Tingkat kepuasan Perawatan Ortodonti Pada Pasien RSGMP FKG USU Tahun 2012 – 2013 Berdasarkan Index PIDAQ

(1)

GOLDEN PROPORTION

TINGGI WAJAH ANTERIOR

BAWAH SUKU BATAK DARI BERBAGAI POLA

PERTUMBUHAN WAJAH SKELETAL KLAS I

DI RSGMP FKG USU 2012

TESIS

Oleh

ULFAH FACHRUDIN 077028003

PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONTI

FAKULTAS KEDOKTERAN


(2)

PERSETUJUAN TESIS

Judul Tesis : GOLDEN PROPORTION TINGGI WAJAH ANTERIOR BAWAH SUKU BATAK DARI BERBAGAI POLA PERTUMBUHAN WAJAH KLAS I SKELETAL DI RSGMP FKG USU 2012

Nama Mahasiswa : Ulfah Fachrudin Nomor Induk Mahasiswa : 077028003

Program Spesialis : Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti Tesis ini telah disetujui untuk diseminarkan

( Muslim Yusuf , drg, Sp.Ort (K) ) (Nurhayati Harahap ,drg.Sp.Ort (K)) ____________________________ ____________________________ NIP: 19580828 198803 1 002 NIP : 19481230 197802 2 002 Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ketua Program PPDGS-1 Ortodonti Dekan FKG USU

(Nurhayati Harahap, drg, Sp.Ort (K)) (Prof.Nazruddin,drg,C.Ort,Ph.D,Sp.Ort) ______________________________ ______________________________

NIP: 19481230 197802 2 002 NIP : 19520622 1980031 001 Tanggal lulus : 12 Desember 2012


(3)

Telah diuji

Pada tanggal : 12 Desember 2012

____________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Muslim Yusuf ,drg, Sp.Ort (K) Anggota : Nurhayati Harahap , drg, Sp.Ort (K) Prof. Nazruddin,drg,C.Ort.,Ph.D.,Sp.Ort Amalia Oeripto , drg, MS, Sp.Ort (K


(4)

PERNYATAAN

GOLDEN PROPORTION TINGGI WAJAH ANTERIOR BAWAH PADA SUKU BATAK DENGAN MALOKLUSI KLAS I

DARI BERBAGAI POLA PERTUMBUHAN WAJAH

Penelitian in Vitro TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi , dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan , 12 Desember 2012

( Ulfah Fachrudin) NIM : 077028003


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat ALLAH SWT yang telah mempermudah penulis menyelesaikan tulisan karya ilmiah dalam bentuk tesis yang berjudul Golden Proportion Tinggi Wajah Anterior Bawah Suku Batak dari Berbagai Pola Pertumbuhan Wajah Skeletal Klas I di RSGMP FKG USU 2012. Tulisan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis dalam Ilmu Ortodonti di Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan tulisan ini , penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan secara moril dan material dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus , penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara , Bapak Prof. Dr.Syahril Pasaribu,DMTH,MSc(CTM),SpA(K), yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti di Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Yang terhormat Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Prof.Nazruddin ,drg,Ph.D.,Sp.Ort yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk megikuti Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(6)

Yang terhormat Erna Sulistyawati , drg, Sp.Ort(K) selaku Ketua Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Yang terhormat Nurhayati Harhap,drg,Sp.Ort(K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti di Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Yang terhormat Muslim Yusuf , drg, Sp.Ort(K) selaku pembimbing utama dan Nurhayati Harahap , drg, Sp.Ort(K) selaku pembimbing anggota tesis saya , yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, semangat , motivasi dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan selama penulisan tesis ini.

Yang terhormat staf pengajar bagian Ortodonti , Nurhayati Harahap, drg, Sp.Ort.(K), Muslim Yusuf ,drg, Sp.Ort (K), Amalia Oeripto , drg, MS, Sp.Ort(K), F.Susanto Adiwinata ,drg, FICD,Sp.Ort, Erna Sulistyawati,drg,Sp.Ort(K) yang banyak memberikan ilmu pengetahuan di bidang Ortodonti secara teori dan keterampilan dan sangat bermanfaat bagi penulis .

Yang tercinta kedua orangtua , Bapak Prof.Dr. drs. Fachrudin , MSM dan Mama Multiana yang senantiasa memberikan kasih sayang , bimbingan , dukungan dan semangat kepada penulis selama menjalani dan menyelesaikan pendidikan Spesialis Ortodonti.


(7)

Yang tercinta ananda M.Ilyas memberikan semangat dan harapan kepada penulis untuk mencapai cita-cita di masa yang akan datang.

Terima kasih kepada teman-teman angkatan IV : Dini Rettifina, Yetty Triatni , Mimi Marina Lubis dan Eka Adhayani , kakanda Khaira Rizfia ,ST,MM, Dr.Khaira Amalia , adinda SE.Ak, Hilma Tamiami ,ST, MSc, dan teman-teman PPDGS Ortodonti yang ikut membantu penulis menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam pelaksanaan dan penulisan tesis ini , namun penulis mengharapkan hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan , khususnya di bidang Ortodonti.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan semangat yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan dibalas dengan balasan yang berlipat ganda dari ALLAH SWT.Amin

Medan, 12 Desember 2012

( Ulfah Fachrudin ) NIM : 077028003


(8)

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL

PERSETUJUAN... i

PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... .. vii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR TABEL... x

ABSTRAK... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Hipotesis... 4

1.5 Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Golden Proportion... 5

2.1.1 Sejarah Golden Proportion... 5

2.1.2 Defenisi Golden Proportion... 7

2.1.3 Proporsi Wajah... 8

2.1.3.1 Rasio panjang /lebar wajah... 9

2.1.3.2 Proporsi Wajah dari Sefalometri... 12

2.1.4 Proporsi Tinggi Wajah Anterior Bawah menurut Golden Proportion ... 14

2.1.4.1 Aplikasi Golden proportion pada Sefalometri.……… 14

2.2 Wajah Suku Batak……….... 15

2.3 Pola Pertumbuhan Wajah...……….... 16

2.4 Kerangka Teori ... 18

2.5 Kerangka Konsep... 19

BAB 3 METODE PENELITIAN... 20

3.1 Jenis Penelitian... 20

3.2 Tempat dan waktu... 20


(9)

3.5 Defenisi Operasional... 22

3.6 Bahan dan Alat Penelitian... 23

3.7 Cara Penelitian... 23

3.8 Metode Analisis Data... 24

BAB 4 HASILPENELITIAN... 25

4.1 Hasil Penelitian dan Analisis Data..……….. ……… 25

BAB 5 PEMBAHASAN………. 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 31

6.1 Kesimpulan……….. .. 31

6.2 Saran... . 32

DAFTARPUSTAKA... 33

LAMPIRAN... 38


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kuil Parthenon menurut golden proportion... 6

