Konsentrasi bahan baku dan tambahan dalam edible film strip herbal
9 Untuk menghasilkan karakteristik fisik yang baik sehingga mendekati
produk pembanding, maka dipilih tiga konsentrasi sorbitol terbaik yang ditambahkan pada edible film yakni sebesar 0.5, 1, dan 1.5 vv. Pada tahap
selanjutnya berbagai konsentrasi tersebut dilambangkan sebagai A1, A2, dan A3.
3. Konsentrasi CMC
Penambahan CMC dalam pembuatan edible film strip herbal bertujuan untuk memperbaiki kekuatan dan kekompakan edible film. Pembuatan edible film
tanpa penambahan CMC akan menghasilkan edible film yang kurang kompak, tipis, rapuh, dan sukar dilepas dari kaca pencetak. Semakin banyak CMC yang
ditambahkan dalam edible film, semakin homogen larutan edible film, semakin tebal dan halus produk edible film yang dihasilkan. Hasil uji karakteristik fisik
edible film
pada berbagai konsentrasi CMC disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Karakteristik fisik edible film pada berbagai konsentrasi CMC
Konsentrasi CMC Ketebalan
Homogenitas Kehalusan
0.25 0.08
+ + + +
0.50 0.09
+ + + + + +
0.75 0.12
+ + + + + + + +
1.00 0.15
+ + + + + + + + + +
1.25 0.19
+ + + + + + + + + +
P 0.04
+ + + + + + + + + +
Keterangan: Semakin banyak tanda + menandakan semakin homogen dan halus. P merupakan produk pembanding yang telah tersedia di pasaran.
Berdasarkan karakteristik fisik edible film hasil pengujian, CMC minimal yang diperlukan adalah 0.5, bila kurang dari konsentrasi tersebut, edible film
sangat mudah berkerut karena terlalu tipis dan kekurangan pengikat antar komponen pembentuknya sehingga menghasilkan homogenitas yang rendah dan
edible film
yang tidak halus. Sedangkan konsentrasi CMC 1.25 menghasilkan larutan edible film yang terlalu kental, terlalu tebal dan sulit larut di dalam mulut
karena sifatnya yang cenderung seperti gel. CMC merupakan turunan selulosa yang memiliki fungsi dasar mengikat air
dan memberi kekentalan pada fase cair sehingga menstabilkan komponen lain atau mencegah sineresis. Selain itu CMC mempunyai kemampuan membentuk
edible film yang tahan minyak Krochta 1992. CMC atau gum selulosa
merupakan selulosa eter nonionik yang diproduksi dengan mereaksikan alkali dan sodium monokloroasetat. CMC larut dalam dalam air, baik air panas maupun air
dingin, tetapi tidak larut dalam pelarut organik Whistler dan Daniel 1990. Senyawa-senyawa di dalam CMC memiliki peranan sebagai pembentuk
kekompakan, pengental, memiliki daya adhesi, kemampuan membentuk gel, penstabil dan mouthfeel. Edible film dengan penambahan CMC umumnya
memiliki karakteristik tidak berbau dan tidak berasa, fleksibel dan kuat, transparan, serta tahan terhadap minyak dan lemak Krochta dan DeMulder 1997.
Berdasarkan karakteristik fisik edible film pada berbagai konsentrasi CMC seperti pada Tabel 4, maka dipilih konsentrasi 0.5, 0.75, 1 bv sebagai
10 konsentrasi terbaik yang pada tahap selanjutnya dilambangkan sebagai B1, B2,
dan B3.
4. Konsentrasi oleoresin jahe
Oleoresin merupakan campuran resin dan minyak atsiri yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan pelarut organik. Menurut Sutrisno 1995, oleoresin jahe
merupakan cairan kental berwarna kuning, mempunyai rasa pedas yang tajam, larut dalam alkohol, dan sedikit larut dalam air. Oleoresin jahe mengandung
komponen-komponen pemberi rasa pedas yaitu gingerol sebagai komponen utama serta shogaol dalam jumlah sedikit. Pembuatan oleoresin menggunakan jahe putih
kecil, dilakukan dengan metode maserasi perendaman pada suhu ruang menggunakan pelarut etanol 95 dengan perbandingan bubuk jahe:etanol adalah
1:4. Dengan jenis jahe, metode, dan pelarut yang sama, diketahui kandungan gingerol sebesar 33.98mgg dan shogaol sebesar 2.24 mgg Difa 2011.
Dalam penentuan konsentrasi oleoresin jahe dalam produk edible film strip herbal, digunakan konsentrasi tapioka 12.5, sorbitol 1.5, dan CMC 1.
