Kuat Tarik Sifat-sifat Fisik .1 Suhu Kerut T

19

4.2.2.3 Kuat Tarik

Kuat tarik menunjukkan besar gaya yang dibutuhkan untuk menarik kulit hingga kulit tersebut putus. Selain dipengaruhi oleh ketebalan, kuat tarik juga dipengaruhi oleh arah serat kulit terhadap tulang belakang serta lokasi pengambilan sampel. Pengujian kuat tarik pada penelitian ini dilakukan pada arah sejajar parallel dan tegak lurus tulang belakang perpendicular dan hasilnya dirata-rata. Berdasarkan pengujian diperoleh hasil bahwa nilai kuat tarik untuk sampel sejajar parallel memiliki rentang nilai antara 31.42-39.38 Nmm 2 dan dapat dilihat pada Gambar 9. Hasil analisis ragam Lampiran 12 menunjukkan bahwa faktor konsentrasi minyak biji karet 20 dan 30 dan glutaraldehida 3 dan 5 juga interaksi keduanya memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kuat tarik sejajar kulit samoa. Hasil uji lanjut Duncan untuk faktor konsentrasi glutaraldehida menunjukkan bahwa nilai kuat tarik sejajar dengan perlakuan konsentrasi glutaraldehida 3 berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi glutaraldehida 5. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan konsentrasi glutaraldehida 3 memberikan nilai kuat tarik sejajar tertinggi dengan nilai rata-rata 37.87 Nmm 2 , sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 32.40 Nmm 2 didapat dari perlakuan konsentrasi glutaraldehida 5. Hal ini diduga konsentrasi glutaraldehida 3 merupakan konsentrasi optimum pada penyamakan kulit samoa. Sarkar 1995 juga menyebutkan bahwa konsentrasi glutaraldehida 50 yang disarankan untuk digunakan dalam penyamakan awal produk clothing leather adalah sebesar 1.5-3 dari bobot kulit pikel. Faktor lain yang kemungkinan besar dapat mempengaruhi nilai kuat tarik sejajar adalah proses prapenyamakan, khususnya proses liming dan bating. Proses pengapuran liming bertujuan untuk melepaskan epidermis dan bulu kulit. Selain itu, proses liming juga dapat membuka tenunan kulit yang akan menentukan tingkat kelemasan, kelembutan kulit, serta kemampuan penetrasi bahan penyamak. Tenunan kulit juga akan lebih sempurna terbuka pada proses pelumatan bating dengan menggunakan enzim sebagai agen pelumat. Proses liming dan bating yang berlebihan akan membuat tenunan kulit terlalu terbuka atau terurai, sehingga kekuatan kulit berkurang. Sebaliknya, jika proses liming dan bating kurang sempurna akan berakibat tenunan kulit kurang terbuka. Tenunan kulit yang kurang terbuka berpengaruh terhadap berkurangnya daya penetrasi bahan penyamak, sehingga kulit yang dihasilkan kurang tersamak dengan baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat sobek tegak lurus dan rata-rata juga dapat mempengaruhi kuat tarik sejajar. Hasil uji lanjut Duncan untuk faktor konsentrasi minyak biji karet menunjukkan bahwa nilai kuat tarik sejajar dengan perlakuan konsentrasi minyak biji karet 30 berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi minyak biji karet 20. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan konsentrasi minyak biji karet 30 memberikan nilai kuat tarik sejajar tertinggi dengan nilai rata-rata 36.38 Nmm 2 , sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 33.89 Nmm 2 didapat dari perlakuan konsentrasi minyak biji karet 20. Tingginya kuat tarik kulit samoa pada sampel dengan konsentrasi minyak biji karet 30 dibandingkan 20 diduga disebabkan oleh semakin banyaknya ikatan yang terbentuk pada saat proses oksidasi berlangsung. Semakin banyak ikatan yang terbentuk maka kulit akan semakin kuat dan nilai kuat tarik pun akan semakin tinggi. Selain itu, karakteristik minyak biji karet yang termasuk golongan drying oil diduga turut menyebabkan peningkatan nilai kuat tarik. Menurut Ketaren 1986 minyak biji karet merupakan salah satu jenis minyak mengering drying oil, yaitu minyak yang mempunyai sifat dapat mengering jika terkena oksidasi dan akan berubah menjadi lapisan tebal, bersifat kental dan membentuk sejenis selaput jika dibiarkan di udara terbuka. Perubahan sifat menjadi tebal, kental, dan lengket inilah yang diduga berperan dalam peningkatan nilai kuat tarik seiring dengan peningkatan konsentrasi minyak biji karet. 