Gambar 2 Proporsi wajah arah horizontal dan vertikal... 9

Gambar 3 Proporsi tinggi terhadap lebar wajah... 9

Gambar 4 Proporsi wajah dibagi 3 segmen yang seimbang... 10

Gambar 5 Proporsi tinggi hidung terhadap telinga dan proporsi lebar mata... 10

Gambar 6 Jarak ala rim hidung , embrasur dan dagu... 11

Gambar 7 Jarak canthus media mata , ala nasi dan dagu... 11

Gambar 8 Jarak dagu , embrasur bibir terhadap canthus media mata... 12

Gambar 9 Beberapa variabel gambaran sefalometri dari penelitian Ricketts... 13

Gambar 10 Basion ke sella –sella ke Nasion dan jarak condylar ke Xi-Xi Pm... 13

Gambar 11 Jarak dataran Frankfurt –titik A, titik A-Pm, menentukan tinggi wajah anterior ... 14

Gambar 12 Pola pertumbuhan Wajah... 17


(11)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman 4.1 Nilai Rerata Variabel Penelitian Proporsi Tinggi Wajah

Anterior Bawah Suku Batak ... 25 4.2 Rerata MPSN normal , Titik A ke Puncak Insisivus Bawah,

Puncak Insisivus Bawah ke titik Pm dan Proporsi Tinggi Wajah Anterior Bawah Suku Batak ... 26 4.3 Rerata MPSN Horizontal, Titik A ke Puncak Insisivus Bawah ,

Puncak Insisivus Bawah ke Titik Pm dan Proporsi Tinggi Wajah Anterior Bawah Suku Batak... 26 4.4 Rerata MPSN Vertikal, Titik A ke Puncak Insisvus Bawah,

Puncak Insisivus Bawah ke Titik Pm dan Proporsi Tinggi Wajah Anterior Bawah Suku Batak... 26 4.5 Proporsi Tinggi Wajah Anterior Bawah pada Sampel dengan

Pola Pertumbuhan Mandibula Normal, Horizontal dan Vertikal Suku Batak………. 27 4.6 Hasil Pengujian Hipotesis 1……….. 27 4.7 Hasil Pengujian Hipotesis 2……….. 28


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Penelitian……….38


(13)

ABSTRACT

Introduction: The objective of the research was to find out wether the proportion of the lower anterior facial height of Batak ethnic group, with various pattern of growth , had an ideal proportion as it can be seen in Ricketts’research in 1987 which had

golden proportion value ( 1:1.618) Method : The data consisted of 45 lateral cephalometric photos of Bataknesse students The Faculty of Dentistry and Bataknesse students Faculty of Engineering , University of Sumatera Utara ,and Bataknese patient who were treated in the Orthodontic clinic, faculty of dentistry in period of 2008-2011 . They were analyzed by using cross sectional analytic survey design and processed by using an SPSS version 17 software program Result : The lower anterior facial proportion of normal ( 1.658 , p<0.05) and vertical ( 1.628 , p< 0.05) growth pattern of Batak ethnic group is not significantly different from

golden proportion value Conclusion : The lower anterior facial proportion of Batak ethnic group in pattern of normal and horizontal growth has ideal facial proportion according to golden proportion

Keywords : Golden Proportion , Lower Anterior Facial Proportion , Batak Ethnic Group


(14)

ABSTRAK

Pendahuluan: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak dari berbagai pola pertumbuhan wajah sesuai dengan proporsi ideal seperti pada penelitian Ricketts tahun 1987 yang memiliki nilai

golden proportion (1 :1.618) Metode : Sampel diambil dari 45 foto sefalometri lateral mahasiswa FKG , mahasiswa Teknik suku Batak USU dan pasien klinik spesialis ortodonti RSGMP USU tahun 2008-2011. Sampel dianalisa menggunakan survey deskriptif analitik dan diproses dengan program SPSS versi 17 Hasil: Proporsi wajah anterior bawah suku Batak dengan pola pertumbuhan normal (1.658 , p<0.05) dan horizontal (1.628, p<0.05) tidak berbeda secara signifikan dengan nilai golden proportion Kesimpulan: Proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak dengan pola pertumbuhan normal dan horizontal memiliki proporsi wajah ideal menurut

golden proportion.


(15)

ABSTRACT

Introduction: The objective of the research was to find out wether the proportion of the lower anterior facial height of Batak ethnic group, with various pattern of growth , had an ideal proportion as it can be seen in Ricketts’research in 1987 which had

golden proportion value ( 1:1.618) Method : The data consisted of 45 lateral cephalometric photos of Bataknesse students The Faculty of Dentistry and Bataknesse students Faculty of Engineering , University of Sumatera Utara ,and Bataknese patient who were treated in the Orthodontic clinic, faculty of dentistry in period of 2008-2011 . They were analyzed by using cross sectional analytic survey design and processed by using an SPSS version 17 software program Result : The lower anterior facial proportion of normal ( 1.658 , p<0.05) and vertical ( 1.628 , p< 0.05) growth pattern of Batak ethnic group is not significantly different from

golden proportion value Conclusion : The lower anterior facial proportion of Batak ethnic group in pattern of normal and horizontal growth has ideal facial proportion according to golden proportion

Keywords : Golden Proportion , Lower Anterior Facial Proportion , Batak Ethnic Group


(16)

ABSTRAK

Pendahuluan: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak dari berbagai pola pertumbuhan wajah sesuai dengan proporsi ideal seperti pada penelitian Ricketts tahun 1987 yang memiliki nilai

golden proportion (1 :1.618) Metode : Sampel diambil dari 45 foto sefalometri lateral mahasiswa FKG , mahasiswa Teknik suku Batak USU dan pasien klinik spesialis ortodonti RSGMP USU tahun 2008-2011. Sampel dianalisa menggunakan survey deskriptif analitik dan diproses dengan program SPSS versi 17 Hasil: Proporsi wajah anterior bawah suku Batak dengan pola pertumbuhan normal (1.658 , p<0.05) dan horizontal (1.628, p<0.05) tidak berbeda secara signifikan dengan nilai golden proportion Kesimpulan: Proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak dengan pola pertumbuhan normal dan horizontal memiliki proporsi wajah ideal menurut

golden proportion.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Golden proportion merupakan satu proporsi yang tetap dan digunakan untuk menilai kecantikan secara matematis. Rasio golden proportion adalah 1 : 1.618 dan selalu ditemukan pada orang-orang yang memiliki senyum yang menarik, wajah yang cantik atau tampan dan tubuh yang ideal.1

