Penyamakan Aldehida TINJAUAN PUSTAKA

4 tertentu Judoamidjojo 1974. Menurut Suparno et al. 2005, penyamakan merupakan proses memodifikasi struktur kolagen, komponen utama kulit dengan mereaksikannya dengan berbagai bahan kimia tanin atau bahan penyamak yang pada umumnya meningkatkan stabilitas hidrotermal kulit tersebut dan kulit tersebut menjadi tahan terhadap mikroorganisme. Ketika hewan hidup, kulitnya sangat lembut, fleksibel, dan sangat kuat. Kulit tersebut memiliki kemampuan untuk terjadinya penguapan air keluar kulit, sebaliknya air tidak dapat masuk ke dalamnya. Ketika hewan mati, maka kulitnya akan kehilangan karakteristik tersebut. Ketika basah, kulit hewan akan busuk, sebaliknya ketika kering kulit tersebut akan mengeras dan rapuh. Tujuan dari proses penyamakan adalah untuk mempertahankan karakteristik alami kulit, mempertahankan kestabilan dan juga mencegah terjadinya pembusukan Mann dan McMillan 2000. Bahan penyamak yang ada di pasaran dan digunakan untuk menyamak asalnya beragam, yakni yang berasal dari tumbuhan, mineral aluminium, khromium, dan zirkonium, minyak, dan ada yang dibuat oleh pabrik Syntan. Bahan penyamak ini bila bereaksi dengan serat kulit akan menghasilkan kulit yang beragam sifat fisik dan kimianya Purnomo 1992. Selama proses penyamakan alat yang paling sering digunakan adalah drum putar. Drum berfungsi sebagai media pencucian, pencampuran bahan, dan juga media mereaksikan bahan kimia dengan kulit yang akan disamak. Drum memiliki banyak ukuran. Setiap ukuran membutuhkan jumlah tenaga masing-masing Sucipto 1989. Ukuran, volume kerja maksimum dan tenaga yang dibutuhkan setiap drum, serta kecepatan putar yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Volume kerja maksimum dan kebutuhan tenaga beberapa ukuran drum Sarkar 1995 Diameter m Panjang m Volume kerja maksimum m 3 Horse Power HP 0.7 0.35 0.067 0.5 1 0.5 0.196 1 1 0.6 0.235 1 1.13 0.5 0.247 1.5 1.2 0.5 0.282 1.5 Tabel 4. Daftar ukuran, isi, kapasistas, Horse Power HP dan Rotation per Minute RPM dari drum penyamakan kulit Sucipto 1989 Diameter x Lebar m Isi Liter Perendaman Pengapuran Penyamakan Peminyakan dan Pengecatan Dasar Kapasitas kg HP RPM Kapasitas kg HP RPM Kapasitas kg HP RPM 2 x 2 4600 1200 5.5 5 1000 15 14 600 15 18 2.5 x 1.7 6200 1800 5.5 4 1400 15 12 750 20 8-16 2.5 x 2 7500 2100 5.5 4 1600 15 12 900 20 8-16 2.7 x 2 8700 2500 7.5 4 1900 20 12 950 25 7-14 3 x 1.7 9100 2600 7.5 3-6 2000 25 11 1000 25 7-14

2.3 Penyamakan Aldehida

Dewasa ini, glutaraldehida glutardialdehyde, CHO-CH 2 -CH 2 -CH 2 -CHO menjadi populer sebagai bahan penyamak, baik sendiri maupun dikombinasikan dengan bahan penyamak lain. Sama 5 seperti formaldehida, glutaraldehida membentuk ikatan kovalen dengan group amino dari molekul kolagen dan di bawah kondisi alkali group-group aldehida berpolimerisasi untuk membentuk ikatan dengan protein kulit. Penyamakan glutaraldehida menghasilkan mutu kulit samak yang baik dan berisi. Penyamakan glutaraldehida dapat digunakan pada berbagai macam penyamakan kombinasi yang dibutuhkan oleh berbagai pabrik penyamakan kulit yang membutuhkan kualitas kulit yang lebih tahan terhadap alkali, dan pencucian Sarkar 1995. Sebagai akibat dari peningkatan permintaan untuk kulit yang lembut, glutaraldehida menguntungkan jika digunakan dalam penyamakan atau penyamakan ulang . Kulit hasil penyamakan glutaraldehida memiliki warna kekuningan dan suhu kerut berkisar antara 80-85 o C. Penyamakan glutaraldehida sebagian besar digunakan untuk membuat berbagai macam tipe kulit halus dan lembut seperti sarung tangan, pakaian, nappa upper dan suede, upholstory atau bahkan kulit lembut hasil penyamakan nabati Sarkar 1995. Seperti formaldehida, kulit yang disamak dengan glutaraldehida adalah tahan cuci dan hidrofilik. Suhu kerutnya mirip. Namun, warnanya berbeda, glutaraldehida menghasilkan warna kuning. Turunan glutaraldehida telah ditawarkan ke industri, yakni Relugan GT, turunan tambahan bisulfit. Bahan tersebut menghasilkan kulit samak lebih pucat, tetapi tetap menghasilkan warna kuning. Produk lainnya adalah Relugan GT50, yang merupakan larutan 50 persen dari glutaraldehida yang digunakan sebagai pretanning, selftanning, dan retanning agents untuk seluruh jenis kulit samak Suparno 2009. Menurut Damink et al. 1995, dalam suatu skema komplek reaksi, glutaraldehida membentuk basa Schiff dengan protein dan distabilisasi oleh molekul-molekul glutaraldehida lain. Tidak ada bukti bahwa crosslink terbentuk. Tiga molekul glutaraldehida difiksasi per grup amino lisyne, tidak ada bukti untuk sebuah matriks terpolimerisasi. Basa Schiff terbentuk karena adanya hubungan antara ikatan antara gugus aldehida dan gugus amino. Basa Schiff yang dihasilkan dari proses ikatan antara kedua gugus tersebut yang menghasilkan aldehida sedikitnya satu atom hidrogen terikat pada karbon dalam gugus karbonil. Gugus fungsi dalam senyawa ini adalah gugus karbonil, C=O. Keberadaan atom hidrogen tersebut menjadikan aldehida sangat mudah teroksidasi. Atau dengan kata lain, aldehida adalah agen pereduksi yang kuat. Aldehida dapat dioksidasi dengan mudah menggunakan semua jenis agen pengoksidasi Arsyad 2001. Menurut Pudjaatmaka 2002, basa Schiff merupakan senyawa yang dibentuk karena kondensasi amina dan aldehida. : RCHO + H 2 NC 6 N 5 RCH=NC 6 H 5 + H 2 O Glutaraldehida OCH-CH 2 3 -CHO adalah dialdehida yang dapat digunakan sebagai bahan penyamak kulit. Karena penggunaan formaldehida dalam penyamakan kulit menurun, penggunaan glutaraldehida sebagai bahan pengganti meningkat. Gambar 1 menunjukkan struktur dialdehida alifatik tersebut dalam larutan. Struktur tersebut merupakan sebuah struktur penghubung antara dua molekul glutaraldehida yang bereaksi. Gambar 2 menunjukkan reaksi yang terjadi antara glutaraldehida dengan protein Covington 2009. Gambar 1. Polimerisasi glutaraldehida Covington 2009 6 Gambar 2. Reaksi antara glutaraldehida dan protein Covington 2009

2.4 Penyamakan Minyak