58
Pengambilan keputusan uji autokorelasi dengan criteria sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji DW
Hipotesis Nol Keputusan
Jika Tidak ada autokorelasi
positif Tolak
0 d dL Tidak ada autokorelasi
positif No decision
dL ≤ d ≤ dU Tidak ada autokorelasi
negative Tolak
4 – dL d 4
Tidak ada autokorelasi negative
No decision 4
– dU ≤ d ≤ 4–dL Tidak ada autokorelasi
positif atau negative Tidak ditolak
dU d 4 – dU
Sumber: Gujarati dan Porter, 2007:122
4. Uji Signifikansi
Dalam penelitian ini dilakukan tiga jenis uji signifikansi yaitu Uji Signifikansi Parameter Individual atau Uji Parsial t, Uji Signifikansi
Simultan F dan Uji Koefisien Determinasi R
2
. Menurut Ghozali 2011:87 uji signifikansi secara statistic apabila nilai dari uji statistic
berada dalam daerah kritis daerah H ditolak. Sedangkan apabila nilai uji
statistic berada dalam daerah H diterima maka dapat dinyatakan tidak
signifikan. a.
Uji Parsial t
Uji statistic t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial dalam menerangkan
variasi dari variabel dependen. Untuk mengetahui apakah suatu variabel secara parsial berpengaruh secara signifikan atau tidak
59
digunakan uji t. Untuk melakukan uji t menurut Purwanto dan Suharyadi 2013:228 hipotesis yang digunakan adalah sebagai
berikut: H
: b
1
= 0 H
a
: b
1
≠ 0 Variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen apabila nilai koefisiennya tidak sama dengan nol. Sebaliknya, apabila nilai koefisiennya sama dengan nol maka variabel
independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Melakukan uji t dengan menentukan daerah kritis. Daerah kritis
ditentukan oleh nilai t-tabel dengan derajat bebas degree of freedom - df yaitu n
– k dengan tingkat signifikansi α. Dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel dependen dan variabel
independen. Kemudian membandingkan nilai t-statistik dengan t-tabel. Jika nilai t-statistik lebih besar dari t-tabel artinya t-statistik berada di
daerah H ditolak maka hipotesis alternatif H
a
diterima. Dengan demikian hipotesis alternatifnya adalah bahwa variabel independen
berpengruh signifikan terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, uji yang dilakukan adalah uji satu arah one
tail sedangkan nilai probabilitas pada output regresi merupakan uji dua arah twotail. Apabila akan menggunakan uji satu arah maka nilai
probabilitas harus dibagi dua. Namun apabila mengunakan uji dua arah
60
maka yang harus dibagi dua adalah tingkat signifikansi Widarjono, 2009:67.
b. Uji Simultan F
Uji F dimaksudkan untuk melihat apakah semua variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara bersama-
sama. Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen memiliki koefisien regresi sama dengan nol. Purwanto
dan Suharyadi,2013:225. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H : b
1
; b
2
; b
3
; b
4
; b
5
; b
6
= 0 H
a
: b
1
; b
2
; b
3
; b
4
; b
5
; b
6
≠ 0 Variabel independen tidak berpengaruh signifikan secara simultan
terhadap variabel dependen apabila nilai koefisien regresi sama dengan nol, sehingga berapapun nilai variabel independen, tidak akan
berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya, untuk hipotesis alternatifnya adalah koefisien regresi tidak sama dengan nol yang
artinya variabel indpenden mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel dependen Purwanto dan Suharyadi,
2013:226. Dalam uji F untuk menentukan daerah keputusan dilakukan dengan
mencari nilai F-tabel. Nilai F kritis dari table distribusi F dengan tingkat signifikansi α dan df dimana df ditentukan oleh pembilang
numerator yaitu k - 1 dan df penyebut denominator yaitu n – k. k
61
adalah jumlah variabel independen dan variabel dependen dan n adalah ukuran sampel penelitian. Kemudian membandingkan nilai F-statistik
dengan F-tabel. Jika F-statistik lebih kecil dari F-tabel, maka H diterima yang artinya nilai koefisien regresi sama dengan nol maka
variabel independen tidak dapat menerangkan variabel dependen. Sebaliknya, jika F-statistik lebih kecil dari F-tabel maka H
ditolak, artinya nilai koefisien regresi tidak sama dengan nol, dengan demikian
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Purwanto dan Suharyadi, 2013:227.
