Subsidi Ekspor Analisis Dampak Black Campaign Minyak Kelapa Sawit (CPO) Terhadap Volume Ekspor CPO Indonesia
minyak sawit di India. Perkembangan dalam keanggotaan perusahaan India di RSPO membuktikan bahwa di Asia tengah tumbuh kesadaran dan kebutuhan agar
industri minyak sawit bergerak menuju industri yang bekelanjutan.
Di Indonesia pun berdiri pedoman mengenai industri kelapa sawit berkelanjutan yang disebut dengan Indonesian Sustainable Palm Oil ISPO.
ISPO menjadi dasar dalam mendorong usaha perkebunan kelapa sawit memenuhi kewajibannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, melindungi dan
mempromosikan usaha perkebunan kelapa sawit Indonesia yang berkelanjutan sesuai dengan tuntutan pasar internasional lampiran 12. ISPO memiliki
peraturan mengikat untuk semua pelaku industri kelapa sawit Indonesia dibawah peraturan menteri pertanian Nomor 19PermentanOT.14032011.
Black Campaign Terhadap Minyak Kelapa Sawit
Indonesia adalah salah satu produsen dan pengekspor CPO terbesar di dunia. Energi biodiesel adalah salah satu energi alternatif pengganti energi tidak
terbaharui, dimana bahan baku utamanya adalah minyak mentah kelapa sawit atau lebih dikenal dengan nama Crude Palm Oil CPO. Hal ini dapat merupakan salah
satu faktor paling berpengaruh penyebab tingginya permintaan kelapa sawit di pasar dunia. Namun, dalam perdagangan internasional, konsumen yang memilih
untuk membeli CPO sensitif terhadap berbagai isu negatif atau kampanye hitam black campaign. Isu yang mengemuka adalah produksi kelapa sawit yang terus
mengalami peningkatan di Indonesia dan Malaysia telah menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, antara lain konversi lahan dari hutan tropis,
pemusnahan beberapa spesies, efek rumah kaca dan perubahan iklim. Isu-isu ini berdampak pada tidak stabilnya harga CPO dunia Syaukat 2010; Widodo et al.
2010. Mulai tahun 2011, Uni Eropa EU memberlakukan EU Directive mengenai ketentuan emisi rumah kaca. Dalam aturan ini disebutkan bahwa EU
tidak boleh mengimpor CPO untuk biofuel karena komoditas ini dianggap tidak memenuhi ketentuan pembatasan emisi, akibatnya CPO tidak bisa masuk ke pasar
Uni Eropa ICN 2009a.
Greenpeace 2007 menggunakan istilah “How The Palm Oil Industry Is
Cooking The Climate ” untuk merujuk pada pengertian bagaimana persediaan
karbon lahan gambut Indonesia sedang dihabiskan melalui pengembangan minyak kelapa sawit. Permasalahan utama pengembangan kelapa sawit sebenarnya tidak
hanya isu lingkungan. Pada mulanya negara-negara barat terutama Eropa dan Amerika membuat kampanye negatif black campaign dengan menyatakan
bahwa minyak kelapa sawit tidak baik untuk kesehatan. Misalnya, Center for Science in the Public Interest
CSPI di Amerika Serikat pada tahun 2005 mengemukakan bahwa minyak kelapa sawit dapat menimbulkan serangan jantung
karena mengandung lemak jenuh yang tinggi Brown dan Jacobson 2005. Demikian pula dengan World Health Organization yang telah menyarankan untuk
mengurangi konsumsi minyak kelapa sawit karena berpotensi menimbulkan cardiovascular diseases
. Hal ini dapat diindikasikan menjadi hambatan non-tarif bagi perdagangan CPO Indonesia ke Uni Eropa dan Amerika Serikat. Bila
dibandingkan dengan kedelai, kelapa sawit 9,5 sampai 10 kali lebih baik dalam menghasilkan minyak nabati dari tiap satu hektarnya Oil World 2010.
Kampanye negatif ini diindikasikan merupakan ‘perang dagang’ karena
terjadinya pergeseran penggunaan sumber minyak nabati: dari minyak jagung, minyak kedelai, minyak biji matahari, dan minyak canola ke minyak kelapa sawit.
Peningkatan produksi dan konsumsi minyak kelapa sawit di seluruh dunia telah mengurangi permintaan terhadap minyak nabati konvensional yang selama ini
dihasilkan sebagian besar oleh negara-negara barat. Dari aspek produksi, minyak kelapa sawit memiliki biaya produksi yang paling rendah, mengingat tingginya
produktivitas kelapa sawit per satuan luas serta rendahnya biaya pemeliharaan tanaman Syaukat 2010.