Perawatan ortodonti dilakukan untuk mendapatkan oklusi gigi yang baik untuk meraih estetika wajah struktur kranial yang harmonis dan hasil perawatan yang stabil.2 Selain itu perawatan ortodontik komperhensif adalah mendapatkan hasil oklusi yang optimal , overbite , overjet yang ideal dan disertai keindahan wajah .1,2,10 Ada beberapa standarisasi estetis yang telah dipakai dalam ortodonti misalnya

smile arc, buccal corridor, sudut nasolabial , estetic line dan sebagainya. Pada abad ke-12 Fibonacci seorang ahli matematika menemukan nilai golden proportion (phi) sama dengan 1.618 . Nilai golden proportion ini selalu ditemukan pada hal yang terlihat harmonis dan sempurna seperti pada wajah yang cantik, bangunan yang indah morfologi bunga , kulit kerang dan sebagainya.3.8

Ricketts merupakan ortodontis yang pertama menyatakan analisis dari kecantikan wajah secara fisik seharusnya melalui pendekatan matematis dan penggunaan golden porportion. Ricketts (1987) meneliti lusinan foto dari model majalah untuk menentukan variabel proporsi yang mewakili goldenproportion pada


(18)

wajah-wajah cantik tersebut . Ricketts juga meneliti proporsi wajah orang Peru dari gambaran sefalometri dan menemukan rasio golden proportion dari beberapa variabel dalam sefalometri . Salah satu variabel yang diteliti Ricketts adalah proporsi tinggi wajah anterior bawah yang memiliki rasio golden proportion. Artikel Ricketts telah menjadi pedoman dalam ortodonti dan bedah mulut untuk menentukan estetika wajah.1.21

Arezoo Jahanbin (2008) menyatakan golden proportion adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pembagian satu garis dimana bagian yang paling kecil dibandingkan yang paling besar rasionya sama dengan bagian yang paling besar terhadap keseluruhan menjadi menarik dipandang. Sedangkan Mahshid dkk ( 2004 ) menyatakan golden proportion tidak berhubungan antara lebar gigi anterior dalam individu yang memiliki senyum yang esthetis.13Lombardi dan Levin (1978) : divine proportion (golden proportion) merupakan satu pedoman untuk ukuran ideal gigi .12 Baker dan Woods (2001) meneliti perubahan dari proporsi wajah sebagai kombinasi perawatan ortodonti / bedah ortognatik , hasilnya tidak ada hubungan antara perubahan estetik dan pengukuran golden proportion15.

Medici Filho et al ( 2007 ) menemukan nilai golden proportion estetik wajah yang diukur dari foto frontal , berbeda dengan Moss et al, menggunakan teknik 3 dimensi untuk mengevaluasi estetika wajah , pengukuran berbagai lebar wajah dan tidak menemukan nilai golden proportion pada penelitiannya.12


(19)

hubungan basis kranium anterior terhadap rotasi mandibula. Pola pertumbuhan wajah dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu pola wajah normal , horizontal dan vertikal.25 Masyarakat Sumatera Utara , terdiri dari banyak suku. Salah satunya adalah suku Batak. Suku Batak termasuk ras Proto Melayu yaitu Melayu Tua yang datang sejak 2000 tahun sebelum Masehi. Banyak penelitian tentang bentuk kepala , wajah juga bentuk kraniofasial dari analisa sefalometri dari suku Batak . Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak dari berbagai pola pertumbuhan memiliki proporsi ideal seperti proporsi tinggi wajah pada ras Peru yang diteliti Ricketts telah memenuhi nilai golden proportion ?

1.2.Rumusan Masalah

1. Apakah ditemui nilai golden proportion 1 : 1.618 menurut Ricketts sesuai juga dengan proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak Klas I skeletal ?

2. Apakah golden proportion ditemui pada proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak dengan pola pertumbuhan wajah normal, horizontal dan vertikal Klas I skeletal ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak Klas I skeletal sama dengan nilai golden proportion

2. Untuk mengetahui nilai proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak pada tipe pola pertumbuhan wajah normal , horizontal dan vertikal Klas I skeletal sesuai dengan nilai golden proportion.


(20)

1.4 Hipotesis

1. Nilai proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak Klas I skeletal tidak berbeda secara signifikan dengan nilai golden proportion

2. Nilai proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak dari pola pertumbuhan wajah normal , horizontal dan vertikal tidak berbeda secara signifikan dengan nilai golden proportion.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi ortodontis , golden proportion dipakai sebagai bahan evaluasi dalam menilai estetika hasil perawatan ortodonti

2. Menjadi bahan informasi untuk penelitian perawatan ortodonti selanjutnya.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Golden Proportion

2.1.1.Sejarah Golden Proportion

Ada berbagai pedoman , norma dan standar yang telah diajukan untuk menggambarkan proporsi ideal pada wajah manusia dan salah satunya adalah golden proportion yang dianggap sesuai dengan wajah manusia yang ideal.2

Golden Proportion dijelaskan secara geometris pada abad ke-4 sebelum masehi oleh Euclid sebagai bagian unik dari garis (AB) menjadi 2 bagian (AC dan CB) yang bisa dijelaskan sebagai berikut :

AB : AC = AC : CB

Walaupun Euclid merupakan penulis tertua yang menggambarkan konstruksi

golden proportion ini , proporsi ini mungkin telah di ketahui oleh orang Mesir kuno , karena rasio ini dapat dikenali pada piramid Mesir besar dari 3000 tahun sebelum Masehi . Pendekatan matematis yang lebih akurat berasal dari Fibonacci di abad ke-12 , yang mendefinisikan golden proportion sebagai phi (φ) yang ditemukan sama

dengan 1.618. Golden proportion sering dihubungkan dengan estetika dan harmoni dalam banyak bidang seperti arsitektur, seni ukir , musik, puisi, morfologi bunga , kulit kerang , mamalia dan wajah manusia.5

Phidias (490-430 SM) seorang arsitek membangun konstruksi dan desain kuil Parthenon kuil utama Dewa Yunani di puncak Acropolis , Athena , sesuai dengan


(22)

proporsi ideal dengan gabungan golden proportion dalam desain arsitektur (Gambar 1).

Gambar 1.Kuil Parthenon, Athena , didesain dan dibangun sesuai konsep golden proportion8

Golden proportion telah dipikirkan selama berabad-abad oleh banyak orang untuk mewakili harmoni yang sempurna , atau proporsi yang paling menarik di hampir semua hal. Leonardo Da Vinci telah menerapkan rasio untuk lukisannya , termasuk Mona Lisa , tidak hanya wajah , tetapi juga seluruh tubuh , dibentuk berdasarkan golden proportion6 .

