probabilitas F statistik pada persamaan regresi untuk variabel dependen volume
permintaan ekspor CPO Indonesia memiliki nilai 0.0000 yang lebih kecil dari taraf nyatanya 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
setidaknya satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap volume
permintaan ekspor CPO Indonesia.
b. Uji-t
Pada persamaan regresi volume permintaan ekspor CPO Indonesia, ditunjukkan bahwa variabel independen yakni black campaign, nilai tukar riil
rupiah terhadap mata uang negara importir, harga ekspor CPO Indonesia ke negara tujuan, harga minyak kedelai internasional dan GDP riil perkapita
negara importir memiliki nilai probabilitas lebih kecil daripada taraf nyata 10. Hal ini berarti bahwa variabel independen tersebut secara individu
berpengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor CPO Indonesia.
c. Uji
Pada persamaan regresi untuk variabel volume permintaan ekspor CPO Indonesia, didapatkan nilai R-squared sebesar 96.89. Nilai ini menunjukkan
bahwa 96.89 perubahan variabel dependen volume ekspor CPO Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel independen nilai tukar riil rupiah terhadap mata
uang negara importir, GDP riil perkapita negara importir, harga ekspor CPO Indonesia ke negara tujuan, harga internasional CPO, harga internasional
minyak kedelai dan black campaign, sedangkan sisanya yaitu 3.11 dijelaskan oleh faktor lain di luar model.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Volume Ekspor
CPO Indonesia Menurut Hasil Analisis Panel Data a.
Harga Internasional CPO di Pasar Dunia
Berdasarkan hasil
analisis permintaan
ekspor CPO
Indonesia menggunakan regresi data panel diperoleh nilai P value harga internasional
CPO sebesar 0.19 yang berarti tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan volume
ekspor CPO Indonesia pada taraf nyata sepuluh persen.
b. Black Campaign
Berdasarkan hasil
analisis permintaan
ekspor CPO
Indonesia menggunakan regresi data panel diperoleh nilai P value black campaign
sebesar 0.08 yang berarti berpengaruh nyata terhadap volume permintaan ekspor CPO Indonesia pada taraf nyata sepuluh persen. Memiliki koefisien
variabel yang bernilai 0.27 dan bernilai negatif sesuai hipotesis. Artinya jika black campaign
meningkat sebesar satu persen maka akan menurunkan volume
permintaan ekspor CPO sebesar 0.27, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Roberto Akyuwen dan
Arifin Indra pada 2011 yang mendapatkan hasil bahwa black campaign berpengaruh negatif terhadap volume ekspor CPO. Oleh karena itu,
pentingnya penerapan industri kelapa sawit yang berkelanjutan dan melakukan klaim bahwa CPO Indonesia sesuai dengan standar mutu
internasional agar Indonesia dapat terbebas dari dampak black campaign.
c. Harga Internasional Minyak Kedelai Soybean Oil di Pasar Dunia
Berdasarkan hasil
analisis permintaan
ekspor CPO
Indonesia menggunakan regresi data panel diperoleh nilai P value harga internasional
minyak kedelai sebesar 0.04 berarti berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor CPO Indonesia pada taraf nyata sepuluh persen. Memiliki koefisiem
variabel yang bernilai 1.06 dan bernilai positif sesuai hipotesis. Artinya, jika harga internasional minyak kedelai soybean oil meningkat sebesar satu
persen akan meningkatkan volume permintaan ekspor CPO sebesar 1.06, ceteris paribus
. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Roberto Akyuwen dan Arifin Indra pada 2011 yang mendapatkan hasil
bahwa harga internasional minyak kedelai berpengaruh secara positif terhadap volume
ekspor CPO. Minyak kedelai adalah komoditas minyak nabati substitusi dari CPO dimana banyak dihasilkan oleh negara-negara barat.
d. Harga Ekspor CPO Indonesia ke Negara Tujuan
Variabel harga ekspor CPO Indonesia ke negara tujuan berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap volume ekspor CPO Indonesia pada taraf nyata
sepuluh persen dengan P value sebesar 0.00. Hasil uji tersebut sesuai dengan hipotesis. Dari hasil analisis permintaan ekspor CPO Indonesia diketahui
bahwa variabel harga ekspor CPO Indonesia ke negara tujuan koefisien variabelnya bernilai negatif sebesar 0.06. Artinya, jika harga ekspor CPO
Indonesia ke negara tujuan meningkat sebesar satu persen akan menurunkan volume
permintaan ekspor CPO sebesar 0.06, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Roberto Akyuwen dan Arifin
Indra pada 2011 yang mendapatkan hasil bahwa harga ekspor CPO Indonesia berpengaruh secara positif terhadap volume ekspor CPO Indonesia.
Peningkatan harga ekspor CPO dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah harga internasional CPO dan kondisi perekonomian global.
e. GDP Riil Perkapita Negara Importir
Dari hasil analisis permintaan volume ekspor CPO dapat diketahui bahwa variabel GDP riil per kapita negara importir berpengaruh nyata pada taraf
nyata sepuluh persen dengan P value sebesar 0.00. Koefisien variabel GDP riil perkapita negara importir sebesar 2.29 menunjukkan bahwa jika GDP riil per
kapita negara importir meningkat sebesar satu persen akan meningkatkan volume
permintaan ekspor CPO Indonesia sebesar 2.29, ceteris paribus. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis yang telah dikemukakan bahwa GDP riil per
kapita negara importir berpengaruh positif terhadap volume permintaan ekspor CPO Indonesia. Terjadinya krisis global pada 2008 menyebabkan menurunnya
daya beli pada sejumlah importir CPO, tidak hanya negara-negara barat namun juga negara-negara di Asia yang terkena dampak dari krisis global
tersebut.
f. Nilai Tukar Riil Rupiah Terhadap Mata Uang Negara Importir
Hasil analisis permintaan ekspor CPO Indonesia diperoleh variabel nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara importir berpengaruh signifikan
pada taraf nyata sepuluh persen dengan P value sebesar 0.00. Dalam hipotesis, telah dikemukakan bahwa nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang
negara importir memiliki hubungan negatif, artinya jika nilai tukar riil rupiah terapresiasi maka akan menyebabkan volume permintaan ekspor CPO
Indonesia menurun. Koefisien variabel sebesar 0.32 yang artinya bila terjadi