Analytic Hierarchy Process AHP Geographical Information System GIS

10 Metode aplikatif dalam evaluasi sumberdaya lahan untuk berbagai keperluan penggunaan lahan pada saat ini telah banyak berkembang dan semakin mudah dilakukan dengan bentuan Sistem Informasi Geografi. Sebagai contoh adalah Hossain et al. 2006 yang telah mengembangkan model menggunakan Model Builder pada program ArcView untuk memetakan kesesuaian lahan bagi pertanian dan perkotaan. Model tersebut menggunakan pendekatan pemodelan multi-criteria berbasis GIS dengan menggabungkan data empirik dengan pendapat ahli experts’ judgement. Model kesesuaian lahan pertanian mempertimbangkan kriteria tanah, topografi, dan iklim, sedangkan model kesesuaian lahan bangunan perkotaan menguji karakteristik biofisik, sosial ekonomi dan fenomena spasial untuk menentukan kesesuaian lokasi dari sudut pandang pembangunan berkelanjutan. Penerapan Sistem Informasi Geografi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam pengalokasian sumberdaya lahan untuk keperluan tertentu telah banyak dilaporkan Segrera, 2003; Prabawasari, 2003; Saroinsong et al ., 2007; dan Mulyani et al., 2008.

2.3 Analytic Hierarchy Process AHP

Analytic Hierarchy Process AHP merupakan suatu teori matematika untuk pengukuran dan pembuatan keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L Saaty pada tahun 1970-an ketika masih mengajar di Wharton School of Business University of Pennsylvania . Aplikasi AHP dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori utama yaitu 1 choice pilihan, yang merupakan evaluasi atau penetapan prioritas dari berbagai alternatif tindakan yang ada, dan 2 forecasting peramalan, yaitu evaluasi terhadap berbagai alternatif hasil di masa yang akan datang Saaty dan Niemira, 2006. AHP juga merupakan suatu teori pengukuran relatif dengan skala mutlak dari suatu kriteria baik yang bersifat tangible maupun intangible yang didasarkan pada penilaian perbandingan berpasangan dari para ahli Ozdemir dan Saaty, 2006. Dengan metode ini para pembuat keputusan dapat menguraikan permasalahan yang kompleks ke dalam struktur berjenjang yang menunjukkan hubungan antara goal tujuan, objective kriteria, sub- objective sub-kriteria, dan alternatif seperti yang terlihat dalam Gambar 2 Forman dan Selly, 2001. 11 Gambar 2 Hirarki keputusan Saaty 1980 mengembangkan beberapa langkah berikut ini dalam menggunakan AHP. Langkah pertama yaitu menentukan goal tujuan dan menentukan kriteria atau sub kriteria berdasarkan tujuan, menyusun kriteria ke dalam hirarki dari level teratas tujuan dari sudut pandang pembuat keputusan melalui level menengah hingga level terbawah, yang biasanya memuat beberapa alternatif, setelah itu menyusun matriks perbandingan berpasangan ukuran n x n untuk masing-masing level bawah dengan satu matrik untuk setiap unsur dalam level menengah di atasnya dengan menggunakan skala relatif. Yang terakhir yaitu pengujian konsistensi dengan mengambil rasio konsistensi CR dari indeks konsistensi CI dengan nilai yang tepat. Nilai CR dapat diterima, jika tidak melebihi 0,10. Jika nilai CR 0,10, berarti matriks tersebut tidak konsisten Saaty, 1980.