Arsitek Roma , Marcus Vitruvio Pollio ( 1 abad SM) mendeskripsikan wajah manusia terbagi 3 bagian. Beliau menemukan ”harmonis simetris” dari tubuh manusia ”ideal” dibandingkan ”bangunan yang sempurna”2.

Leonardo da Vinci mengabadikan aspek konsep Vitruvian pada proporsi dan simetris tubuh manusia. Da vinci meneliti proporsi kepala manusia , tipe hidung, kombinasi bentuk dahi, dagu dan mulut. Gambar manusia Vitruvian dari Leonardo didasarkan pedoman yang digambarkan oleh Vitruvius sebagai proporsi laki-laki ideal. Jarak dari garis rambut ke aspek inferior dagu (menton jaringan lunak) adalah


(23)

1/10 dari tinggi manusia . Jarak dari puncak kepala ke menton jaringan lunak adalah 1/8 tinggi manusia.12

Vitruvius seorang arsitek terkenal zaman Romawi kuno telah menggambarkan proporsi manusia ideal secara geometris dalam buku III De Architectura.12

Ricketts (1982) menemukan banyak contoh proporsi ilahi pada wajah model komersial , pada gigi subjek dengan oklusi normal yang sangat baik, dan dalam pengukuran dari film bagian kepala frontal dan lateral, menunjukkan bahwa estetika memang dapat dianalisis secara ilmiah. Dalam desain wajah manusia, alam dengan nyata menterjemahkan golden proportion ke dalam pola hubungan yang harmonis antara jaringan lunak dan keras6.

2.1.2.Defenisi Golden Proportion

Bruce B Baker ( 2001 ) golden proportion merupakan istilah yang digunakan untuk membagi satu garis yang merupakan rasio dari bagian yang terkecil terhadap bagian yang terbesar sama dengan bagian yang terbesar dari keseluruhan. Arezoo Jahanbin (2008) golden proportion adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pembagian satu garis dimana bagian yang paling kecil dibandingkan yang paling besar rasionya sama dengan bagian yang paling besar terhadap keseluruhan menjadi menarik dipandang.12


(24)

2.1.3 Proporsi Wajah

Wajah yang simetris merupakan aspek penting dari kecantikan walaupun ada sedikit asimetri, masih dianggap normal. Konsep proporsi ideal merupakan rahasia kecantikan menjadi satu hal tertua menurut kecantikan alami . Orang Mesir kuno sangat tertarik pada seni dan kecantikan . Pelukis terkenal zaman Mesir kuno menggambar figur Ratu Nefertiti (1350 SM) dengan proporsi wajahnya yang harmonis dan simetris. Orang Mesir kuno mengabadikan kecantikan raja dan ratunya dengan proporsi wajah yang ideal. Nama Nefertiti menurut literatur artinya ” seorang yang sempurna”12.

Bentuk wajah orang Asia ada yang persegi empat, bundar, oval dan segitiga . Setiap bentuk wajah terlihat indah sesuai proporsinya17.

Bentuk ideal wajah Asia secara horizontal terbagi atas 5 bagian yang seimbang (gambar 2) :

1. Jarak dari kanal telinga ke tepi mata pertama 2. lebar mata pertama

3. jarak antara dua mata 4. lebar mata kedua

5. jarak dari tepi mata kedua ke telinga kedua

secara vertikal , wajah terbagi atas 3 bagian yang seimbang: 1. jarak dari garis rambut ke alis mata


(25)

3. jarak dari basis hidung ke dasar dagu

Gambar 2 .Proporsi wajah arah horizontal dibagi 5 bagian yang seimbang dan dalam arah vertikal dibagi 3 bagian yang seimbang 17

2.1.3.1 Rasio panjang /lebar wajah

Nilai ideal wajah menurut golden proportion adalah panjang wajah sama dengan 1.5 dari lebarnya (gambar 3)


(26)

Wajah dibagi tiga segmen yang seimbang yaitu dari garis rambut dahi ke antara mata , dari antara mata ke dasar hidung dan dari dasar hidung ke dasar dagu (gambar 4)

Gambar 4.Proporsi wajah dibagi 3 segmen yang seimbang 16

Seorang yang memiliki wajah yang sempurna , memiliki panjang telinga yang seimbang dengan panjang hidung dan lebar satu mata sama dengan lebar jarak antara dua mata (gambar 5)17


(27)

Jarak dari ala rim hidung ke embrasur bibir terhadap dagu ke embrasur bibir adalah 1:1.618 1.21(gambar 6)

Gambar 6. Jarak dari ala rim hidung ke embrasur bibir terhadap dagu 1:1.618 1

Medial canthus mata ke ala nasi terhadap hidung ke dagu merupakan golden proportion (1 : 1.618)1,21 (gambar 7)

Gambar 7. Jarak canthus media mata ke ala nasi terhadap dagu 1:1.6181

Jarak dagu ke embrasur bibir terhadap canthus media mata merupakan golden proportion ( 1:1.618)1,21( gambar 8)


(28)

Gambar 8 Jarak dagu ke embrasur bibir terhadap canthus media mata 1 :1.6181 2.1.3.2.Proporsi Wajah dari Sefalometri

Ricketts(1979) telah meneliti 30 sampel dari laki-laki dewasa Peru dari ras yang tidak bercampur yang datanya disimpan Dr Maria Castro . Semua gambar Sefalometri yang ditrasing dengan detail didapat hasil yang mengagumkan yaitu :

1. Panjang axis corpus cranial anterior φ terhadap panjang axis condyle (terhadap puncak condyle)

2. Panjang fossa cranial anterior SN φ terhadap panjang posterior cranial fossa S

Ba

3. Basal atau panjang basis cranial anterior φ terhadap pusat cranial ke articulare (ar)

4. Panjang palatum keras ANS-PNS φ ke kedalaman nasopharynx dan titik A ke PNS ke tepi margin posterior leher condyle

5. Panjang anterior dari dataran Frankfurt (Ptv ke orbital) φ terhadap Ptv ke

fossa glenoid


(29)

7. Palatum pada kanal insisivus ke menton φ terhadap cantelon mata

8. Tinggi puncak insisivus bawah dari Pm φ terhadap jarak puncak insisvus ke

titik A21

(gambar 9 dan 10)