Konsentrasi oleoresin yang diujikan adalah 0.25; 0.50; 0.75 . Hasil karakteristik edible film
pada berbagai konsentrasi oleoresin jahe disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan analisis sensori terhadap kepedasan
dipilih konsentrasi oleoresin terbaik sebesar 0.25. Selain itu, pada penambahan jahe dengan konsentrasi 0.5
dan 0.75 menghasilkan edible film yang berminyak pada permukaannya.
Tabel 5 Karakteristik fisik edible film pada berbagai konsentrasi oleoresin jahe Konsentrasi oleoresin jahe
Kepedasan 0.25
0.50 0.75
Keterangan: Semakin banyak tanda menandakan semakin pedas edible film.
5. Jenis dan konsentrasi pemanis
Penambahan pemanis dilakukan untuk mengimbangi rasa pedas jahe dalam edible film strip
herbal. Pada konsentrasi pemanis 1, edible film strip herbal dengan penambahan glukosa cair menghasilkan produk yang sangat lengket dan
sulit dilepas dari plat kaca. Sementara pada edible film strip herbal yang ditambahkan sukrosa dengan konsentrasi 1, terdapat bintik-bintik putih akibat
sukrosa yang mengristal kembali. Hal ini membuat edible film strip herbal tidak menarik untuk dikonsumsi. Penambahan fruktosa sebanyak 1 menghasilkan
edible film
strip herbal yang lengket namun lebih baik dibandingkan dengan menggunakan glukosa cair.
Untuk memperoleh rasa manis dengan karakteristik fisik edible film strip herbal yang baik, maka dilakukan kombinasi antara fruktosa dan sukrosa.
Perbandingan yang digunakan antara fruktosa dengan sukrosa yakni 1:9, 3:7, 5:5, 7:3, dan 9:1 pada konsentrasi 3. Seluruh kombinasi tersebut menghasilkan
edible film strip
herbal tanpa bercak putih, namun belum mencapai tingkat kemanisan yang diharapkan.
Jenis pemanis dan konsentrasi yang digunakan sebelumnya belum dapat memenuhi tingkat kemanisan dan kerakteristik edible film strip herbal yang
11 diharapkan, sehingga dilakukan kombinasi antara fruktosa dengan pemanis buatan
acesulfame-k pada perbandingan 1:1 dengan konsentrasi 0.5; 1.0; 2.0 . Hasil
karakteristik edible film strip herbal pada berbagai jenis dan konsentrasi pemanis disajikan pada Tabel 6. Jenis dan konsentrasi pemanis terbaik yang dipilih adalah
kombinasi fruktosa dengan pemanis buatan acesulfame-k pada perbandingan 1:1 dengan konsentrasi 1. Selain bahan-bahan yang telah disebutkan sebelumnya,
untuk memberi efek segar dimulut pada produk edible film juga ditambahkan ekstrak mint sebanyak 0.25 vv.
Tabel 6 Karakteristik fisik edible film pada berbagai jenis dan konsentrasi pemanis Jenis Gula
Konsentrasi pemanis Kemanisan Lengket
Glukosa Cair 0.5
+ - - - -
1.0 + +
- - - - 2.0
+ + + - - - - -
3.0 + + + +
- - - - - Fruktosa
0.5 +
- - 1.0
+ + - - -
2.0 + + +
- - - - 3.0
+ + + + - - - -
Sukrosa 0.5
+ -
1.0 + +
- - 2.0
+ + - - -
3.0 + + +
- - - - Fruktosa+Sukrosa
3 1 : 9
+ + - -
3 : 7 + +
- - 5 : 5
+ + - - -
7 : 3 + + +
- - - 9 : 1
+ + + - - - -
Fruktosa:Acesulmafe-k 1:1
0.5 + +
- 1.0
+ + + - -
2.0 + + + +
- - -
Keterangan: Semakin banyak tanda + menandakan semakin manis. Semakin banyak tanda - menandakan semakin lengket.
Pada tahap ini diketahui bahwa konsentrasi masing-masing bahan yang digunakan pada penelitian selanjutnya adalah tapioka sebesar 12.5 bv,
sorbitol dengan taraf 0.5; 1; 1.5 vv, CMC dengan taraf 0.5; 0.75; 1 bv, oleoresin jahe 0.25 vv, dan kombinasi fruktosa dengan acesulfame-k pada
perbandingan 1:1 dengan konsentrasi 1.
3 .3 Karakterisasi dan Uji Kesukaan Produk Edible Film Strip Herbal