16
Gambar 5. Hubungan antara konsentrasi minyak biji karet, konsentrasi glutaraldehida terhadap suhu kerut T
s
kulit samoa
4.2.2.2 Kuat Sobek
Kuat sobek menunjukkan seberapa besar gaya yang dibutuhkan untuk dapat merobek kulit tiap mm ketebalan kulit. Pengujian kuat sobek dilakukan pada dua jenis sampel, yaitu sampel yang
arah panjangnya tegak lurus tulang belakang perpendicular dan sampel dengan arah panjangnya sejajar tulang belakang parallel. Dua jenis sampel ini juga berkaitan dengan arah serat kulit yang
dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Hubungan antara arah serat dan posisi pengambilan sampel kuat sobek Berdasarkan pengujian diperoleh hasil bahwa nilai kuat sobek untuk sampel sejajar parallel
memiliki rentang nilai antara 58.23-67.53 Nmm dan dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil analisis ragam Lampiran 9 menunjukkan bahwa faktor konsentrasi minyak biji karet 20 dan 30 dan
glutaraldehida 3 dan 5 juga interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kuat sobek sampel sejajar kulit samoa. Pengujian pada sampel tegak lurus perpendicular
menunjukkan nilai kuat sobek berkisar antara 79.06-95.62 Nmm dan dapat dilihat pada Lampiran 10. Hasil analisis ragam Lampiran 10 memberikan hasil bahwa kuat sobek sampel tegak lurus
dipengaruhi oleh faktor konsentrasi glutaraldehida 3 dan 5, sedangkan faktor konsentrasi minyak biji karet 20 dan 30 dan interaksi kedua faktor tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap kuat sobek sampel tegak lurus kulit samoa. 10
20 30
40 50
60 70
80 90
20 30
S u
h u
K e
ru t
K u
li t
S am
o a
o
C
Konsentrasi Minyak Biji Karet Konsentrasi Glutaraldehida
3 5
Sampel Parallel Sampel
Perpendicullar
17
Gambar 7. Hubungan antara konsentrasi glutaraldehida terhadap kuat sobek tegak lurus kulit
samoa Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa nilai kuat sobek tegak lurus dengan perlakuan
konsentrasi glutaraldehida 3 berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi glutaraldehida 5. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan konsentrasi glutaraldehida 3 memberikan nilai kuat sobek
sampel tegak lurus tertinggi dengan nilai rata-rata 91.434 Nmm, sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 79.131 Nmm didapat dari perlakuan konsentrasi glutaraldehida 5. Hubungan antara
konsentrasi glutaraldehida terhadap kuat sobek tegak lurus kulit samoa dapat dilihat pada Gambar 7. Hasil ini menunjukkan bahwa kuat sobek sampel tegak lurus dan memiliki nilai kuat sobek yang
semakin menurun seiring dengan bertambahnya konsentrasi glutaraldehida yang diberikan. Hal ini diduga konsentrasi glutaraldehida 3 merupakan konsentrasi optimum pada penyamakan kulit samoa.
Sarkar 1995 juga menyebutkan bahwa konsentrasi glutaraldehida 50 yang disarankan untuk digunakan dalam penyamakan awal produk clothing leather adalah sebesar 1.5-3 dari bobot kulit
pikel. Selain itu, diduga sampel kulit pada konsentrasi glutaraldehida 5 mempunyai komposisi serat yang lebih sedikit atau longgar daripada sampel kulit konsentrasi glutaraldehida 3, sehingga nilai
kuat tarik lebih rendah. Faktor lain yang kemungkinan besar dapat mempengaruhi nilai kuat sobek adalah proses prapenyamakan, khususnya proses liming dan bating.
Hasil uji kuat sobek kedua sampel jika dibandingkan akan memberikan hasil bahwa nilai kuat sobek tegak lurus lebih besar daripada nilai kuat sobek sejajar. Menurut Amwaliya 2011, hal ini
dikarenakan pada sampel perpendicular, arah serat kulit sejajar dengan arah gaya sobekan sehingga gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan jalinan serat menjadi lebih besar. Sebaliknya, pada sampel
parallel, arah serat tegak lurus terhadap arah gaya sobekan sehingga gaya yang dibutuhkan untuk merobek atau membuka tenunan serat menjadi lebih kecil. Selain dipengaruhi oleh faktor mutu kulit
dan arah serat, kuat sobek juga dipengaruhi oleh susunan atau jalinan serat kolagen. Selain itu, Febianti 2011 menyebutkan bahwa nilai kuat sobek yang dihasilkan dipengaruhi
oleh ketebalan kulit, arah serat kolagen, sudut antar serat dengan lapisan grain dan lokasi sampel pada kulit. Ketebalan kulit mempengaruhi nilai kuat sobek karena kulit yang tebal memiliki tenunan serat-
serat kolagen yang berikatan lebih banyak. Selain itu, kulit pada bagian-bagian tertentu memiliki komposisi protein serat yang berbeda, sehingga nilai kuat sobek yang dihasilkan pun akan berbeda.