Gambar 9. Beberapa variabel gambaran Sefalometri lateral yang sesuai dengan golden proportion

dari penelitian Ricketts.11

Gambar 10. A. Basion ke Sella 1 : 1.618 terhadap Sella ke Nasion dan jarak Artikulare ke Centrum cranium 1:1.618 dari centrum cranium ke Nasion B. Jarak Condylar ke titik Xi 1:1.618 terhadap jarak titik Xi ke Protuberance mentii21


(30)

2.1.4. Proporsi Tinggi Wajah Anterior Bawah Menurut Golden Proportion

Pada penelitian Ricketts terhadap ras Peru tahun 1979, ditemukan proporsi ideal dari tinggi wajah anterior bawah dengan nilai golden proportion. Titik referensi yang dipakai untuk menentukan tinggi wajah anterior bawah adalah titik A (subspinale ), puncak gigi insisivus bawah dan titik Protuberance mentii (Pm). Jarak titik A ke puncak insisivus bawah 1 banding 1.618 terhadap jarak puncak insisivus bawah ke titik Pm. Nilai ini dapat dipakai sebagai pedoman mengintrusi gigi insisivus bawah pada perawatan kasus deep bite .20,.21 (gambar11)

Gambar 11. Jarak dataran Frankfurt ke titik A 1:1.618 terhadap jarak dari titik A ke Pm jarak dari cantelon mata ke kanal insisivus 1:1.618 terhadap jarak kanal insisivus ke menton. Jarak dari titik A ke puncak insisivus bawah 1;1.618 terhadap jarak dari puncak insisivus bawah ke Pm1


(31)

2.1.4.1.Aplikasi Golden Proportion pada Sefalometri

Dalam sefalometri ditemukan relasi vertikal rahang dan gigi yang ideal. Dari dataran Frankfurt –titik A di maksila dan Pm di mandibula, ditemukan nilai golden

secara konsisten dalam wajah normal yang cantik . Sebelum pasien dirawat ortodonti, biasanya dilakukan penilaian ketidakseimbangan dalam hubungan rahang. Penilaian dapat dilakukan dengan pengukuran golden proportion . 1,.21

Rasio SBa-SN dapat memprediksi range panjang basis kranium dan mendiagnosa satu displasia struktur kraniofasial. Rasio kondilus terhadap corpus mandibula untuk menentukan displasia mandibula . ANS-PNS terhadap kedalaman nasopharynx untuk menentukan protrusi maksila dan menganalisis nasopharynx dan naso-oro-pharynx.21

Ditemukan pula hubungan antara titik A dan Pm dalam penelitian golden proportion. Dari titik A , jika jarak dari puncak insisivus bawah adalah 1.0 ( 1 unit), rasio dari tinggi insisivus bawah adalah 1.618 atau phi . Nilai ini dapat dipakai untuk menentukan berapa ukuran yang diperlukan untuk mengintrusi gigi insisivus bawah. Hal ini dapat menjadi pedoman perencanaan yang baik dalam melakukan bedah le Fort dan prosedur bedah prognatik mandibula dan genioplasty.1.,21

2.2.Wajah Suku Batak

Sebelum kita menjabarkan tentang wajah suku Batak yang merupakan ras Proto-Melayu , akan dijelaskan sedikit tentang Proto–Proto-Melayu. Sebagian besar dari penduduk Indonesia termasuk ras Paleomongoloid yang disebut ras Melayu . Ras


(32)

Melayu terdiri dari kelompok Proto-Melayu (Melayu Tua) dan Deutro-Melayu (Melayu Muda) . Kelompok Proto-Melayu datang ke Indonesia pada 2000 SM dan kelompok Deutro-Melayu pada 1500 SM.22

Pada mulanya kelompok Proto-Melayu menempati pantai-pantai Sumatera Utara (Batak) , Kalimantan Barat (Dayak) dan Sulawesi Barat ( Toraja) kemudian pindah ke pedalaman karena terdesak oleh kelompok Deutro Melayu . Suku yang termasuk kelompok ras Deutro-Melayu adalah orang-orang Aceh, Minangkabau, Lampung , Rejang Lebong, Jawa, Madura , Bali , Makasar, Melayu, Bugis, Betawi , Manado dan Sunda. Ras proto-Melayu memiliki bentuk kepala panjang disebut

dolichocephalis dan Deutro-Melayu memiliki bentuk kepala brachycephalis.22

Pamela (2010) meneliti tipe wajah suku Batak (Proto-Melayu) pada anak masa gigi bercampur usia 6-12 tahun dari Facial Index dan menyimpulkan bahwa 75% tipe wajah euryprosopic yang dominan pada anak suku Batak. Euryprosopic atau wajah lebar memiliki basis apikal rahang yang lebar dalam arah transversal .22

Saat ini belum diketahui nilai proporsi wajah suku Batak dari analisa Sefalometri lateral.

2.3.Pola Pertumbuhan Wajah

Pola pertumbuhan wajah dipengaruhi perkembangan mandibula yaitu hubungan antara mandibula terhadap basis kranium (MP:SN). Pertumbuhan mandibula menjadi stabil rata-rata sekitar usia 9 tahun. Hal ini tergantung hubungan antara jumlah


(33)

sutura-alveolar) pada skeletal wajah . Rotasi mandibula dan hubungannya dengan basis kranium anterior dapat menentukan pola wajah seseorang. Rotasi mandibula dalam hubungannya terhadap basis kranium anterior dapat dibagi menjadi:

1. Tipe pertumbuhan normal (letaknya sejajar) 2. Tipe pertumbuhan horizontal (rotasi ke depan) 3. Pertumbuhan vertikal (rotasi ke belakang)

Pada tipe pola pertumbuhan normal, pertumbuhan dikedua area mandibula dan maksila seimbang. Pada pola horizontal , pertumbuhan didominasi pertumbuhan kondilar . Pada tipe vertikal , pertumbuhan sutura alveolar lebih besar dibandingkan regio kondilar (gambar 9)25. Menurut Schudy nilai rata-rata MP-SN 32˚ menentukan inklinasi mandibula terhadap basis kranium anterior. Sedangkan pertumbuhan wajah dinilai dari posisi mandibula relatif terhadap basis kranium disebut Y-axis dari sudut N-S-Gn dengan nilai mean 66˚.24


(34)

2.4.KERANGKA TEORI

Golden Proportion -sejarah gp

-defenisi gp

-wajah suku Batak Proporsi(?)

