24
pengikisan protein kulit. Judoamidjojo 1974 menyatakan elastin merupakan protein fibrous yang membentuk serat-serat yang sangat elastis karena mempunyai rantai asam amino yang membentuk
sudut. Sudut-sudut tersebut menjadi lurus pada saat mendapat tegangan dan akan kembali seperti semula apabila tegangan tersebut dilepaskan. Hilangnya elastin pada protein kulit dapat mengurangi
elastisitas kulit. Kemuluran kulit juga dipengaruhi oleh tingginya komposisi protein serat. Derajat kemuluran serta kelemasan juga dipengaruhi oleh proses penyelesaiannya seperti pementangan,
pelemasan dan penghamplasan Purnomo 1985.
4.2.2.5 Daya Serap Air
Daya serap air menjadi salah satu parameter utama dari penentuan mutu kulit samoa. Mutu kulit samoa yang baik atau tinggi didapatkan jika memiliki nilai daya serap air yang tinggi. Hal ini
mengingat fungsi utama kulit samoa sebagai bahan lap atau media pembersih dan pengering berbagai macam barang seperti kendaraan bermotor, bahan optik, dan perhiasan. Pengujian daya serap air
dilakukan dengan dua macam waktu, yaitu selama 2 jam dan 24 jam perendaman dalam air. Kulit samoa memiliki kemampuan daya serap yang baik. Menurut Suparno et al. 2011, penyamakan kulit
samoa adalah sebuah reaksi pengikatan minyak yang teroksidasi dengan bagian serat protein pada kulit. Hal ini memberikan efek penjagaan struktur serat kulit saling berjauhan. Oleh sebab itu, kolagen
kulit mampu menahan air yang berlebih ke dalam matrik minyak terpolimerisasi yang bersifat hidrofobia.
Hasil uji daya serap air selama 2 jam menunjukkan bahwa nilai daya serap air antara 313.8- 353.9 dan dapat dilihat pada Lampiran 18. Hasil analisis ragam Lampiran 18
dengan nilai α 0.05 menunjukkan bahwa faktor konsentrasi minyak biji karet 20 dan 30 dan glutaraldehida 3 dan
5 juga interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap hasil uji daya serap air 2 jam kulit samoa. Setelah sampel diuji daya serap air selama 2 jam, sampel dilakukan
pengujian daya serap air dengan lama perendaman 24 jam. Nilai daya serap air 24 jam mengalami peningkatan dari sebelumnya 2 jam yaitu berkisar
antara 357-409 dan dapat dilihat pada Lampiran 19. Suparno dan Wahyudi 2012 menyatakan bahwa
semakin lama waktu penyerapan air, maka semakin banyak air yang terserap oleh kulit dan pada suatu saat daya serap air akan tetap ketika titik jenuh sudah tercapai. Namun sama halnya dengan
daya serap air 2 jam, hasil analisis ragam Lampiran 19 untuk kedua faktor dan interaksinya tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap daya serap air 24 jam kulit samoa.
4.2.2.6 Ketebalan