5.5. Angka Bentuk Batang Rata-Rata
Angka bentuk batang pinus diperoleh dari rata-rata rasio volume aktual dengan volume silinder pohon. Besaran nilai angka bentuk pohon pinus yang
didapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Angka bentuk absolut sebesar 0,444
2. Angka bentuk setinggi dada sebesar 0,531 Tabel 12 Deskripsi statistik angka bentuk pohon pinus
Angka bentuk N
Maksimal Minimal
Rata-rata Absolut
Setinggi dada 120
120 0,716
0,960 0,280
0,372 0,444
0,531
Angka bentuk merupakan suatu nilai hasil perbandingan antara volume pohon dengan volume silinder yang besarnya kurang dari satu Husch 1963. Hal
ini juga dapat dilihat dari nilai angka bentuk yang ada pada Tabel 12 yang menunjukkan nilai angka bentuk absolut dan nilai angka bentuk setinggi dadanya
kurang dari satu.
5.6. Kusen Bentuk Batang Rata-Rata
Kusen bentuk batang merupakan nilai perbandingan antara diameter pada ketinggian tertentu dengan diameter setinggi dada. Nilai kusen bentuk yang
didapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kusen bentuk normal sebesar 0,636
2. Kusen bentuk absolut sebesar 0,670
Tabel 13 Deskripsi statistik kusen bentuk pohon pinus Kusen bentuk
N Maksimal
Minimal Rata-rata
Normal Absolut
120 120
0,803 0,848
0,485 0,513
0,636 0,670
Hal ini sesuai dengan pernyataan Husch et al. 2003 bahwa kusen bentuk merupakan suatu nilai hasil perbandingan anara diameter ketinggian tertentu
dengan diameter setinggi dada yang besar yang kurang dari satu. Nilai kusen bentuk dapat digunakan untuk mengetahui faktor keruncingan pohon pinus pada
ketinggian.
5.7 Penyusunan Persamaan Taper
Pada penelitian ini ada enam persamaan taper yang dianalisis, dengan menggunakan data diameter relatif sebagai variabel tak bebas dan tinggi relatif
sebagai variabel bebas.
Tabel 14 Persamaan Taper
No Persamaan
R-sq R-sqadj
Nilai-p 1
2 3
4 5
6 dD = 1,14 - 0,938 hH
dD = 1,38 - 2,26 hH + 1,67 hH
2
dD = 0,084 + 9,44 hH - 31,1 hH
2
+ 28,8 hH
3
dD
2
= 1,19 - 1,46 hH dD
2
= 1,58 - 3,64 hH + 2,74 hH
2
dD
2
= - 0,284 + 13,2 hH - 44,4 hH
2
+ 41,5 hH
3
62,5 64,2
72,4 66,9
68,9 76,4
62,1 63,6
71,7 66,6
68,4 75,8
0,000 0,000
0,000 0,000
0,000 0,000
Ketelitian atau keberartian dari persamaan yang dihasilkan ditentukan dari besarnya nilai koefisien determinasi R-sq, koefisien determinasi terkoreksi R-
sqadj dan nilai-p. Berdasarkan nilai-nilai yang diperoleh di atas maka keenam persamaan tersebut cukup teliti unutk digunakan sebagai persamaan taper P.
merkusii. Berdasarkan tabel analisis regresi persamaan taper di atas dapat ditentukan
persamaan taper terbaik adalah persamaan keenam dD
2
= - 0,284 + 13,2 hH - 44,4 hH
2
+ 41,5 hH
3
. Hal ini dapat dilihat dari nilai statistik, dimana persamaan keenam memiliki nilai koefisien determinasi R-sq dan koefisien
determinasi terkoreksi R-sqadj lebih besar jika dibandingkan dengan persamaan lainnya. Nilai koefisien determinasi ini dapat menggambarkan tingkat
ketelitian dan keeratan hubungan antara peubah bebas dan peubah tak bebasnya. Persamaan keenam tersebut memiliki nilai koefisien determinasi sebesar
76,4 dan unutk nilai koefisien determinasi terkoreksi sebesar 75,8. Nilai koefisien determinasi ini menunjukan bahwa peubah tak bebas persamaan tersebut
dapat dijelaskan sebesar 76,4 oleh peubah bebasnya sedangkan sisanya dijelaskan oleh peubah yang lain. Persamaan ini memiliki nilai koefisien yang
cukup tinggi dimana semakin besar nilai koefisien determinasi maka semakin baik persamaan tersebut dalam menerangkan keragaman datanya.
Berdasarkan nilai-p yang diperoleh dapat dilihat bahwa semua persamaan taper yang ada dapat diandalkan karena nilai-p untuk setiap persamaannya kurang
dari 5. Artinya berdasarkan data yang ada sedikitnya terdapat satu nilai koefisien regresi yang tidak bernilai nol 0.
5.8 Rekapitulasi Hasil-Hasil Penelitian Karakteristik Biometrik