Proporsi Tinggi Wajah Anterior Bawah Menurut Golden Proportion

2.1.4. Proporsi Tinggi Wajah Anterior Bawah Menurut Golden Proportion

Pada penelitian Ricketts terhadap ras Peru tahun 1979, ditemukan proporsi ideal dari tinggi wajah anterior bawah dengan nilai golden proportion. Titik referensi yang dipakai untuk menentukan tinggi wajah anterior bawah adalah titik A subspinale , puncak gigi insisivus bawah dan titik Protuberance mentii Pm. Jarak titik A ke puncak insisivus bawah 1 banding 1.618 terhadap jarak puncak insisivus bawah ke titik Pm. Nilai ini dapat dipakai sebagai pedoman mengintrusi gigi insisivus bawah pada perawatan kasus deep bite . 20,.21 gambar11 Gambar 11. Jarak dataran Frankfurt ke titik A 1:1.618 terhadap jarak dari titik A ke Pm jarak dari cantelon mata ke kanal insisivus 1:1.618 terhadap jarak kanal insisivus ke menton. Jarak dari titik A ke puncak insisivus bawah 1;1.618 terhadap jarak dari puncak insisivus bawah ke Pm 1 Universitas Sumatera Utara 2.1.4.1.Aplikasi Golden Proportion pada Sefalometri Dalam sefalometri ditemukan relasi vertikal rahang dan gigi yang ideal. Dari dataran Frankfurt –titik A di maksila dan Pm di mandibula, ditemukan nilai golden secara konsisten dalam wajah normal yang cantik . Sebelum pasien dirawat ortodonti, biasanya dilakukan penilaian ketidakseimbangan dalam hubungan rahang. Penilaian dapat dilakukan dengan pengukuran golden proportion . 1,.21 Rasio SBa-SN dapat memprediksi range panjang basis kranium dan mendiagnosa satu displasia struktur kraniofasial. Rasio kondilus terhadap corpus mandibula untuk menentukan displasia mandibula . ANS-PNS terhadap kedalaman nasopharynx untuk menentukan protrusi maksila dan menganalisis nasopharynx dan naso-oro-pharynx. 21 Ditemukan pula hubungan antara titik A dan Pm dalam penelitian golden proportion. Dari titik A , jika jarak dari puncak insisivus bawah adalah 1.0 1 unit, rasio dari tinggi insisivus bawah adalah 1.618 atau phi . Nilai ini dapat dipakai untuk menentukan berapa ukuran yang diperlukan untuk mengintrusi gigi insisivus bawah. Hal ini dapat menjadi pedoman perencanaan yang baik dalam melakukan bedah le Fort dan prosedur bedah prognatik mandibula dan genioplasty. 1.,21 2.2.Wajah Suku Batak Sebelum kita menjabarkan tentang wajah suku Batak yang merupakan ras Proto- Melayu , akan dijelaskan sedikit tentang Proto–Melayu. Sebagian besar dari penduduk Indonesia termasuk ras Paleomongoloid yang disebut ras Melayu . Ras Universitas Sumatera Utara Melayu terdiri dari kelompok Proto-Melayu Melayu Tua dan Deutro-Melayu Melayu Muda . Kelompok Proto-Melayu datang ke Indonesia pada 2000 SM dan kelompok Deutro-Melayu pada 1500 SM. 22 Pada mulanya kelompok Proto-Melayu menempati pantai-pantai Sumatera Utara Batak , Kalimantan Barat Dayak dan Sulawesi Barat Toraja kemudian pindah ke pedalaman karena terdesak oleh kelompok Deutro Melayu . Suku yang termasuk kelompok ras Deutro-Melayu adalah orang-orang Aceh, Minangkabau, Lampung , Rejang Lebong, Jawa, Madura , Bali , Makasar, Melayu, Bugis, Betawi , Manado dan Sunda. Ras proto-Melayu memiliki bentuk kepala panjang disebut dolichocephalis dan Deutro-Melayu memiliki bentuk kepala brachycephalis. 22 Pamela 2010 meneliti tipe wajah suku Batak Proto-Melayu pada anak masa gigi bercampur usia 6-12 tahun dari Facial Index dan menyimpulkan bahwa 75 tipe wajah euryprosopic yang dominan pada anak suku Batak. Euryprosopic atau wajah lebar memiliki basis apikal rahang yang lebar dalam arah transversal . 22 Saat ini belum diketahui nilai proporsi wajah suku Batak dari analisa Sefalometri lateral. 2.3.Pola Pertumbuhan Wajah Pola pertumbuhan wajah dipengaruhi perkembangan mandibula yaitu hubungan antara mandibula terhadap basis kranium MP:SN. Pertumbuhan mandibula menjadi stabil rata-rata sekitar usia 9 tahun. Hal ini tergantung hubungan antara jumlah pertumbuhan arah posterior pertumbuhan kondilar dan regio anterior pertumbuhan Universitas Sumatera Utara sutura-alveolar pada skeletal wajah . Rotasi mandibula dan hubungannya dengan basis kranium anterior dapat menentukan pola wajah seseorang. Rotasi mandibula dalam hubungannya terhadap basis kranium anterior dapat dibagi menjadi: 1. Tipe pertumbuhan normal letaknya sejajar 2. Tipe pertumbuhan horizontal rotasi ke depan 3. Pertumbuhan vertikal rotasi ke belakang Pada tipe pola pertumbuhan normal, pertumbuhan dikedua area mandibula dan maksila seimbang. Pada pola horizontal , pertumbuhan didominasi pertumbuhan kondilar . Pada tipe vertikal , pertumbuhan sutura alveolar lebih besar dibandingkan regio kondilar gambar 9 25 . Menurut Schudy nilai rata-rata MP-SN 32 ˚ menentukan inklinasi mandibula terhadap basis kranium anterior. Sedangkan pertumbuhan wajah dinilai dari posisi mandibula relatif terhadap basis kranium disebut Y-axis dari sudut N-S-Gn dengan nilai mean 66 ˚. 24 Gambar 12. Pola pertumbuhan wajah dari rotasi mandibula terhadap basis kranium anterior 25 Universitas Sumatera Utara 2.4.KERANGKA TEORI Golden Proportion -sejarah gp -defenisi gp -wajah suku Batak Proporsi? Proporsi wajah Proporsi wajah dari sefalometri Pola pertumbuhan wajah -Proporsi tinggi wajah anterior bawah -Aplikasi golden proportion pada foto sefalometri lateral Universitas Sumatera Utara 2.5.KERANGKA KONSEP Penentuan titik sefalometri proporsi tinggi wajah anterior bawah menurut pola pertumbuhan wajah normal , horizontal, vertikal suku Batak -MP-SN -Y-axis -A-Incisor tip A -incisor tip-Pm Nilai proporsi tinggi wajah ras Peru yang diteliti Riccketts 1 : 1.618 Apakah proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak dengan berbagai pola pertumbuhan wajah normal, horizontal dan vertikal sama dengan nilai golden proportion? Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Rancangan penelitian berbentuk survey analitik dengan rancangan cross sectional, yaitu dengan melakukan analisis dinamika proporsi tinggi wajah anterior bawah suku Batak dengan pola pertumbuhan wajah dinilai menurut golden proportion dengan model pendekatan atau observasi pada satu saat . Arti dari satu saat adalah tiap subjek diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap satu karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat penelitian : Klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU 3.2.2 Waktu Penelitian : September 2012 sampai Desember 2012 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian Populasi diambil dari mahasiswa FKG dan Teknik USU suku Batak Proto- Melayu yang secara sukarela melakukan foto sefalometri dan pasien suku Batak yang mendapat perawatan ortodonti pada Departeman Ortodonsia FKG USU tahun 2008-2011 Universitas Sumatera Utara