Proporsi wajah

Proporsi wajah dari sefalometri

Pola

pertumbuhan wajah

-Proporsi tinggi wajah anterior bawah

-Aplikasi golden proportion pada foto sefalometri lateral


(35)

2.5.KERANGKA KONSEP

Penentuan titik sefalometri proporsi tinggi wajah anterior bawah menurut pola pertumbuhan wajah ( normal , horizontal, vertikal) suku Batak

-MP-SN -Y-axis

-A-Incisor tip A -incisor tip-Pm

Nilai proporsi tinggi wajah ras Peru yang diteliti Riccketts (1 : 1.618)

Apakah proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak dengan berbagai pola pertumbuhan wajah (normal, horizontal dan vertikal) sama dengan nilai


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Rancangan penelitian berbentuk survey analitik dengan rancangan cross sectional, yaitu dengan melakukan analisis dinamika proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak dengan pola pertumbuhan wajah dinilai menurut golden proportion dengan model pendekatan atau observasi pada satu saat . Arti dari satu saat adalah tiap subjek diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap satu karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat penelitian : Klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU

3.2.2 Waktu Penelitian : September 2012 sampai Desember 2012 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi diambil dari mahasiswa FKG dan Teknik USU suku Batak Proto-Melayu yang secara sukarela melakukan foto sefalometri dan pasien suku Batak yang mendapat perawatan ortodonti pada Departeman Ortodonsia FKG USU tahun 2008-2011


(37)

3.3.2.Besar Sampel Penelitian

Untuk menentukan besar sampel digunakan tehnik Purposive sampling yaitu penelitian ini tidak dilakukan pada seluruh populasi tapi terfokus pada target .

Purposive sampling artinya penentuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap objek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Besar sampel yang ada = 45 sampel

3.3.3 Kriteria sampel Kriteria inklusi :

- Pasien usia 16 sampai 25 tahun

- Suku Batak Proto Melayu 2 generasi ke atas - Laki-laki dan perempuan

- maloklusi skeletal Klas I (ANB 2±2) - Gigi lengkap kecuali molar ketiga - Interdigitasi baik

- Oklusi molar pertama permanen Klas I - Overbite dan overjet normal

- Tidak ada gigi yang rotasi Kriteria ekslusi :

-Kehilangan gigi anterior rahang atas satu atau lebih

- Ada kelainan bentuk gigi anterior seperti peg shape , fusion, atrisi 3.4. Variabel Penelitian


(38)

- Proporsi tinggi wajah anterior bawah 3.4.2. Variabel terpengaruh

• MP:SN

• Titik A ke puncak insisivus bawah

• Puncak insisivus bawah- Pm 3.4.3 Variabel terkendali

- 16 sampai 25 tahun 3.4.4 Variabel tak terkendali - laki-laki dan perempuan

- jarak pengambilan foto sefalometri 3.5 Defenisi operasional

Golden proportion adalah proporsi ideal yang nilainya selalu berulang menciptakan keindahan , nilainya 1: 1.618

Suku Batak : ras Proto Melayu (Melayu tua ) yang berasal dari Yunan Selatan datang ke Indonesia sekitar 2000 SM menempati pesisir Sumatera Utara kemudian terdesak ke pedalaman karena kedatangan ras Deutro Melayu pada 1500 SM

Pola pertumbuhan wajah (MPSN) : inklinasi dataran mandibula terhadap basis kranium dinilai dari dataran mandibula (MP) terhadap dataran Sella Turcica (SN) , menurut Schudy nilai rata-rata MPSN adalah 32º

Pola pertumbuhan wajah normal : inklinasi mandibula sejajar dengan basis kranium dengan nilai MPSN 32˚ ± 5˚


(39)

Pola pertumbuhan horizontal : inklinasi mandibula rotasi ke depan dari basis kranium dengan nilai MPSN < 27˚

Pola pertumbuhan vertikal : rotasi mandibula kebelakang dari basis kranium dengan nilai MPSN > 37˚

Nasion (N):titik paling anterior dari sutura nasofrontal pada dataran median Sella turcica (S): titik tengah pada fossa hypophysial

Mandibular Plane (MP) : garis yang ditarik dari titik gonion dan titik gnathion Gn (Gnathion): titik paling bawah dari dagu (AM. Schwartz)

Go (Gonion) : titik dari pertemuan segitiga tepi posterior ramus ascendens dan basis mandibula

Titik A ( subspinale): titik garis tengah paling dalam pada kontur terluar anterior dari procesus alveolaris maksila antara nasal spine anterior dan prosthion

Titik Pm : protuberance mentii pada puncak sympisis trigonum mentali Puncak insisivus bawah : titik paling tinggi dari insisivus bawah 3.6.Bahan dan alat Penelitian

1.Foto Sefalometri lateral sampel sesuai kriteria 2.Kertas asetat

3.Kaliper digital

4.Pensil 4H , penghapus merk Faber castle 5.Penggaris


(40)

3.7.Cara Penelitian

Pengumpulan sefalometri lateral dari pasien di Klinik RSGMP FKG USU berdasarkan kriteria inklusi . Pengukuran titik-titik proporsi wajah menurut golden proportion dilakukan dua kali , pertama dilakukan oleh operator dan kedua dilakukan operator dalam waktu enam hari untuk mengukur titik-titik dan jarak variabel rasio

golden proportion . Setelah itu dilakukan pengumpulan data dan pengolahan data melalui program SPSS uji beda t-test

Gambar 13. Pengukuran proporsi wajah menurut goden proportion (Ricketts) dari sefalometri1

3.8.Metode Analisia Data


(41)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan 45 sampel yang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu 20 sampel dengan pola pertumbuhan mandibula normal, 14 sampel pola pertumbuhan mandibula vertikal dan 10 sampel pola pertumbuhan mandibula horizontal . Pengolahan data memakai uji beda t –test dari program SPSS dan telah diuji dengan uji Normalitas Kolmogorov Smirnov.

Tabel 4.1 .Nilai Rerata MPSN,Y-axis , Jarak A ke titik Im , jarak Im ke Pm dan Proporsi Tinggi Wajah Anterior Bawah

N Mean Std.Deviation

MPSN Y-axis AtoIm ImtoPm Proporsi 45 45 45 45 45 31.2889 68.4444 21.8333 37.0444 1.69440 5.65935 3.40658 2.30119 3.10392 0.17363

Tabel 4.1 adalah nilai rata-rata nilai SNA,SNB, ANB , MPSN, Y-axis, titik A ke puncak insisivus bawah , puncak insisivus bawah ke titik Pm dari proporsi tinggi wajah anterior bawah . Nilai rata-rata SNA 83.288±4 , nilai rata-rata SNB 80.688±4.2 , nilai rata-rata ANB 2.6 ± 1.2 , nilai rata-rata MPSN 31.2± 5.6 , nilai rata-rata Y axis 68.4 ± 3.4, nilai rata-rata titik A ke puncak insisivus mandibula


(42)