Penelitian Terdahulu
Rustam Efendi dan Sawitriyadi 2009 melakukan penelitian mengenai faktor-faktor penentu ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia. Variabel yang
digunakan adalah nilai tukar rupiah, harga luar negeri dan harga relatif. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa time series secara tahunan dari
tahun 1990 hingga tahun 2008. Model atau peralatan analisis dalam penelitian ini adalah regresi linier. Hasil estimasi menunjukkan bahwa dari tiga variabel yang
digunakan,
jika
yang diuji adalah variabel nilai tukar dan harga luar negeri maka ditemui adanya signifikansi pengaruh keduanya terhadap ekspor CPO.
Sebaliknya, jika yang digunakan adalah harga relatif, maka variabel nilai tukar ternyata kurang signifikan pengaruhnya terhadap ekspor CPO.
Amzul Rifin 2009 melakukan penelitian mengenai hubungan antara harga internasional Crude Palm Oil CPO dengan harga minyak goreng di
Indonesia menggunakan data time series secara bulanan dari bulan Januari 2000 hingga bulan Juni 2008 dengan analisis uji kointegrasi menggunakan VAR.
Variabel yang digunakan adalah harga minyak goreng domestik, harga CPO domestik dan harga CPO internasional. Hasil estimasi menunjukkan bahwa harga
minyak goreng domestik, harga CPO domestik dan harga CPO internasional tidak saling berkointegrasi. Tetapi harga CPO internasional memengaruhi harga CPO
domestik dan harga minyak goreng domestik. Harga CPO domestik dan harga minyak goreng domestik saling memengaruhi. Perubahan harga CPO
internasional berdampak lebih besar kepada harga CPO domestik dibandingkan dengan harga minya goreng domestik.
Roberto Akyuwen dan Arifin Indra 2011 melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kinerja ekspor CPO di Indonesia. Variabel yang
digunakan adalah harga CPO dunia, harga CPO domestik, konsumsi CPO domestik, produksi CPO domestik, nilai tukar, GDP perkapita India, GDP
perkapita Belanda, GDP perkapita Malaysia, GDP perkapita Cina, pembiayaan CPO di Indonesia, kebijakan pemerintah, harga crude oil dunia, harga minyak
nabati lain di dunia, isu negatif black campaign. Menggunakan metode analisis regresi berganda dengan data time series data tahunan 38 tahun. Hasil estimasi
menunjukkan bahwa terdapat lima variabel yang mempunyai signifikansi terhadap volume
ekspor CPO Indonesia yaitu pembiayaan CPO di Indonesia berpengaruh positif, harga ekspor CPO berpengaruh negatif, isu negatif atau black campaign
berpengaruh negatif, dan harga minyak nabati lainnya yaitu minyak kedelai dan minyak bunga matahari berpengaruh positif. Volume ekspor CPO Indonesia
tumbuh rata-rata 22.11 pertahun dalam periode 1990-2007, meskipun hal ini menjadi lebih lambat dalam tiga tahun terakhir. Dipertengahan dan akhir tahun
2008, volume ekspor CPO mengalami penurunan drastis sebagai dampak dari krisis ekonomi global. Kebijakan pemerintah, sampai sekarang, belum
sepenuhnya mendukung pengembangan nasional industri kelapa sawit. Isu negatif kelapa sawit berpengaruh signifikan namun berdampak negatif. Namun penelitian
ini tidak melampirkan data atau informasi sejak tahun berapa dummy isu negatif black campaign tersebut dimulai dan periode data tahunan 38 tahun yang
digunakan.
Kerangka Pemikiran
Industri kelapa sawit Indonesia telah tumbuh secara signifikan dalam empat puluh tahun terakhir. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen
minyak sawit terbesar di dunia lampiran 9. Bersama dengan Malaysia, Indonesia menguasai hampir 90 produksi minyak sawit dunia. Konsumen terbesar dunia
adalah China, India dan Uni Eropa lampiran 10. Pada perkembangan mendatang, kebijakan biofuel dan bioenergi akan membuat industri minyak sawit
akan terus tumbuh secara signifikan dikarenakan minyak sawit sebagai bahan baku dari biofuel. Sebagai produsen utama pada industri minyak sawit dunia,
maka sudah seharusnya industri minyak sawit Indonesia ditata agar dapat secara optimal dimanfaatkan berbasiskan sumber daya yang tersedia.
Dalam pemasaran ekspor, industri kelapa sawit Indonesia mendapatkan berbagai kendala, seperti regulasi yang selalu berubah-ubah dari pemerintah,
standar mutu dunia yang tinggi, hambatan masuk dari negara-negara pengimpor dan dewasa ini adalah adanya isu negatif black campaign yang diindikasikan
merupakan salah satu hambatan non-tariff model baru.
Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dampak dari adanya black campaign CPO terhadap volume ekspor
CPO Indonesia di pasar Amerika Serikat, Jerman, Belanda dan Inggris. Selain itu juga menganalisis perkembangan permintaan ekspor CPO Indonesia ke dunia dan
negara-negara tujuan. Selanjutnya, untuk dapat menganalisis dampak dari adanya black campaign
CPO terhadap volume ekspor CPO Indonesia maka digunakan metode data panel. Berdasarkan tujuan penelitian, maka variabel yang digunakan
yaitu nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara importir, GDP riil perkapita negara importir, harga ekspor CPO Indonesia ke negara tujuan, harga
internasional CPO, harga internasional minyak kedelai soybean oil dan dummy black campaign
lampiran 7. Kerangka pemikiran operasional dijelaskan pada Gambar 2.
Gambar 2 Alur Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara importir berpengaruh negatif.
Artinya, apabila nilai tukar riil rupiah terdepresiasi, maka volume permintaan ekspor CPO akan meningkat.
2. Harga internasional CPO berpengaruh negatif sesuai dengan teori permintaan dimana ketika harga naik maka permintaan akan turun. Artinya, jika harga
internasional CPO meningkat, maka volume permintaan ekspor CPO Indonesia akan menurun.
3. Harga internasional minyak kedelai soybean oil berpengaruh positif dikarenakan minyak kedelai merupakan komoditas subtitusi dari CPO. Maka,
jika harga internasional minyak kedelai meningkat, maka volume permintaan ekspor CPO Indonesia akan meningkat.
4. Black campaign berpengaruh negatif. Artinya, jika black campaign meningkat, maka jumlah permintaan ekspor CPO Indonesia akan menurun.
5. GDP riil perkapita negara importir berpengaruh positif. Artinya, apabila GDP riil perkapita negara importir meningkat, maka daya beli masyarakat di negara
importir akan meningkat dan tingkat konsumsi CPO di negara tersebut akan meningkat sehingga volume permintaan ekspor CPO akan naik.
6. Harga ekspor CPO Indonesia ke negara tujuan berpengaruh negatif sesuai dengan teori permintaan dimana ketika harga naik maka permintaan akan
Peningkatan konsumsi CPO dunia dari tahun ke tahun memengaruhi
naiknya tingkat permintaan ekspor. Namun adanya isu negatif CPO.
Volume ekspor CPO
Indonesia di Amerika Serikat, Jerman, Belanda
dan Inggris berfluktuasi
Implikasi Kebijakan Harga CPO
internasional Harga minyak
kedelai internasional
Nilai Tukar Riil Rupiah
GDP Perkapita Negara Importir
Indonesia sebagai salah satu produsen dan eksportir
CPO terbesar di dunia
Black Campaign CPO
Harga Ekspor CPO
turun. Artinya, jika harga ekspor CPO Indonesia meningkat, maka jumlah permintaan ekspor CPO Indonesia akan menurun.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data deret waktu time series dan antar individu cross section. Data
deret waktu time series meliputi data tahunan dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2011, sedangkan data antar individu cross section meliputi empat negara
tujuan ekspor CPO Indonesia yang digunakan sebagai sample, yaitu Amerika Serikat, Jerman, Belanda, dan Inggris.
Data yang digunakan diperoleh dari berbagai sumber antara lain Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia GAPKI, Badan Pusat Statistik BPS, Oil
World, UN Comtrade, World Bank, dan sumber-sumber lain dari perpustakaan
maupun internet yang berkaitan dengan penelitian ini.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang
perkembangan permintaan ekspor CPO Indonesia, sedangkan metode kuantitatif untuk menjelaskan dampak black campaign dan faktor-faktor lain yang
memengaruhi volume ekspor CPO Indonesia. Data kuantitatif diolah menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan Eviews 6, sedangkan data
kualitatif berbentuk narasi. Penelitian ini menggunakan data panel pooled data.
Perumusan Model
Berdasarkan pada kerangka pemikiran operasional, analisis yang digunakan adalah regresi data panel dengan model logaritma natural.
Transformasi dalam bentuk ln dapat mengurangi masalah heteroskedastisitas. Hal ini disebabkan karena transformasi yang memapatkan skala untuk pengukuran
variabel mengurangi perbedaan nilai dari sepuluh kali lipat menjadi dua kali lipat Gujarati 2004. Dugaan persamaan volume permintaan ekspor CPO Indonesia di
Eropa Belanda, Inggris dan Jerman dan Amerika Serikat dapat dirumuskan sebagai berikut:
ln =
+ ln
+ ln
+ ln
+ ln
+ +
+
dimana: = Volume ekspor kelapa sawit Indonesia di negara importir j tahun
ke-t Kg = Harga ekspor CPO Indonesia ke negara tujuan importir j pada
tahun ke-t USkg = Harga minyak kedelai soybean oil di pasar dunia ke-t USmt
= Harga minyak kelapa sawit CPO di pasar dunia ke-t USmt = Nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara importir j tahun
ke-t RPLCU = Pendapatan riil per kapita negara importir j
tahun ke-t US = Dummy black campaign
= Random error = konstanta intercept
= p arameter yang diduga n= 1,2,…,6
Menurut Gujarati 2004, terdapat tiga macam pendekatan dalam panel data yaitu :