjwadie Sjukur, 1978:58 dalam Istadiyantha, 2002:398. Wahdatu
’l-Wujud berarti kesatuan wujud, kesatuan semesta. Alam dan Allah adalah dua bentuk dalam satu hakikat, satu substansi, yakni zat Allah
SWT Asmaran As., 2002:402. b Aliran
Wahdatu ’sy-Syuhud Wahdat
u ’sy-Syuhud adalah suatu aliran tasawuf yang masih mempertahankan adanya perbedaan yang esensial antara manusia
sebagai makhluk dan Tuhan sebagai pencipta makhluk Simuh, 1985:72; Asjwadie Sjukur, 1978:58 dalam Istadiyantha, 2002:399.
Wahdatu ’sy-Syuhud berarti kesatuan penyaksian, yakni penyaksian Wujud yang Tunggal dalam kesegalaan. Di dalamnya, seorang
menempuh jalan sufi menyaksikan segala sesuatu dengan mata kesatuan Asmaran As., 2002:402.
commit to user 25
3 Isi Pokok Ajaran Tasawuf a Tasawuf Akhlaki
Pada tahap awal memasuki kehidupan tasawuf, seorang murid diharuskan melakukan amalan dan latihan kerohanian yang cukup
berat. Tujuannya adalah untuk menguasai hawa nafsu dalam rangka pembersihan jiwa untuk dapat berada di hadirat Allah Asmaran As.,
2002:68. Tindakan manusia yang sering dikendalikan oleh hawa nafsu dalam mengejar kehidupan duniawi merupakan tabir
penghalang antara manusia dan Tuhan. Sebagai usaha menyingkap tabir yang membatasi manusia dengan Tuhan, ahli tasawuf membuat
suatu sistem ajaran yang tersusun atas tiga tingkat. Sistem tersebut terdiri dari takhalli, tahalli, dan tajalli Asmaran As., 2002:68.
Takhalli berarti membersihkan diri dari sifat-sifat tercela. Di antara sifat-sifat tercela yang mengotori hati manusia ialah dengki,
rasa mendongkol, buruk sangka, sombong, membanggakan diri, pamer, kikir, dan pemarah. Takhalli juga berarti mengosongkan diri
dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi. Tahalli adalah fase setelah takhalli yaitu mengisi diri dengan sifat-sifat
terpuji. Tahalli merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan pada tahap takhalli. Dengan kata lain, sesudah tahap
pembersihan diri dari sifat-sifat tercela takhalli, usaha itu harus berlanjut ke tahap berikutnya yaitu pengisian diri dengan sifat-sifat
terpuji tahalli. Tajalli merupakan pemantapan dan pendalaman
commit to user 26
materi yang telah dilalui pada fase tahalli. Tajalli berarti terungkapnya nur gaib untuk hati Asmaran As., 2002:68
–73. Apabila jiwa telah terisi dengan sifat-sifat yang mulia dan
organ-organ tubuh sudah terbiasa melakukan amal saleh dan perbuatan luhur, maka untuk selanjutnya agar hasil yang sudah
diperoleh itu tidak berkurang, maka diperlukan penghayatan rasa ketuhanan. Untuk melestarikan dan memperdalam rasa ketuhanan,
ada beberapa cara yang diajarkan kaum sufi, antara lain: munajat; muraqabah dan muhasabah; memperbanyak wirid dan zikir;
mengingat mati; dan tafakkur Asmaran As., 2002:76 –90.
b Tasawuf Amali Tasawuf amali merupakan lanjutan dari tasawuf akhlaki, karena
seseorang tidak bisa dekat dengan Tuhan dengan amalan yang ia kerjakan sebelum ia membersihkan jiwanya. Jiwa yang bersih
merupakan syarat utama untuk bisa kembali kepada Tuhan. Ada beberapa istilah yang merupakan tahapan pelaksanaan ajaran tasawuf
sebagai upaya mendekatkan diri kepada Tuhan. Pelaksanaan ajaran tasawuf dilaksanakan melalui empat tahap yaitu syariat, tariqat,
hakikat, dan makrifat Asmaran As., 2002:95 –104.
4 Tahapan dalam Pelaksanaan Ajaran Tasawuf Pelaksanaan ajaran tasawuf dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu
tahap pelaksanaan syariat, tahap pengamalan tarekat, tahap pencapaian tingkat hakikat, dan tahap pemerolehan makrifat Istadiyantha,
2002:401.
commit to user 27
a Syariat Syariat adalah peraturan yang ditetapkan Tuhan bagi manusia
berupa hukum-hukum yang disampaikan oleh rasul-Nya. Peraturan yang berupa hukum tersebut berhubungan dengan keyakinan, ibadah,
dan muamalah Hassan Shadily, 1984:3405 dalam Istadiyantha, 2002:401.
b Tarekat Tarekat berarti jalan, cara, atau aliran tertentu Al-
Yasul’i, 1956:465 dalam Istadiyantha, 2002:402. Selain itu menurut
Lembaga Ilmiah Metafisika dan Tasauf Islam, tarekat adalah jalan atau cara pelaksanaan teknis untuk mendekat kepada Tuhan dengan
pimpinan seorang guru atau mursyid 1985:21 dalam Istadiyantha, 2002:402. Mursyid adalah orang yang memiliki hubungan silsilah
dengan guru-guru sebelumnya hingga sampai kepada Nabi Muhammad saw. Pengertian silsilah di sini bukan berarti silsilah
yang menunjukkan hubungan keturunan tetapi menunjukkan kepada hubungan penurunan ilmu tarekat dari satu guru kepada guru tarekat
yang lain Istadiyantha, 2002: 402 c Hakikat
Hakikat berasal dari istilah Arab haqiqatun yang berarti ‘kebenaran’. Selain itu dapat pula dihubungkan dengan kata haq yang
juga berarti ‘kebenaran’ dan ’l-Haqq berarti ‘Tuhan’. Hakikat menurut istilah sufi diartikan sebagai suatu kebenaran yang
berhubungan dengan masalah ketuhanan Istadiyantha, 2002:402.
commit to user 28
d Makrifat Makrifat dapat dihubungkan dengan kata Arab
ma’rifatun yang berarti ‘pengetahuan’, ‘pengenalan’. Arif artinya ‘orang yang
mengetahui’, ‘yang mengenal’ Marbawy, 1935:17 dalam Istadiyantha, 2002:403. Makrifat dalam konsep tasawuf diartikan
sebagai pengenalan
tentang kemahabesaran
Tuhan dengan
penghayatan batin melalui kesungguhan dalam peribadatan Istadiyantha, 2002:403.
B. Kerangka Pikir