38 Tabel 12 Ketersediaan dan konsumsi pangan Kabupaten Lampung Tengah tahun
2006
Komoditas Produksi
BenihPakan Tercecer
Keter- sediaan
Jumlah Penduduk
Konsumsi per kapita
Total Konsumsi
Surplus Minus
Peringkat Ton Ton Ton
jiwa KgKap
Thn Ton Ton
Ubi Kayu 1.724.754 15 258.713 1.466.041 1.146.142
97,18 111.382 1.354.659
1 Padi 493.123
10 49.312
443.811 1.146.142 153,8
176.277 267.534 2
Jagung 285.450 15
42.818 242.633 1.146.142
4,2 4.814 237.819
3 Ubi Jalar
9.979 12 1.197
8.782 1.146.142 3,02
3.461 5.320 4 Kacang Tanah
3.061 5
153 2.908 1.146.142
0,7 802
2.106 5
Kacang Hijau 1.233
7 86
1.147 1.146.142 0,6
688 459
6 Kedelai 898
5 45
853 1.146.142 8,6
9.857 -9.004 7
Tabel 13 Komoditas basis terpilih
Komoditas Peringkat
LQ Peringkat
Trend Luas Panen
Peringkat Neraca
penyediaankonsumsi Peringkat komoditas
basis
Padi 1
1 2
1 Ubi Kayu
3 2
1 2
Jagung 2
3 3
3
Kacang Tanah 3
4 5
4 Ubi Jalar
4 6
4 5
Kacang Hijau 4
5 6
6 Kedelai 5
7 7 7
5.1.2 Ketersediaan dan Kesesuaian Lahan
Dalam perencanaan pengembangan pertanian tanaman pangan, faktor ketersediaan lahan memiliki peranan yang sangat penting. Ketersediaan lahan
dapat memberikan informasi tentang lokasi dan luas lahan yang tersedia untuk pengembangan tanaman pangan. Ketersediaan lahan merupakan hasil tumpang
tindih dari peta RTRW, penggunaan lahan eksisting, dan status penguasaan lahan. RTRW menjadi penting karena semua perencanaan pembangunan secara spasial
terutama yang berhubungan dengan perencanaan penggunaan lahan harus didasarkan pada RTRW yang berlaku. Penggunaan lahan eksisting memberikan
gambaran tentang jenis penggunaan lahan saat ini dan kemungkinan penggunaan atau perubahan penggunaan lahan untuk pertanian tanaman pangan. Status
penguasaan lahan berdasarkan data BPN Kabupaten Lampung Tengah menambahkan aspek legal suatu lahan ke dalam ketersediaan lahan.
39 Tujuan dari dimasukkannya status penguasaan lahan adalah untuk
mengeluarkan lahan yang berstatus hak guna usaha HGU dan lahan yang dikuasai oleh kehutanan dari analisis berikutnya, sehingga menyisakan lahan yang
berstatus hak milik atau hak ulayat menjadi tersedia untuk pengembangan tanaman pangan. Lahan berstatus HGU sebagian besar dikuasai oleh perusahaan
perkebunan sehingga menutup kemungkinan akses petani tanaman pangan dalam pemanfaatan lahan itu secara legal. Berdasarkan peta RTRW, penggunaan lahan
eksisting, dan status penguasaan lahan, sekitar 29 134.758 ha dari total luas Kabupaten Lampung Tengah tersedia untuk pengembangan tanaman pangan
Tabel 14. Sebaran ketersediaan lahan pertanian untuk pengembangan pertanian tanaman pangan disajikan dalam Tabel 14.