2.4 Geographical Information System GIS

Seiring dengan perkembangannya, terdapat beberapa definisi tentang GIS yang diberikan oleh para akademisi, peneliti, dan pengembang perangkat lunak. Masing-masing memiliki definisinya sendiri. Beberapa definisi tentang Geographical Information System GIS yaitu: Tujuan Kriteria Sub Kriteria Alternatif 12 • GIS merupakan kumpulan perangkat keras dan perangkat lunak komputer serta data geografi untuk menangkap, menyimpan, memutahirkan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang memiliki referensi geografi ESRI, 2001. • GIS merupakan wadah peta-peta dalam bentuk digital, suatu alat terkomputerisasi untuk memecahkan permasalahan geografi, suatu sistem pendukung keputusan spasial, inventarisasi fasilitas yang tersebar secara geografis, alat untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak tampak dalam informasi geografi, alat untuk melakukan operasi terhadap data geografi yang terlalu banyak atau mahal atau tidak akurat jika dilakukan dengan tangan Longley et al., 2005 • Aktivitas teroganisir di mana manusia dapat 1 menganalisis berbagai aspek fenomena dan proses geografi, 2 menyajikan hasil biasanya dalam bentuk database komputer, untuk memberikan penekanan pada tema-tema spasial, entiti, dan hubungan relationship; 3 melakukan operasi terhadap gambaran tersebut untuk menghasilkan lebih banyak ukuran dan untuk menemukan hubungan yang baru dengan memadukan berbagai sumber yang berbeda, dan 4 mentransformasikan sajian ini untuk menyesuaikan dengan kerangka lainnya dari entiti dan relasi. Aktivitas ini mencerminkan konteks yang lebih besar kelembagaan dan budaya di mana orang-orang bekerja Chrisman, 2003. Di dalam GIS, data geografi ditransformasikan ke dalam bentuk informasi geografi. Meskipun terlihat sederhana, namun transformasi ini melibatkan serangkaian fungsi dan proses yang rumit. Data geografi dimulai sebagai data feature mentah yang memiliki posisi dan atribut. Data ini kemudian ditumpang-tindihkan overlay dengan dataset lainnya yang kemudian membentuk hubungan relasi bersama. Data dan hubungan dianalisis, dilakukan proses geoprocessing , dan kemudian disajikan sebagai produk informasi geografi. Produk informasi geografi ini biasanya merupakan aplikasi perangkat lunak interaktif yang digunakan untuk membantu manusia dalam pengambilan keputusan Galati, 2006. 13 Geoprocessing merupakan proses dasar dalam membuat serangkaian turunan data geografi dari berbagai dataset yang ada dengan menggunakan operasi seperti overlay dan konversi data. Pada umumnya pengguna menggunakan fungsi GIS kepada sekelompok data geografi input untuk menghasilkan keluaran dataset yang tepat yang sesuai untuk aplikasi tertentu. Fungsi geoprocessing berkisar dari pemotongan spasial spatial clipping yang sederhana hingga operasi analitik yang lebih rumit. Fungsi perangkat lunak ini bisa berdiri sendiri atau berhubungan dengan proses lainnya Galati, 2006. Beberapa kategori operasi geoprocessing yaitu: 1. Konversi . Konversi sepenuhnya berhubungan dengan formatting seperti konversi format file translasi dan konversi sistem referensi geografi koordinat. 2. Overlay union, intersect. Overlay melibatkan tumpang tindih dua atau lebih layer data geografi untuk menemukan hubungan. 3. Intersect . Interseksi geometri dikomputasikan terhadap input yang kemudian menghasilkan output di mana atributnya merupakan atribut yang dimiliki oleh semua input. 4. Union . Seperti intersect tetapi outputnya memiliki seluruh atribut dari semua input. 5. Ekstraksi clip, query. Query membantu dalam memilih data geografi untuk di-clip atau diekstrak. Di sini berlaku aturan topologi. 6. Proximity buffer. Proximity diawali dari sebuah query yang memilih feature geografi berdasarkan jaraknya dari feature lain. 7. Manajemen copy, create. Perangkat lunak manajemen data GIS pada umumnya dirancang untuk membantu pengorganisasian koleksi data geografi. Pada hakekatnya semua bentuk data geografi dapat ditangani oleh aplikasi ini. 8. Transformasi . Di sini, istilah transformasi berarti transformasi spasial, seperti transformasi datum atau proyeksi. . III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian