Analisis Data Formulasi Produk Edible Film Strip Herbal Berbahan Dasar Tapioka dengan Ekstrak Jahe(Zingiber Officinale Roscoe)

7

3.2 Pembuatan Edible Film Strip Herbal

3.2.1 Proses pembuatan edible film strip herbal

Tahap awal dalam pembuatan larutan edible film strip herbal adalah dilakukannya pencampuran tapioka dengan 200 ml aquades hingga terbentuk suspensi yang homogen. Suspensi tapioka disaring menggunakan kain untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang mungkin ada dalam pati tapioka. Dalam air dingin, pati sukar larut dan mengembang hanya sampai batas tertentu. Pemanasan dan pengadukan dimaksudkan agar ikatan hidrogen yang ada diantara gugus hidroksil tiap molekul menjadi lemah dan air dapat diserap ke dalam granula. Menurut Haryanto dan Pangloli 1993, pati tapioka tergelatinisasi pada suhu 52- 64°C. Gelatinisasi terjadi karena pemanasan yang mengakibatkan energi kinetik molekul-molekul air menjadi lebih kuat dibandingkan molekul pati dalam granula, sehingga air dapat masuk ke dalam pati dan mengembang. Penambahan larutan CMC dan ekstrak mint dilakukan pada suhu 40°C. Setelah terbentuk larutan yang homogen, dilakukan pencetakan sesuai ukuran dan ketebalan yang diharapkan. Tahap selanjutnya dilakukan pengeringan pada suhu 50°C selama 22-23 jam menggunakan oven vakum. Suhu ini dipilih untuk menghindari rusaknya komponen gingerol oleoresin jahe di dalam larutan edible film strip herbal. Pada umumnya, dalam proses pembuatan edible film dilakukan deggasing, yakni penghilangan gas terlarut menggunakan pompa vakum pada tekanan 90 kpa sebelum dilakukannya proses pengeringan. Pada penelitian ini pengeringan dilakukan menggunakan oven vakum, sehingga dapat menghilangkan tahapan proses deggasing yang biasanya sering dilakukan dalam pembuatan edible film. Pada proses pengeringan menggunakan oven vakum, gelembung-gelembung gas yang mungkin masih ada dalam pasta akan naik ke permukaan dan akhirnya pecah. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara gelembung udara di dalam pasta dan udara di atas pasta. Edible film strip herbal yang sudah kering, dipotong dengan pisau tajam di sekeliling bingkai kaca pencetak, kemudian diangkat dan dipotong dengan ukuran 2x3 cm 2 .

3.2.2 Konsentrasi bahan baku dan tambahan dalam edible film strip herbal

Bahan utama pembentuk edible film strip herbal yang digunakan dalam penelitian ini adalah tapioka, sorbitol dan CMC, sedangkan bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan edible film strip herbal ini adalah oleoresin jahe, pemanis, dan ekstrak mint. Masing-masing bahan tersebut perlu diketahui konsentrasinya dalam pembuatan edible film strip herbal. 1. Konsentrasi tapioka Tapioka merupakan bahan baku utama dalam edible film strip herbal. Konsentrasi tapioka menentukan karakteristiknya, yaitu kerapuhan dan ketebalan edible film . Konsentrasi tapioka yang diujikan adalah 10; 12.5; dan 15 . Hasil uji karakteristik fisik edible film pada berbagai konsentrasi tapioka disajikan pada Tabel 2. 8 Tabel 2 Karakteristik fisik edible film pada berbagai konsentrasi tapioka Konsentrasi tapioka Kerapuhan Ketebalan mm 10.0 - - - 0.026 12.5 - - 0.086 15.0 - 0.133 P - - 0.040 Keterangan: Semakin banyak tanda - menandakan semakin rapuh. P merupakan produk pembanding yang telah tersedia di pasaran. Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa konsentrasi tapioka 10 menghasilkan edible film yang sulit dilepaskan dari plat kaca, kurang kokoh rapuh, dan sangat tipis. Sedangkan konsentrasi tapioka 15 menghasilkan film yang kuat namun terlalu tebal. Sehingga dipilihlah konsentrasi tapioka terbaik sebesar 12.5 dengan karakteristik fisik yang mendekati produk pembanding. 2. Konsentrasi sorbitol Edible film berbahan dasar tapioka memiliki karakteristik fisik kaku dan mudah rapuh. Untuk memperbaiki karakteristik tersebut, pada proses pembuatannya ditambahkan sorbitol sebagai plasticizer agar edible film yang dihasilkan lebih fleksibel. Hasil uji karakteristik fisik edible film pada berbagai konsentrasi sorbitol disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Karakteristik fisik edible film pada berbagai konsentrasi sorbitol Konsentrasi sorbitol Transparansi Kerapuhan Kelengketan Kelenturan 0.5 - - - - 1.0 - - - - 1.5 - - - - 2.0 - - - - - 3.0 - - - - - 4.0 - - - - - - 5.0 - - - - - - P - - - Keterangan: Semakin banyak tanda - menandakan semakin rapuh dan lengket. Semakin banyak tanda menandakan semakin transparan dan lentur. P merupakan produk pembanding yang telah tersedia di pasaran Berdasarkan Tabel diatas, penambahan konsentrasi sorbitol ≥ 2 menghasilkan edible film yang semakin transparan, tidak rapuh, namun terlalu lengket dan elastis. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin banyak sorbitol yang ditambahkan maka ikatan hidrogen internal dalam edible film akan berkurang dan jarak intermolekulernya meningkat, sehingga edible film yang dihasilkan lebih elastis dan tidak rapuh. Hal ini sesuai dengan pernyatanyaan Weber 2002 yang menyatakan bahwa plasticizer dapat mengurangi interaksi jaringan rantai polimer, meningkatkan fleksibilitas film menurunkan modulus elastisitasnya, dan meningkatkan elongasi film. Selain itu sorbitol mempunyai sifat yang stabil terhadap asam, enzim dan terhadap suhu sampai 140°C Sudarmadji 1982.