20 Proses terbentuknya ikatan tersebut dijelaskan oleh Sharphouse 1995 sebagai berikut, selama proses oksidasi, minyak akan mengalami beberapa perubahan kimia dan beberapa hasil dari oksidasi tersebut memiliki kemampuan untuk berikatan dengan serat kulit kolagen sehingga akan memberikan efek penyamakan pada kulit. Sangat penting untuk mengusahakan agar proses oksidasi terjadi secara in situ pada serat kulit. Dalam proses oksidasi, mula-mula akan terbentuk peroksida dan hidroperoksida, dan reaksinya dengan protein kulit akan memberikan karakteristik penyamakan ‘full oil ’. Selanjutnya, minyak yang tidak terikat dapat teroksidasi lebih lanjut menjadi aldehida yang menguap atau aldehida tidak menguap, kemudian akan mengalami perubahan kimia seperti polimerisasi, membentuk produk yang lebih kental. Produk ini juga dapat berikatan dengan serat kulit selama pembentukannya. Interaksi kedua faktor juga menunjukkan hasil uji lanjut Duncan yang berbeda nyata untuk semua kombinasi perlakuan. Kombinasi perlakuan konsentrasi minyak biji karet 30 dan glutaraldehida 3 memberikan nilai rata-rata kuat tarik sejajar tertinggi sebesar 39.39 Nmm 2 . Nilai rata-rata kuat tarik sejajar terendah sebesar 31.43 Nmm 2 didapat dari kombinasi perlakuan konsentrasi minyak biji karet 20 dan glutaraldehida 5. Gambar 9. Hubungan antara konsentrasi minyak biji karet, konsentrasi glutaraldehida terhadap kuat tarik sejajar kulit samoa Pengujian pada sampel tegak lurus perpendicular menunjukkan nilai kuat tarik berkisar antara 19.14-23.75 Nmm 2 dan dapat dilihat pada Gambar 10. Hasil analisis ragam Lampiran 13 memberikan hasil bahwa faktor konsentrasi minyak biji karet 20 dan 30 dan glutaraldehida 3 dan 5 juga interaksi keduanya memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kuat tarik tegak lurus kulit samoa. Hasil uji lanjut Duncan untuk faktor konsentrasi glutaraldehida menunjukkan bahwa nilai kuat tarik tegak lurus dengan perlakuan konsentrasi glutaraldehida 3 berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi glutaraldehida 5. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan konsentrasi glutaraldehida 3 memberikan nilai kuat tarik tegak lurus tertinggi dengan nilai rata-rata 22.56 Nmm 2 , sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 19.63 Nmm 2 didapat dari perlakuan konsentrasi glutaraldehida 5. Sama halnya dengan kuat tarik sejajar, hal ini diduga konsentrasi glutaraldehida 3 merupakan konsentrasi optimum pada penyamakan kulit samoa. Selain itu, diduga sampel kulit pada konsentrasi glutaraldehida 5 mempunyai komposisi serat yang lebih sedikit atau longgar daripada sampel kulit konsentrasi glutaraldehida 3, sehingga nilai kuat tarik lebih rendah. Faktor lain yang kemungkinan besar dapat mempengaruhi nilai kuat tarik sejajar adalah proses prapenyamakan, khususnya proses liming dan bating. Hasil uji lanjut Duncan untuk faktor konsentrasi minyak biji karet menunjukkan bahwa nilai kuat tarik tegak lurus dengan perlakuan konsentrasi minyak biji karet 30 berbeda nyata dengan 10 20 30 40 20 30 K u at Tar ik S e jaj ar N m m 2 Konsentrasi Minyak Biji Karet Konsentrasi Glutaraldehida 3 5 21 perlakuan konsentrasi minyak biji karet 20. