c. Strain Kerinci, menyebar di sekitar pegunungan Kerinci. Tegakan pinus alami yang luas terdapat antar Bukit Tapan dan Sungai Penuh. Di daerah ini tegakan
pinus tumbuh secara alami umumnya pada ketinggian 1500 – 2000 mdpl Butarbutar et al. 1998
3. Habitus
Tinggi pohon pinus Sumatra bisa mencapai ketinggian ± 35 m. Di Birma jarang sekali ditemukan pinus dengan ketinggian lebih dari 20 m. Di Philipina
pernah mencapai ketinggian 25 m atau lebih. Ketinggian pohon pinus pernah ditemukan oleh Fernandes setinggi 60 – 70 m dengan diameter 70 - 150 cm.
Pertumbuhan batang akan lurus, ramping dan bulat apabila ditanam dalam kondisi rapat. Apabila dalam keadaan lebar, maka pertumbuhannya akan berkelok-kelok,
miring dan menggarpu Beekman 1996.
4. Sifat-sifat kayu
Pohon pinus tidak berbanir, kulit kasar berwarna coklat kelabu sampai coklat tua, tidak mengelupas dan beralur lebar serta dalam dan memiliki serat
yang panjang. Kayu pinus berwarna coklat-kuning muda, berat jenis rata-rata 0,55 dan termasuk kelas kuat III serta kelas awet IV Siregar 2005.
5. Silvikultur
Pembungaan Pinus tergantung pada kondisi iklim. Setelah melewati musim kering munculah pembungaan yang besar dan menghasilkan biji-biji yang
baik. Pada kondisi iklim yang basah, pembungaan agak kurang dan biji yang dihasilkan bermutu jelek. Pembungaan utama berlangsung antara bulan Maret-
Juni. Pematangan biji setelah pembungaan berlangsung selama kurang lebih satu tahun. Jika pembungaan berlangsung bulan Mei – Juni, maka biji akan matang
kira-kira awal Mei. Perkecambahan mulai 8 sampai 11 hari setelah biji-biji disemaikan. Setelah 8 – 11 hari akar akan tumbuh membentuk serat benang dan
akan terus bertambah panjang tergantung kondisi tanah. Tanaman Pinus merupakan tanaman tumbuh dengan memerlukan sinar
matahari yang banyak, sehingga tanaman ini dikategorikan tanaman jenis pionir.
Bisa tumbuh di daerah yang kurang subur, daerah-daerah yang tidak bervegetasi selama tumbuhan ini mendapat sinar matahari yang cukup Beekman 1996.
6. Kegunaan
P. merkusii Jungh et. De Vriese merupakan salah satu jenis pohon industri yang mempunyai nilai produksi tinggi dan merupakan salah satu prioritas jenis
untuk reboisasi terutama di luar Pulau Jawa. Di Pulau Jawa, pinus atau tusam dikenal sebagai penghasil kayu, resin dan gondorukem yang dapat diolah lebih
lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti produksi alfa pinen. Kelemahan dari P. merkusii adalah peka terhadap kebakaran, karena
menghasilkan serasah daun yang tidak mudah membusuk secara alami. Kebakaran hutan umumnya terjadi pada musim kemarau, karena saat itu kandungan air, baik
pada ranting-ranting dan serasah di lantai hutan maupun pada pohon menjadi berkurang sehingga kemungkinan untuk mengalami kebakaran menjadi besar.
Selain itu, produksi serasah pinus termasuk tinggi, sebesar 12,56 – 16,65 tonhektar Komarayati et al. 2002.
Menurut Harahap dan Izudin 2002 kegunaan P. merkusii untuk bangunan perumahan, lantai, mebel, kotak, korek api, pulp, tiang listrik, papan wol kayu,
resin, gondorukem, dan kayu lapis. Selain itu, kegunaan pinus sangat banyak, antara lain kayunya dapat
digunakan untuk triplek, venir, pulp sutra tiruan, dan bahan pelarut. Getahnya dapat dijadikan gondorukem, sabun, perekat, cat dan kosmetik. Daur panen untuk
kebutuhan pulp 12 tahun dan non pulp 20 tahun Khaerudin 1999.
2.2 Parameter Individu Pohon 1. Umur Pohon