Cahaya dan PAR Distribusi Cahaya dalam Kanopi

kanopi, kandungan kelembaban, ukuran dan luas daun serta tahap fase pertumbuhan tanaman. Selain itu nilai albedo juga dipengaruhi oleh musim, penutupan lahan, dan waktu dalam satu hari Rosenberg 1974. Dalam Geiger et al. 1961 nilai albedo dipengaruhi oleh besarnya sudut datang matahari dan panjang gelombang.

2.3 Alat Pengukur Intensitas Surya

Intensitas radiasi matahari ialah jumlah energi yang jatuh pada suatu bidang persatuan luas dalam satu satuan waktu yang merupakan ukuran penerimaan energi surya gelombang pendek di permukaan bumi. Terdapat berbagai macam radiasi surya yang dapat diukur, yaitu : a. Global Radiation Q yaitu radiasi total yang terdiri dari radiasi langsung dan radiasi difus. Alat yang umum digunakan untuk mengukur besarnya radiasi total adalah pyranometer dan solarimeter yang memiliki sensor thermophile. b. Diffuse Radiation D merupakan radiasi yang berasal dari pantulan oleh awan dan pembauran partikel di atmosfer. Dapat diukur dengan menggunakan pyranometer dimana pada alat diberi occulting ring shadow band untuk menghalangi radiasi langsung, sehingga yang didapat adalah nilai radiasi difus. c. Reflectivity Albedo merupakan pantulan radiasi surya gelombang pendek yang dapat diukur dengan menggunakan pyranometer dengan cara membalik alat tersebut kearah permukaan untuk melihat pantulan permukaan. Namun pengukuran dengan cara ini tidak signifikan untuk area berbayang di bawah alat. d. Sunshine duration yaitu lamanya penyinaran yang dapat diukur dengan menggunakan alat campbell stock. e. Net radiometers yaitu alat yang secara ideal menyerap radiasi dari semua panjang gelombang yang menuju dan yang dipantulkan permukaan bumi. f. Light Intensity yaitu intensitas cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan tumbuhan dengan rentang panjang gelombang 400-700 nm dapat diukur dengan menggunakan alat quantum sensor. Pada prinsipnya sensor alat pengukur intensitas radiasi matahari dibagi menjadi dua jenis : a. Sensor Actinograph dimana sensor ini dibuat dari bimetal yaitu dua jenis logam yang memiliki koefisien muai panjang yang berbeda dan diletakkan satu sama lainnya. b. Sensor Thermopile seperti yang digunakan pada solarimeter dan pyranometer.

2.4 Interaksi Cahaya Radiasi matahari dengan Kanopi Tanaman

Terdapat empat cara bagaimana radiasi berperan penting bagi pertumbuhan tanaman; a. Pengaruh termal Thermal effect, sebagai hasil dari kesetimbangan energi antara tanaman dengan lingkungannya. Radiasi merupakan input energi utama dimana energi ini diubah menjadi bahang heat dan bentuk energi lain sesuai dengan neraca energi tanaman. b. Fotosintesis. Sebagian besar radiasi matahari diserap tanaman digunakan untuk mensintesis materi energi yang merupakan energi utama di dalam biosfer. c. Fotomorfogenesis. Jumlah dan distribusi spektral dari radiasi gelombang pendek juga berperan penting dalam regulasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. d. Mutagenesis. Dimana radiasi dengan gelombang yang sangat pendek termasuk U, sinar-X dan  dapat mempengaruhi struktur materi genetik yang mengakibatkan kerusakan dan mutasi sel-sel tanaman. Kanopi tanaman memiliki tiga sifat optikal yaitu reflektifitas ρ yang merupakan proporsi kerapatan fluks radiasi matahari yang dipantulkan oleh unit indeks luas daun, transmisivitas τ yaitu proporsi kerapatan fluks radiasi yang ditransmisikan oleh unit indeks luas, dan absorbsivitas α yaitu proporsi kerapatan fluks radiasi yang diabsorbsi oleh unit indeks luas daun Jones 1992.

