maka kemurniannya harus ditingkatkan. Peningkatan kemurnian gliserol kasar hasil samping produksi biodiesel dilakukan sebagaimana yang telah
dilakukan oleh Farobie 2009 yang menetralkan komponen gliserol yang mengandung katalis basa KOH menggunakan asam fosfat sampai
diperoleh garam kalium fosfat. Diagram alir proses peningkatan kemurnian gliserol kasar hasil samping produksi biodiesel jarak pagar
dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Diagram alir proses peningkatan kemurnian gliserol kasar hasil samping produksi biodiesel jarak pagar Farobie 2009.
3.4.4. Formulasi CDS
CDS tersusun atas empat jenis bahan yaitu polimer Poli Vinil Alkohol PVA, surfaktan Sodium Lauril Sulfat SLS, gliserol hasil
samping produksi biodiesel jarak pagar dan air. Tahap awal formulasi
dilakukan dengan membuat formula dari keempat bahan tersebut dengan konsentrasi masing-masing bahan ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Komposisi formula CDS yang dikembangkan
No. Formula Polimer PVA
Surfaktan SLS
Gliserol Air
1 40
40 5
15 2
40 40
10 10
3 40
40 15
5 Seluruh bahan dilarutkan di dalam air sesuai dengan konsentrasi
yang sudah ditentukan. Pengadukan kemudian dilakukan selama 30 menit menggunakan magnetic stirrer dan hotplate pada suhu kamar.
3.4.5. Analisis Sifat Fisikokimia Formula CDS
Sifat fisikokimia CDS yang dianalisis adalah densitas, pH dan viskositas. Analisis densitas formula CDS dilakukan menggunakan alat
Densitometer Anton Paar DMA 4500M. Alat tersebut bekerja menggunakan sistem tabung osilasi. Pada sistem ini, respon tabung
terhadap gelombang osilasi diukur sebagai fungsi dari nilai densitas sampel di dalam tabung. Alat ini memiliki akurasi 5 digit desimal.
Analisis nilai pH dilakukan dengan menggunakan alat pengukur pH portabel Schotts yang memiliki akurasi dua digit desimal. Pengukuran
dilakukan dengan cara memasukkan elektroda ke dalam formula. Viskositas formula CDS diukur dengan menggunakan Brookfield LV
DVIII Ultra pada suhu 25
o
C. Prosedur analisis sifat fisikokimia CDS selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.4.6. Analisis Kinerja Formula CDS
Kinerja formula CDS selain dilihat dari kemampuannya menekan
pembentukan debu Hamelmann dan Schmidt, 2003 juga kemampuannya dalam menekan laju penguapan air yang terkandung di dalam debu
batubara sehinga debu batubara tidak mudah terbang. Pengukuran kinerja formula CDS dilakukan pada ketiga formula dengan 3 konsentrasi
pengenceran yaitu 50, 100 dan 150 kali. Prosedur analisis Evaporation Rate
dan Dustiness Index dilampirkan pada Lampiran 3 dan 4.
Kedua analisis tersebut juga digunakan untuk membandingkan kinerja formula CDS hasil penelitian dengan formula CDS komersial.
Selain itu, analisis ER dan DI juga dilakukan terhadap air karena air seringkali digunakan sebagai substitusi CDS oleh perusahaan. Blanko
yang berupa debu batubara tanpa perlakuan penambahan formula apapun juga digunakan di dalam kedua analisis sebagai kontrol seluruh perlakuan.
3.4.7. Rancangan Percobaan
Pengaruh penambahan gliserol dan konsentrasi pengenceran formula serta interaksinya terhadap kinerja formula CDS, terutama nilai
ER dan persentase DI dianalisis secara statistik dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap RAL lalu dilanjutkan dengan uji beda
nyata Fisher Aunudin 2005. Model rancangan tersebut adalah Yijk
= μ + Ai + Bj + ABij + εijk Keterangan:
Yijk = nilai laju penguapan dan persentase pembentukan debu formula pada konsentrasi gliserol ke-i, pengenceran ke-j, serta
ulangan ke-k, dengan i = 1, 2, 3 j = 1, 2, 3 dan k = 1, 2,.
μ = rataan umum
Ai = pengaruh penambahan gliserol ke-i
Bj = pengaruh pengenceran formula ke-j
ABij = pengaruh interaksi
penambahan gliserol
ke-i serta
pengenceran formula ke-j eijk
= pengaruh acak dari penambahan gliserol ke-i, pengenceran formula ke-j, serta ulangan ke-k.
Hipotesis yang diuji 1 Pengaruh penambahan gliserol
H
o
= A
1
= A
2
= A
3
= 0 penambahan gliserol memberikan pengaruh yang sama terhadap nilai Evaporation Rate dan persentase Dustiness
Index H
1
= setidaknya ada satu i dengan Ai ≠ 0, i = 1, 2, 3