Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

Minyak jarak pagar merupakan minyak yang kadar asam lemak bebasnya dapat meningkat dengan cepat dalam waktu yang relatif singkat, sehingga proses pembuatan biodiesel dari minyak jarak pagar biasanya dilakukan melalui dua tahap proses yaitu esterifikasi dan transesterifikasi. Proses produksi biodiesel dari minyak jarak pagar secara dua tahap menurut Berchmans dan Hirata 2007 dapat dilihat pada Gambar 2. FAME + MinyakJarak Pencampuran Etanol 30 + NaOH 3 bb Reaktor Transesterifikasi Suhu 65 o C, pengadukan 400 rpm, 2 jam Tangki Pengendapan 2 – 12 jam Metil Ester Kasar Gliserol Air basa Tangki Pencucian Pengeringan 110 o C, 15 menit Biodiesel Metil Ester FFA + MinyakJarak Pemanasan Reaktor Esterifikasi Suhu 50 o C Tangki Pengendapan 2 – 3,5 jam Fatty Acid Methyl Esters FAME + Minyak Jarak Sisa alkohol Metanol 225 FFA + H 2 SO 4 1 bb Gambar 2 Proses produksi biodiesel dua tahap Reaksi esterifikasi dan transesterifikasi ini tidak lain adalah reaksi yang hampir sama dengan reaksi hidrolisis tetapi menggunakan alkohol. Reaksi ini bersifat reversibel dan menghasilkan alkil ester dan gliserol. Alkohol berlebih digunakan untuk memicu reaksi pembentukan produk Khan 2002. Transesterifikasi bertujuan untuk menurunkan viskositas minyak jarak dan meningkatkan daya pembakaran, sehingga dapat digunakan sesuai standar minyak diesel untuk kendaraan bermotor. Sumber alkohol yang digunakan dapat bermacam-macam. Apabila direaksikan dengan metanol, maka akan didapat metil ester, apabila direaksikan dengan etanol akan didapat etil ester. Metanol lebih banyak digunakan sebagai sumber alkohol karena rantainya lebih pendek, lebih polar, dan harganya lebih murah dibandingkan dengan alkohol lainnya Ma dan Hanna 2001. Selain metanol, jenis alkohol lain yang dapat digunakan adalah etanol dan butanol. Walaupun demikian, penelitian yang dilakukan oleh Hossain et al. 2010 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada level α 5 antara penggunaan metanol, etanol dan butanol. Metanol mampu menghasilkan rendemen biodiesel tertinggi yaitu 49,5, sedangkan etanol dan butanol berturut- turut menghasilkan 23,5 dan 19,5. Katalis basa merupakan katalis yang paling sering digunakan dalam produksi biodiesel karena beberapa hal, yaitu dapat bekerja pada suhu dan tekanan relatif rendah 60 o C, 20 Psi, menghasilkan derajat konversi yang tinggi 98 serta berlangsungnya konversi menjadi metil ester tanpa menjadi senyawa intermediet terlebih dahulu Ejikeme et al. 2010. Setelah dilakukan reaksi esterifikasi dan transesterifikasi, fraksi gliserol kemudian dipisahkan dari metil ester berdasarkan perbedaan kelarutan. Gliserol bersifat polar dan memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan metil ester atau biodiesel, sehingga ketika diendapkan gliserol akan berada di bawah metil ester. Metil ester tidak dapat langsung digunakan, karena harus dimurnikan terlebih dahulu untuk menghilangkan sisa gliserol, air, sisa metanol, katalis, dan bahan pengotor lainnya. Proses pemurnian dapat dilakukan dengan water washing dan dry washing . Water washing merupakan pemurnian yang dilakukan dengan menggunakan air untuk melarutkan sisa katalis, sisa gliserol serta pengotor lainnnya, sedangkan dry washing memisahkan pengotor biodiesel dengan cara menyerap dan menahannya pada saringan yang biasanya terbuat dari resin.