Tabel 14 Ketersediaan lahan untuk pengembangan tanaman pangan per
kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah dalam ha
Kecamatan Tersedia
Tidak Tersedia Jumlah
Anak Tuha 9.580
7.043 16.623
Bandar Mataram 5.544
95.568 101.112
Bandar Surabaya 3.340
10.256 13.596
Bangunrejo 2.283 8.181
10.464 Bekri 1.530
8.972 10.502
Buminabung 2.232 8.092
10.324 Bumiratu Nuban
768 6.113
6.882 Gunung Sugih
10.699 5.846
16.546 Kalirejo 2.134
7.695 9.828
Kota Gajah 3.702
851 4.553
Padang Ratu 9.800
15.251 25.050
Pubian 2.114 14.107
16.221 Punggur 3.968
1.738 5.706
Rumbia 11.690 9.378
21.068 Selagailingga 2.273
31.811 34.085
Sendang Agung 1.145
10.957 12.102
Seputih Agung 7.519
2.542 10.061
Seputih Banyak 6.321
6.588 12.909
Seputih Mataram 7.839
3.792 11.631
Seputih Raman 9.523
3.827 13.351
Seputih Surabaya 3.603
9.965 13.568
Terbanggi Besar 8.000
13.515 21.514
Terusan Nunyai 1.646
27.211 28.857
Trimurjo 3.948 2.654
6.603 Way Pengubuan
9.494 13.229
22.723 Way Seputih
4.062 3.106
7.168
Jumlah 134.758 328.289
463.047 Persentase
29 71
100
40 Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik
untuk keperluan produksi pertanian maupun untuk keperluan lainnya memerlukan suatu perencanaan atau penataan kembali penggunaan lahan agar sumberdaya
lahan yang terbatas dapat dimanfaatkan secara lebih efisien Sitorus, 2004. Evaluasi sumberdaya lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna
tanah untuk mengetahui potensi lahan atau kelas kesesuaian lahan untuk jenis penggunaan lahan tertentu. Analisis kesesuaian lahan dilakukan untuk komoditas
basis terpilih yaitu padi, jagung, dan ubi kayu, pada lahan yang termasuk dalam kategori tersedia untuk pengembangan tanaman pangan.
Sebagian besar lahan yang tersedia untuk pengembangan tanaman pangan sesuai untuk komoditas padi, jagung, dan ubi kayu Tabel 15, dan
sebagian besar termasuk dalam kelas S3 sesuai marjinal. Untuk tanaman padi, 86,4 lahan 116.426 ha berupa lahan kelas S3, 12,89 17.377 ha kelas S2,
0,22 298 ha kelas S1, dan 0,49 658 ha termasuk kelas tidak sesuai N. Kelas S3 masih mendominasi pada kesesuaian lahan untuk tanaman jagung
75,6 sedangkan untuk tanaman ubi kayu didominasi oleh kelas S2 cukup sesuai 60,05. Ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis
tanaman pangan secara spasial disajikan dalam Gambar 7, 8 dan 9.
Tabel 15 Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jagung, padi, dan ubi kayu pada lahan yang tersedia untuk pengembangan tanaman pangan di Kabupaten
Lampung Tengah
Kelas Kesesuaian Lahan
Padi Jagung Ubi
Kayu ha ha ha
S1 298 0,22
298 0,22
418 0,31
S2 17.377 12,89
31.928 23,69
80.922 60,05
S3 116.426 86,40
101.875 75,60
50.171 37,23 N 658
0,49 658
0,49 3.248
2,41 Jumlah 134.758
100,00 134.758
100,00 134.758
100,00
41 Gambar 7 Peta ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk tanaman padi di Kabupaten Lampung Tengah
42 Gambar 8 Peta ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk tanaman jagung di Kabupaten Lampung Tengah
43 Gambar 9 Peta ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk tanaman ubi kayu di Kabupaten Lampung Tengah
44 Kesesuaian lahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
kesesuaian lahan aktual yang didasarkan pada karakteristik lahan eksisting. Kesesuaian lahan aktual berbeda dengan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian
lahan potensial mempertimbangkan perbaikan-perbaikan pada faktor pembatas sehingga akan memiliki kelas kesesuaian lahan yang lebih tinggi daripada
kesesuaian lahan aktual. Peta tanah yang digunakan dalam penelitian ini merupakan peta dengan skala tinjau dengan tingkat kedetilan data masih sangat
rendah, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisis kesesuaian lahan potensial. Selain itu data penunjang untuk melakukan analisis kesesuaian lahan
potensial tidak tersedia seperti nilai ekonomi dari perbaikan terhadap faktor pembatas.
5.1.3 Kelayakan Usahatani