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan konsentrasi minyak biji karet 20 memberikan nilai kuat tarik tegak lurus tertinggi dengan nilai rata-rata 21.45 Nmm 2 , sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 20.75 Nmm 2 didapat dari perlakuan konsentrasi minyak biji karet 30. Hasil ini berbanding terbalik dengan hasil uji kuat tarik sejajar. Selain itu, hasil penelitian Setiawan 2009 menyebutkan bahwa konsentrasi minyak biji karet tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kuat tarik sejajar, tegak lurus, dan rata-rata kulit samoa. Perbedaan ini diduga diakibatkan oleh proses liming dan bating dari masing-masing kulit yang digunakan. Selain itu, kuat tarik juga sangat dipengaruhi oleh ketebalan, arah serat kolagen, dan sudut serat kolagen terhadap lapisan grain. Interaksi kedua faktor juga menunjukkan hasil uji lanjut Duncan yang berbeda nyata untuk semua kombinasi perlakuan. Kombinasi perlakuan konsentrasi minyak biji karet 20 dan glutaraldehida 3 memberikan nilai rata-rata kuat tarik tegak lurus tertinggi sebesar 23.76 Nmm 2 . Nilai rata-rata kuat tarik tegak lurus terendah sebesar 19.15 Nmm 2 didapat dari kombinasi perlakuan konsentrasi minyak biji karet 20 dan glutaraldehida 5. Gambar 10. Hubungan antara konsentrasi minyak biji karet, konsentrasi glutaraldehida terhadap kuat tarik tegak lurus kulit samoa Perbandingan hasil kuat tarik dari kedua jenis sampel menunjukkan bahwa nilai kuat tarik sampel sejajar parallel lebih besar daripada nilai kuat tarik sampel tegak lurus perpendicular. Amwaliya 2011 berpendapat bahwa hal ini dikarenakan pada sampel perpendicular, arah serat kulit sejajar dengan arah gaya tarikan sehingga kulit menjadi lebih mudah ditarik yang mengakibatkan gaya tariknya pun menjadi lebih kecil. Sebaliknya, pada sampel parallel, arah serat tegak lurus terhadap arah gaya tarikan sehingga gaya yang dibutuhkan untuk menarik dan memutuskan kulit menjadi lebih besar. Hasil dari pengujian kuat tarik sampel sejajar dan tegak lurus dirata-ratakan untuk mendapatkan nilai kuat tarik rata-rata kedua jenis sampel. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai kuat tarik rata-rata kulit samoa berkisar antara 25.28 Nmm 2 -30.38 Nmm 2 seperti yang disajikan pada Gambar 11. Hasil analisis ragam Lampiran 14 dengan nilai α 0.05 menunjukkan bahwa faktor konsentrasi minyak biji karet 20 dan 30 dan glutaraldehida 3 dan 5 juga interaksi keduanya memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai kuat tarik rata-rata kulit samoa. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa nilai kuat tarik rata-rata dengan perlakuan konsentrasi glutaraldehida 3 berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi glutaraldehida 5. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan konsentrasi glutaraldehida 3 memberikan nilai kuat tarik rata-rata tertinggi dengan nilai rata-rata 30.22 Nmm 2 , sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 26.02 Nmm 2 didapat dari 10 20 30 40 20 30 K u at Tar ik Tegak Lu ru s N m m 2 Konsentrasi Minyak Biji Karet Konsentrasi Glutaraldehida 3 5 22 perlakuan konsentrasi glutaraldehida 5. Sama halnya dengan kuat tarik sejajar, hal ini diduga konsentrasi glutaraldehida 3 merupakan konsentrasi optimum pada penyamakan kulit samoa. Selain itu, diduga sampel kulit pada konsentrasi glutaraldehida 5 mempunyai komposisi serat yang lebih sedikit atau longgar daripada sampel kulit konsentrasi glutaraldehida 3, sehingga nilai kuat tarik lebih rendah. Faktor lain yang kemungkinan besar dapat mempengaruhi nilai kuat tarik sejajar adalah proses prapenyamakan, khususnya proses liming dan bating. Gambar 11. Hubungan antara konsentrasi minyak biji karet, konsentrasi glutaraldehida terhadap kuat tarik rata-rata kulit samoa Hasil uji lanjut Duncan untuk faktor konsentrasi minyak biji karet memberikan hasil bahwa nilai kuat tarik rata-rata dengan perlakuan konsentrasi minyak biji karet 30 berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi minyak biji karet 20. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan konsentrasi minyak biji karet 30 memberikan nilai kuat tarik rata-rata tertinggi dengan nilai rata-rata 28.56 Nmm 2 , sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 27.67 Nmm 2 didapat dari perlakuan konsentrasi minyak biji karet 20. Alasan yang serupa dengan hasil uji kuat tarik sejajar adalah faktor-faktor atau alasan yang diduga menyebabkan sampel dengan konsentrasi minyak biji karet 30 memiliki nilai kuat tarik rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel konsentrasi minyak biji karet 20. Interaksi kedua faktor juga menunjukkan hasil uji lanjut Duncan yang berbeda nyata untuk semua kombinasi perlakuan. Kombinasi perlakuan konsentrasi minyak biji karet 30 dan glutaraldehida 3 memberikan nilai rata-rata kuat tarik rata-rata tertinggi sebesar 30.38 Nmm 2 . Nilai rata-rata kuat tarik terendah sebesar 25.29 Nmm 2 didapat dari kombinasi perlakuan konsentrasi minyak biji karet 20 dan glutaraldehida 5. Selain dipengaruhi oleh arah serat kulit, kuat tarik menurut Suparno et al. 2011 juga dipengaruhi oleh ketebalan dan lokasi pengambilan sampel. Menurut Kanagy 1977 di dalam Amwaliya 2011, tingginya nilai kuat tarik kulit dipengaruhi oleh tingginya komposisi protein serat di dalam kulit. Komposisi protein serat terkait dengan lokasi pengambilan sampel. Kulit yang diambil pada bagian krupon akan memiliki kuat tarik yang lebih baik bila dibandingkan dengan kulit yang diambil pada bagian bahu dan perut karena kulit pada bagian krupon memiliki jaringan kolagen yang lebih kuat, rapat, dan kompak. Nilai kuat tarik juga dipengaruhi oleh ketebalan kulit. Kulit yang tipis mempunyai serat kolagen yang longgar sehingga mempunyai daya regang dan kuat tarik yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kulit yang lebih tebal O’Flaherty dan Lollar, 1960. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kuat sobek juga dapat mempengaruhi nilai kuat tarik, begitu juga dengan sebaliknya. Selain itu, Suparno 2010 menyatakan bahwa selain penyamakan, kuat tarik juga dipengaruhi oleh komposisi serat di dalam kulit. Kuat tarik pada bagian krupon yang lebih kuat dan jaringan kolagen yang lebih kompak akan lebih tinggi daripada kulit bagian bahu atau perut. Kuat tarik kulit juga dipengaruhi ketebalan. Kulit yang tipis memiliki jaringan kolagen yang longgar, sehingga memiliki kuat tarik dan elongasi yang rendah. 10 20 30 40 20 30 K u at Tar ik R ata -r ata N m m 2 Konsentrasi Minyak Biji Karet Konsentrasi Glutaraldehida 3 5 23 Penelitian pada skala pilot plant menunjukkan bahwa nilai kuat tarik akan semakin meningkat dengan semakin bertambahnya konsentrasi minyak biji karet yang ditambahkan. Selain itu, nilai kuat tarik kulit samoa juga semakin bertambah dengan semakin berkurangnya konsentrasi glutaraldehida yang diberikan. Hasil yang berbeda terdapat pada penelitian kulit samoa pada skala laboratorium. Fahroji 2010 melakukan penelitian produksi kulit samoa pada skala laboratorium. Perlakuan yang diberikan yaitu konsentrasi minyak biji karet 10, 20, dan 30 dan konsentrasi glutaraldehida 1.5, 3, dan 4.5. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kuat tarik tidak dipengaruhi oleh konsentrasi glutaraldehida dan konsentrasi minyak biji karet, serta interaksi keduanya. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut produksi kulit samoa dengan jumlah taraf perlakuan konsentrasi glutaraldehida dan minyak biji karet yang lebih banyak. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi glutaraldehida dan minyak biji karet yang tepat karena jika dilihat dari dua penelitian di atas menunjukkan hasil yang berbeda. Selain itu, diharapkan didapat konsentrasi glutaraldehida dan minyak biji karet yang optimum.

4.2.2.4 Perpanjangan Putus