(AtoIm) 21.8 ±2.3 , nilai rata-rata puncak insisivus bawah ke titik Pm (ImtoPm) 37.0± 3.1 dan nilai rata-rata proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak 1.694 ± 0.1702

Tabel 4.2 Rerata MPSN Normal, Titik A ke Puncak Insisivus Bawah, Puncak Insisivus Bawah ke titik Pm dan Proporsi Tinggi wajah Anterior Bawah Suku Batak

Variabel N Mean Std.Deviation

MPSN A to Im Im to Pm Proporsi 20 20 20 20 30.7500 21.4750 35.5500 1.6585 1.68195 1.99654 2.58488 0.11132

Tabel 4.3 Rerata MPSN Horizontal , Titik A ke Puncak Insisivus Bawah, Puncak Insisivus Bawah ke Titik Pm dan Proporsi Tinggi Wajah Anterior Bawah Suku Batak

Variabel N Mean Std. Deviation

MPSN A to Im Im to Pm Proporsi 11 11 11 11 24.0909 22.3182 36.2727 1.6282 3.33030 2.159% 2.68667 0.14518

Tabel 4.4 Rerata MPSN Vertikal , Titik A ke Puncak Insisivus Bawah, Puncak Insisivus Bawah ke Titik Pm dan Proporsi Tinggi Wajah Anterior Bawah Suku Batak

Variabel N Mean Std.Deviation

MPSN A to Im Im to Pm Proporsi 14 14 14 14 37.8571 22.2143 39.5000 1.8021 2.82454 2.63639 2.65301 0.22485


(43)

Tabel 4.5 Proporsi Tinggi Wajah Anterior Bawah pada Sampel dengan Pola Pertumbuhan Mandibula yang Normal, Horizontal dan Vertikal Suku Batak

Pola pertumbuhan wajah Proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak

Total sampel (45) N SD

Normal Horizontal Vertikal 1.6585 1.6282 1.8022 0.1113 0.1451 0.2248 20 11 14

Keseluruhan 1.6944 0.1702 45

Pada tabel 4.2, nilai rata-rata dari proporsi MPSN normal dari penelitian ini adalah 1.658±0.11132. Proporsi rata-rata dari proporsi tinggi wajah anterior bawah pola pertumbuhan horizontal pada suku Batak adalah 1.6282 ± 0.145. Proporsi rata-rata tinggi wajah anterior bawah pola pertumbuhan wajah vertikal suku Batak adalah 1. 802 ± 0.22. proporsi rata-rata tinggi wajah anterior bawah seluruh sampel adalah 1.6944± 0.1702

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Hipotesis 1

Perbandingan Proporsi Tinggi Wajah Anterior Bawah Suku Batak dengan Nilai

Golden Proportion = 1.618 dari Seluruh Sampel Pola pertumbuhan wajah Proporsi tinggi wajah

anterior bawah Signifikansi (p) Suku Batak Nilai golden proportion

Seluruh sampel 1.6944 1.618 P= 0.004 S


(44)

Pada tabel 4.6. perbandingan proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak seluruh sampel dengan nilai golden proportion 1.618 berbeda secara signifikan dilihat dari p=0.004

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Hipotesis 2

Perbandingan Proporsi Tinggi Wajah Anterior Bawah Suku Batak dengan Nilai

Golden Proportion =1.618 berdasarkan Pola Pertumbuhan Wajah Pola pertumbuhan wajah Tinggi wajah anterior

bawah

Signifikansi (p) Suku Batak Nilai golden

proportion Normal Horizontal Vertikal 1.6585 1.6282 1.8022 1.618 1.618 1.618

P= 0.120 TS P=0.821 TS P=0.009 S Keterangan : S= signifikan

TS=tidak signifikan

Pada tabel 4.7 , perbandingan proporsi tinggi wajah anterior bawah dengan MPSN normal dari penelitian ini adalah 1.6585 tidak berbeda secara signifikan dengan p=0.120. Perbandingan proporsi tinggi wajah anterior bawah pola pertumbuhan wajah horizontal dengan nilai golden proportion tidak ada perbedaan signifikan (p=0.821). Perbandingan proporsi tinggi wajah anterior bawah pola pertumbuhan vertikal suku Batak dengan nilai golden proportion ada perbedaan signifikan (p<0.009).


(45)

BAB 5 PEMBAHASAN

Dari peneltian proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak pada tiga tipe pola pertumbuhan wajah menggunakan metode peneltian deskriptif analitik cross-sectional . Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai ideal dari proporsi wajah anterior bawah pada suku Batak dan dibandingkan dengan nilai ideal dari penelitian proporsi tinggi wajah anterior bawah dari penelitian Ricketts pada ras Peru mengacu kepada nilai goldenproportion = 1.618.

Penelitian ini menggunakan sampel sekunder dengan kriteria individu maloklusi Klas I , suku Batak tidak bercampur 2 generasi keatas , belum pernah dilakukan perawatan ortodonti , gigi lengkap sampai molar kedua permanen , hubungan molar pertama permanen Klas I , interdigitasi baik.

Metode yang dilakukan dalam penelitian dalam pengukuran proporsi tinggi wajah anterior bawah dengan mengumpulkan foto Sefalometri sesuai kriteria, kemudian ditracing titik-titik penting dan variabel yang diukur yaitu SNA, SNB , ANB, MPSN, Y axis , jarak titik A ke puncak insisivus bawah , jarak puncak insisivus bawah ke titik Pm sesuai metode Ricketts dari penelitian sebelumnya.

Data sampel dilakukan uji Normalitas Kolmogorov Smirnov kemudian diuji nilai rerata dari SNA , SNB, ANB, MPSN, Y-axis, A terhadap Puncak insisivus bawah , puncak insisivus bawah terhadap titik Pm, proporsi tinggi wajah anterior bawah pada suku Batak


(46)

Proporsi tinggi wajah anterior bawah dari tipe pola pertumbuhan wajah normal suku Batak rata-rata= 1.658 dan dibandingkan dengan nilai golden proportion tidak berbeda secara signifikan dengan p= 0.12 . Hal ini disebabkan mean titik A ke titik puncak insisivus bawah 21.475 yang seimbang bila dibandingakn jarak titik puncak insisivus bawah ke titik Pm 35.550 sehingga mendekati nilai golden proportion.

Proporsi tinggi wajah anterior bawah dengan tipe pola pertumbuhan wajah horizontal suku Batak rata-rata=1.628 dan dibandingkan dengan nilai golden proportion ternyata tidak berbeda secara signifikan dengan p= 0.82 . Nilai mean jarak titik A ke puncak insisivus bawah 22.318 seimbang dengan mean jarak titik puncak insisivus bawah terhadap titik Pm yaitu 36.2727 sehingga mendekati nilai golden proportion.