Hal yang serupa juga disampaikan oleh Haines dan Barlow 1975 di dalam Fahroji 2010, sudut yang kecil antara jalinan serat-serat kolagen terhadap permukaan grain kulit memungkinkan gaya
tarik dapat didistribusikan lebih menyebar ke seluruh sumbu jalinan serat, sehingga kuat sobek menjadi semakin besar.
Hasil dari pengujian kuat sobek sampel sejajar dan tegak lurus dirata-ratakan untuk mendapatkan nilai kuat sobek rata-rata kedua jenis sampel. Nilai kuat sobek rata-rata sampel parallel
20 40
60 80
100
3 5
K u
at So
b e
k Tegak Lu
ru s
N m
m
Konsentrasi Glutaraldehida
18
dan perpendicular berkisar antara 68.72-81.57 Nmm seperti yang tertera pada Lampiran 11. Hasil analisis ragam Lampiran 11 dengan nilai
α 0.05 menunjukkan bahwa kuat sobek rata-rata dipengaruhi oleh faktor konsentrasi glutaraldehida 3 dan 5, namun tidak dipengaruhi oleh faktor
konsentrasi minyak biji karet 20 dan 30 dan interaksi kedua faktor tersebut. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa nilai kuat sobek rata-rata dengan perlakuan
konsentrasi glutaraldehida 3 berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi glutaraldehida 5. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan konsentrasi glutaraldehida 3 memberikan nilai kuat sobek rata-
rata tertinggi dengan nilai rata-rata 77.91 Nmm, sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 69.06 Nmm didapat dari perlakuan konsentrasi glutaraldehida 5. rata-rata terendah sebesar 79.131 Nmm
didapat dari perlakuan konsentrasi glutaraldehida 5. Hubungan antara konsentrasi glutaraldehida terhadap kuat sobek rata-rata kulit samoa dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Hubungan antara konsentrasi glutaraldehida terhadap kuat sobek rata-rata kulit samoa
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kuat sobek sampel tegak lurus dan kuat sobek rata-rata memiliki nilai kuat sobek yang semakin menurun seiring dengan bertambahnya konsentrasi
glutaraldehida yang diberikan. Hal ini diduga konsentrasi glutaraldehida 3 merupakan konsentrasi optimum pada penyamakan kulit samoa. Sarkar 1995 juga menyebutkan bahwa konsentrasi
glutaraldehida 50 yang disarankan untuk digunakan dalam penyamakan awal produk clothing leather adalah sebesar 1.5-3 dari bobot kulit pikel. Selain itu, diduga sampel kulit pada konsentrasi
glutaraldehida 5 mempunyai komposisi serat yang lebih sedikit atau longgar daripada sampel kulit konsentrasi glutaraldehida 3, sehingga nilai kuat tarik lebih rendah. Faktor lain yang kemungkinan
besar dapat mempengaruhi nilai kuat sobek adalah proses prapenyamakan, khususnya proses liming dan bating.
Proses pengapuran liming bertujuan untuk melepaskan epidermis dan bulu kulit. Selain itu, proses liming juga dapat membuka tenunan kulit yang akan menentukan tingkat kelemasan,
kelembutan kulit, serta kemampuan penetrasi bahan penyamak. Tenunan kulit juga akan lebih sempurna terbuka pada proses pelumatan bating dengan menggunakan enzim sebagai agen pelumat.
Proses liming dan bating yang berlebihan akan membuat tenunan kulit terlalu terbuka atau terurai, sehingga kekuatan kulit berkurang. Sebaliknya, jika proses liming dan bating kurang sempurna akan
berakibat tenunan kulit kurang terbuka. Tenunan kulit yang kurang terbuka berpengaruh terhadap berkurangnya daya penetrasi bahan penyamak, sehingga kulit yang dihasilkan kurang tersamak
dengan baik. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas, menurut Suparno dan Wahyudi 2012 kuat sobek sangat dipengaruhi oleh ketebalan, arah serat kolagen, dan sudut serat kolagen terhadap lapisan
grain. 20
40 60
80 100
3 5
K u
at So
b e
k R
ata -r
ata
N m
m
Konsentrasi Glutaraldehida
19
4.2.2.3 Kuat Tarik