4.6 Analisis Kinerja CDS
Pada saat formula CDS digunakan di lapangan, formula diencerkan terlebih dahulu sebelum diaplikasikan. Pengenceran dilakukan sebanyak 50 sampai 150
kali dengan menggunakan air. Kinerja formula CDS harus diketahui untuk menentukan formula mana yang memberikan hasil yang terbaik. Dua jenis
pengujian yang mewakili kemampuan formula CDS adalah analisis Evaporation Rate
dan analisis Dustiness Index. 4.6.1. Analisis Evaporation Rate ASTM D 4902-99
Analisis Evaporation Rate ER menunjukkan banyaknya penguapan yang terjadi pada sejumlah bahan selama satuan waktu tertentu. Pada penggunaan
formula CDS, komponen pembentuk CDS menjadi salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya laju penguapan. Pada penelitian ini, perbedaan nilai
laju penguapan antara debu yang menggunakan CDS dengan debu tanpa menggunakan CDS menjadi salah satu indikator kemampuan formula CDS dalam
menahan laju penguapan pelarut air. Semakin tinggi daya ikat formula terhadap air di udara dan batubara, semakin berat bobot partikel batubara, sehingga tidak
mudah menjadi debu. Hasil pengukuran tingkat penguapan ditampilkan pada Tabel 7.
Tabel 7 Nilai Evaporation Rate formula CDS pada berbagai konsentrasi penambahan gliserol dan pengenceran
No. Konsentrasi Gliserol Nilai ER g evg debu pada pengenceran X
50 100
150
1. 5
0,49 0,56
0,65 2.
10 0,48
0,53 0,60
3. 15
0,43 0,52
0,55 Pada tabel hasil pengukuran nilai ER di atas, dapat dilihat bahwa terdapat
kecenderungan kinerja yang relatif sama pada setiap konsentrasi gliserol, sedangkan dengan memperhatikan pengaruh pengenceran, terlihat adanya nilai ER
yang semakin besar seiring dengan meningkatnya jumlah pengenceran. Dengan menggunakan α = 5, maka diperoleh hasil analisis statistik yang menyatakan
bahwa penambahan gliserol dan konsentrasi pelarutan tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap tingkat penguapan. Hasil analisis statistik selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 8.
4.6.2. Analisis Dustiness Index ASTM D547-41 Analisis Dustiness Index DI mengukur potensi batubara menghasilkan
debu. Dalam hal ini, debu yang terukur adalah debu yang terbang di udara selama 5 menit. Semakin lama waktu penampungan debu, maka akan semakin tinggi
kehalusan debu yang terhitung. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi gliserol yang ditambahkan, maka semakin sedikit debu yang
terbentuk. Berdasarkan tingkat pengencerannya, semakin tinggi konsentrasi pengenceran, maka semakin tinggi debu yang terbentuk. Hasil pengukuran indeks
debu ditampilkan pada Tabel 8. Tabel 8 Nilai Dustiness Index formula CDS pada berbagai konsentrasi
penambahan gliserol dan pengenceran
No. Konsentrasi Gliserol
Pengenceran X 50
100 150
1. 5
0,11 0,19
0,22 2.
10 0,10
0,15 0,20
3. 15
0,07 0,13
0,18 Dari tabel di atas terlihat bahwa banyaknya debu yang terbentuk semakin
banyak seiring dengan berkurangnya konsentrasi formula karena banyaknya pengenceran. Penambahan gliserol kasar pada formula juga mempengaruhi
banyaknya debu yang terbentuk. Semakin banyak gliserol kasar yang ditambahkan, semakin sedikit debu yang terbentuk.
Pengaruh penambahan gliserol kasar terhadap kinerja formula tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 95 α = 0,05, berbeda dengan pengaruh
faktor pengenceran yang menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan debu. Hasil uji lanjutan dengan menggunakan uji beda nyata Fisher
pada α = 0,05 ditampilkan pada Tabel 9. Tabel 9 Hasil uji beda nyata Fisher pengaruh faktor pengenceran terhadap nilai
Dustiness Index formula CDS
Konsentrasi Gliserol 5
10 15
Pengenceran 50
100 150
50 100
150 50
100 150
Penanda Uji Fisher
A A
A A
A B
A A
A
Tanda huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata.
Pada Tabel 9 terlihat bahwa pengaruh faktor pengenceran yang nyata terdapat pada formula dengan konsentrasi gliserol 10. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa tingkat pengenceran 50 dan 100 kali dua-duanya berbeda nyata dengan pengenceran 150 kali dan tidak berbeda nyata satu sama lain.
Adapun pada formula dengan konsentrasi gliserol 5 dan 15, pengenceran tidak berpengaruh secara nyata terhadap nilai Dustiness Index formula CDS. Hasil
analisis statistik selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9. Pengaruh faktor pengenceran yang secara umum tidak nyata terhadap
kinerja formula CDS menunjukkan bahwa secara teori, formula CDS memiliki kinerja yang masih dapat diterima walaupun telah diencerkan sebanyak 150 kali.
Walaupun demikian, pemilihan formula tidak hanya mempertimbangkan faktor tersebut namun juga perbandingan kinerja formula CDS hasil penelitian dengan
kinerja formula CDS komersial. 4.6.3. Perbandingan Kinerja CDS Hasil Penelitian dengan CDS Komersial
Hasil analisis kinerja formula CDS hasil penelitian selanjutnya dibandingkan dengan hasil analisis kinerja formula CDS komersial untuk lebih
mengetahui kinerja formula hasil penelitian, dibandingkan dengan kinerja formula komersial yang biasa digunakan di pasaran. Sebagian perusahaan pengguna
formula CDS menggunakan air untuk menghemat pemakaian formula CDS. Oleh karena itu, hasil analisis kinerja air sebagai pengganti formula CDS juga
dibandingkan dengan hasil analisis formula CDS hasil penelitian dan komersial. Selain itu, blanko sampel yang berupa debu batubara yang tidak diberi perlakuan
penambahan bahan kmia apapun juga dianalisis sebagai kontrol. Perbandingan kinerja kedua formula CDS tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Perbandingan kinerja formula CDS hasil penelitian, CDS komersial, air dan blanko
Kinerja Hasil Penelitian Komersial
Air Blanko
ER 0,43
0,48 0,50
4,31 DI
0,07 0,09
0,37 0,85
Grafik data perbandingan ketiga jenis CDS dan blanko dapat dilihat pada Gambar 17.