c. Uji Koefisien Determinasi R
2
Menurut Purwanto
dan Suharyadi
2013:126, koefisien
determinasi adalah bagian dari variasi total variabel dependen yang dapat diterangkan oleh variasi variabel independen. Jadi koefisien
determinasi adalah kemampuan variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Semakin besar koefisien determinasi menunjukkan
semakin baik kemampuan variabel independen dalam menerangkan variabel dependen.
Nilai R
2
akan berkisar 0 sampai 1. Nilai R
2
= 1 menunjukkan bahwa 100 total variasi diterangkan oleh varians variabel independen
menerangkan variabel dependen sebesar 100. Sebaliknya, jika nilai R
2
= 0 menunjukkan bahwa tidak ada total varians yang diterangkan oleh
variabel independen.
Nilai koefisien
determinasi0.5 menunjukkan variabel independen dapat menjelaskan variabel
62
dependen dengan baik atau kuat, sama dengan 0.5 dikatakan sedang atau kurang dari 0.5 relatif kurang baik. Apabila koefisien determinasi
kurang dari 0.5 ada beberapa penyebab salah satu diantaranya adalah spesifikasi model yang salah yaitu pemilihan variabel yang kurang
tepat atau pengukuran yang tidak akurat Purwanto dan Suharyadi, 2013:217.
Koefisien determinasi mempunyai kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi di
mana setiap penambahan satu variabel independen dan jumlah pengamatan akan meningktakan nilai R
2
meskipun variabel independen yang dimasukkan tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependennya. Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan
Adjusted R square – R
2 adj
. Adjusted R square menjelaskan bahwa koefisien tersebut telh dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel
dan ukuran sampel yang digunakan. Suliyanto, 2011:59
E. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen yang dinyatakan dengan simbol X yaitu terdiri dari Cash Turnover CT,
Working Capital Turnover WCT, Current Ratio CR, Debt To Asset Ratio DAR, Total Asset TurnoverTAT dan Ukuran Perusahaan Firm Size, dan
63
variabel dependen yang dinyatakan dengan simbol Y yaitu Return On Asset ROA.
Dalam penelitian ini definisi operasional dari kedua jenis variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:
Table 3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel
Definisi Rumus
Skala 1
Cash Turnover
CT Menunjukkan kemampuan
uang kas berputar untuk menghasilkan penjualan
selama periode tertentu Rasio
2
Working Capital
Turnover WCT
Menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat
diperoleh perusahaan untuk setiap modal kerja.
Rasio
3
Current Ratio
CR Rasio yang menunjukkan
likuiditas perusahaan yaitu kemampuan perusahaan
menggunakan aset lancar untuk melunasi utang
lancar yang akan jatuh tempo.
Rasio
4
Debt to Asset
Ratio DAR
Rasio yang mengukur bagian aset yang didanai
dengan menggunakan utang.
Rasio
5
Total Assets
Turnover TAT
Menunjukkan kemampuan total aset untuk berputar
selama satu tahun untuk menghasilkan penjualan.
Rasio
6
Ukuran Perusaha
an FirmSiz
e Besar kecilnya ukuran
perusahaan diukur berdasarkan tingkat
penjualan perusahaan. Logarithm Natural of
Sales Rasio
7
Return On
Assets ROA
Rasio yang menunjukkan kemampuan total aset
menghasilkan laba perusahaan.
Rasio Sumber: Penelitian Terdahulu
64
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah dan Perkembangan Jakarta Islamic IndexJII