2.4.1 Cahaya dan PAR

Tanaman membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan proses fotosintesis dimana pertumbuhannya tergantung terhadap jumlah radiasi yang diterima dengan asumsi parameter lingkungan lainnya dianggap konstan. Cahaya tampak visible light adalah gabungan panjang gelombang dengan rentang 380-770 nm dimana di dalamnya terdapat panjang gelombang yang disebut photosynthetic active radiation atau PAR 400-700 nm yang merupakan panjang gelombang spesifik yang digunakan oleh tanaman untuk melakukan proses biokimia di dalam fotosintesis, yaitu mengubah energi cahaya menjadi biomassa. PAR didefenisikan sebagai unit kuanta dari energi cahaya dan diekspresikan sebagai jumlah poton cahaya yang diterima per suatu unit area. Incident PAR adalah sejumlah PAR yang datang pada puncak atmosfer. Telah diketahui sebelumnya bahwa atmosfer tidak meneruskan semua panjang gelombang ke permukaan bumi melainkan hanya pada rentang tertentu saja 0.3-3.5 µm. Namun hampir 48.7 radiasi yang sampai ke permukaan bumi adalah dalam bentuk PAR Guang Zhu 2008. Kondisi atmosfer di atas kanopi seperti kandungan uap air, debu, molekul udara dan keawanan mempengaruhi besarnya PAR yang sampai ke permukaan kanopi. Jumlah PAR yang datang ke puncak kanopi bervariasi tergantung dari letak lintang dan topografi, variasi diurnal akibat perbedaan sudut datang matahari, variasi penutupan awan dan gangguan atmosfer. Intercepted PAR IPAR adalah sejumlah PAR yang ditangkap oleh lapisan kanopi sebagai incident PAR pada kanopi yang terus menembus lapisan kanopi hingga tanah. Absorbed PAR APAR adalah sejumlah PAR yang diserap oleh kanopi sesungguhnya setelah dikurangi PAR yang dipantulkan Reflected PAR. Reflektan pada kanopi tanaman cenderung lebih rendah karena efek multipler daun.

2.4.2 Distribusi Cahaya dalam Kanopi

Distribusi radiasi diantara kanopi tanaman sulit untuk dideskripsikan karena dibutuhkan pengetahuan mengenai arsitektur kanopi, distribusi sudut radiasi matahari yang datang dan sifat optikal tanaman. Secara sederhana dengan asumsi distribusi tegakan horizontal dan seragam sehingga radiasi yang datang ke kanopi tanaman hanya berubah terhadap ketinggian. Secara umum rata-rata radiasi cenderung menurun secara ekponensial dengan meningkatnya kedalaman mengikuti Hukum Beer yang mengasumsikan kanopi adalah penyerap absorber yang homogen. Selain ketinggian, untuk distribusi kanopi yang seragam radiasi transmisi juga dipengaruhi oleh leaf area index LAI dan koefisien pemadaman k. Berikut merupakan persamaan radiasi transmisi menurut Hukum Beer: …………………………….2 Dimana I adalah radiasi yang ditransmisikan melalui tajuk, I adalah radiasi yang sampai ke puncak kanopi, dan k adalah koefisien pemadaman. Persamaan ini valid untuk penutupan kanopi yang seragam dengan distribusi daun acak, sedangkan untuk kanopi yang diskontinu seperti yang ditemukan pada tanaman dengan struktur baris dan pada perkebunan buah-buahan, terdapat clumping factor Ω yang bervariasi antara 0 hingga 1 Campbell and Norman 1998 diacu dalam Oyarz ύn 2010. Koefisien pemadaman dapat menjelaskan hubungan karakteristik kanopi tanaman dan intersepsi radiasi. Monteith 1973 menjelaskan bahwa koefisien pemadaman memberikan hubungan terbalik dengan kandungan klorofil per satuan luas daun dan berkurang dengan bertambahnya reflektivitas daun. Nilai k bervariasi tergantung dari ukuran daun dan arsitektur kanopi. Nilai k total radiasi berkisar antara 0.30-0.45 untuk tanaman yang memiliki daun tegak berbagai jenis serealia sampai nilai 0.8 pada tanaman yang memiliki tipe daun horizontal misal kacang tanah. Dalam komunitas tanaman, besarnya transmisi dan refleksi bergantung pada sudut datang sinar Monteith 1973. Koefisien refleksi dan transmisi untuk sudut datang 0 hingga 50 hampir konstan. Semakin besar sudut datang sinar, koefisien refleksi semakin meningkat dan koefisien transmisi menurun, dimana perubahan tersebut bersifat komplementer sehigga keseluruhan nilai absorbsi yang dapat dimanfaatkan untuk proses fotosintesis besarnya relatif konstan Impron 1999. Ketersedian dan variabilitas cahaya pada skala mikro di lantai hutan dipengaruhi oleh fenologi daun, posisi matahari, kondisi langit, lokasi gaps, ukuran gap, dan tinggi kanopi Anderson 1970; Canham et al. 1990; Baldocchi dan Collineau 1994. III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Hutan Badan Litbang Kementrian Kehutanan Dramaga Bogor dan pengolahan data dilakukan di Laboratorium Meteorologi Terapan. Penelitian berlangsung mulai bulan Maret 2012 sampai Juli 2012.

3.2 Alat dan Bahan