Rata-rata proporsi tinggi wajah anterior bawah pada tipe pola pertumbuhan wajah vertikal = 1.802 dan dibandingkan dengan nilai golden proportion berbeda secara signifikan dengan p= 0.009. Rerata proporsi tinggi wajah anterior bawah dari keseluruhan sampel adalah 1.694 dibandingkan dengan nilai golden proportion

berbeda secara signifikan dengan p=0.004. Hal ini disebabkan nilai mean jarak titik A ke titik puncak insisivus bawah 22.2143 bila dibandingkan dengan mean jarak titik puncak insisivus bawah ke titik Pm yang besar yaitu 39.5 tidak seimbang sehingga tidak mendekati nilai golden proportion.

Jadi proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak pada pola pertumbuhan wajah yang normal dan horizontal tidak ada perbedaan dengan proporsi wajah


(47)

tinggi wajah anterior bawah suku Batak pada pola pertumbuhan wajah normal dan horizontal memiliki proporsi yang ideal seperti penelitian Ricketts (1987). Sedangkan proporsi wajah anterior bawah suku Batak pada pola pertumbuhan vertikal berbeda dengan proporsi tinggi wajah anterior bawah ras Peru yang diteliti Ricketts (hipotesis ditolak). Menurut Mashid (2004) individu tidak selalu dapat diukur secara matematis dengan standar yang sama karena adanya variasi di alam . Variasi nilai estetis yang besar dari seseorang berbeda dengan orang lain . Karakteristik kultur dan persepsi tentang kecantikan juga harus dipertimbangkan.13


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak rata-rata : 1.694

2. Proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak pada pola pertumbuhan normal rata-rata : 1.658

3. Proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak pola pertumbuhan wajah horizontal rata-rata : 1.628

4. Proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak dengan pola pertumbuhan wajah vertikal rata-rata :1.802

5. Pada proporsi tinggi wajah anterior suku Batak dengan pola pertumbuhan wajah yang normal dan horizontal tidak ada perbedaan secara signifikan dengan nilai golden proportion yang ditemukan pada proporsi tinggi wajah anterior bawah ras Peru pada penelitian Ricketts.

6.2.Saran

Penelitian ini masih memakai sampel sekunder dalam jumlah yang terbatas sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut menggunakan sampel dari wajah yang cantik atau ideal , sampel yang heterogen ( bukan hanya dari mahasiswa ) diharapkan akan mendapatkan nilai yang sama dengan nilai golden proportion.


(49)

Bagi ortodontis , dapat memakai nilai golden proportion ini sebagai salah satu pedoman memperbaiki tinggi wajah anterior bawah yang kurang ideal dalam rencana perawatan.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

1. Goldstein , Ricketts, Robert M, 1998. Divine Proportion, Esthetics in Dentistry ,vol 1,187-206

2. Proffit WR, Fields HW Jr., Sarver DM , 2007.Contemporary Orthodontics, Mosby , fourth edition, 189-191

3. Naini FB , Moss JP ,Gill DS ,2006. The Enigma of Facial Beauty Esthetics , Proportion, Deformity and Controversy . Am J Orthod Dentofacial Orthop , 130:277-82

4. Havens DC ,Mc Namara JA Jr, Sigler LM ,Bucceti T ,2010.The Role of The Posed Smile in Overall Facial Esthetics . Angle Orthod ,80:322-8

5. Johnsen DK ,Smith RJ ,1995. Smile Esthetics after Orthodontic Treatment with and without Extraction of Four First Premolars . Am J Orthod Dentofac Orthop ,108 :162-7

6. Kiekens RMA et al, 2008. Putative Golden Proportion as Predictors of Facial Esthetics in Adolescents , Am J Orthod Dentofac Orthop , 134 :480-3

7. Wahl N, 2006.Orthodontic in 3 Millenia .Chapter 7 : Facial Analysis before the Advent of Facial Esthetics in Adolescent, Am J Orthod Dentofac Orthop , 127 :293-8

8. Donitza A,2008. Creating of Perfect Smile : Prosthetic Consideration and Procedure for Optimal Dentofacial Esthetics, CDA Journal , 26:335-42


(51)

10.Rabie AB, Wong RWK , King N , 2006 . Aesthetic Dentistry and Orthodontics , The Hongkong Medical Diary , 8 :7-10

11.Naini FB ,Gill DS , 2008.Facial Aesthetics 1.Concepts and Canons, Dental Update ,35:102-107

12.Levin E I, 2011. The Updated Application of the Golden Proportion to Dental Aesthetics , Aesthetic dentistry ,5: 22-27

13.Mahshid M et al, 2004. Evaluation of Golden Proportion in Individuals with an Esthetics Smile , Journal esthetics and Restorative Dentistry , 16 ;185-192 14.Fayyad MA, Jamani Kd, Aqrabawi J ,2006. Geometri and Mathematical

Proportion and their Relations to Maxillary Anterior Teeth , The Journal of Contemporary Dental Practice , 5:1-10

15.Baker BW, Woods MC, 2001. The Role of the Divine Proportion in Esthetic Improvent of Patient Undergoing Combined Orthodontic / Orthognatic Surgical Treatment, Int J Adult Orthod Orthognath Surg, , 16:108-120

16.The Beauty Equation, diakses dari

facial perfection-golden-ratio

17.Smile design rules, diakses dari

rulesphp

18.Vitruvian man –Wikipedia , diakses the free encyclopedia

19.Moore et al.,2005. Buccal Corridors and Smile Esthetics, AJODO , 127: 208-13


(52)

20.Sarver DM.,2004. Principles of Cosmetics Dentistry in Orthodontics Part 1.Shape and Proportionality of Anterior Teeth . Am J Orthod Dentofacial Orthop ,126:249-53

21.Ricketts ,1982. The Biologic Significance of the Divine Proportion and Fibonacci Series, AJODO, 81:351-70

22.Pamela N, 2010. Perbandingan Tipe Wajah Suku Batak pada Pasien Gigi Geligi Bercampur Berdasarkan Jenis Kelamin di Klinik Ortodonti FKG USU , skripsi, USU

23.Pratiknya AW, 2007. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan , Rajagrafindoperkasa , 12-14

24.Jacobson A, 1995. Radiographic Cephalometry , Quintessence Publishing Co.,87-93

25.Rakosi T, 1982. An Atlas and Manual of Cephalometry Radiography , Wolfe Medical Publication, 35-39


(53)

(54)

(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

(75)

(76)

(77)

(78)

(79)

(80)

(81)

(82)

(83)

(84)

(85)

(86)

(87)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)