Perbankan Syariah TINJAUAN PUSTAKA

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perbankan Syariah

1. Pengertian Perbankan Syariah Perbankan umum dengan menggunakan prinsip syariah atau dikenal dengan perbankan syariah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Menurut UU No.101998 bank syariah merupakan salah satu bentuk usaha bank yang menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia telah dimulai sejak lama. Namun demikian, lembaga keuangan syariah secara formal dimulai sejak tahun 1992 dengan hadirnya perbankan syariah pertama, yaitu Bank Muamalat Indonesia BMI yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992. Perkembangan perbankan syariah tidak terlepas dari dukungan semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Pemerintah menunjukkan dukungan dengan adanya pengesahan atas keberadaan dan beroperasinya bank syariah di Indonesia. Sedangkan masyarakat, memajukan bank syariah melalui pemberdayaan dan pemanfaatan lembaga keuangan syariah Arthesa dan Handiman, 2006:77. 12 Bank syariah, atau biasa disebut Islamic Banking di negara lain, berbeda dengan bank konvensional. Perbedaan utamanya terletak pada landasan operasi yang digunakan. Bank Konvensional beroperasi berlandasan bunga, bank syariah beroperasi berlandaskan begi hasil, ditambah dengan jual beli dan sewa. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa bunga mengandung unsur riba yang dilarang oleh agama islam. Menurut pandangan islam, di dalam sistem bunga terdapat unsur ketidakadilan karena pemilik dana mewajibkan peminjam untuk membayar lebih daripada yang dipinjam tanpa memerhatikan apakah peminjam menghasilkan keuntungan atau mengalami kerugian. Sebaliknya, sistem bagi hasil yang digunakan bank syariah merupakan sistem ketika peminjam dan yang meminjamkan berbagi dalam risiko dan keuntungan dengan pembagian sesuai kesepakatan. Dalam hal ini tidak ada pihak yang dirugikan oleh pihak lain. Lebih jauh apabila dilihat dari perspektif ekonomi, bank syariah dapat pula didefinisikan sebagai sebuah lembaga intermediasi yang mengalirkan investasi publiksecara optimal dengan kewajiban zakat dan larangan riba yang bersifat produktif dengan larangan judi, serta dijalankan sesuai nilai, etika, moral dan prinsip islam Rivai, Veithzal and Idroes 2007. Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa esensi dan karekteristik bank syariah berbeda dengan bank konvensional. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dirangkum dalam tabel berikut : 13 Tabel 2.1 Perbedaan-Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah Indikator Bank Konvensional Bank syariah Fungsi dan Kegiatan Bank Intermediasi, jasa keuangan Intermediasi, manager investasi, investor, social, Jasa Keuangan Mekanisme dan Objek Usaha Tidak antiriba dan antimaysir Antiriba dan antimaysir Prinsip dasar Operasi  Bebas nilai prinsip materialis  Uang sebagai komoditi  Bunga  Tidak bebas nilai prinsip syariah Islam  Uang sebagai alat tukar dan bukan komoditi  Bagi hasil, jual beli, sewa Prioritas Pelayanan Kepentingan pribadi Kepentingan publik Orientasi Keuntungan Tujuan sosial-ekonomi Islam, Keuntungan Bentuk Bank komersial Bank komersial, bank pembangunan, bank universal atau multi-purpose Evaluasi Nasabah Kepastian pengembalian pokok dan bunga creditworthiness dan collateral Lebih hati-hati karena partisipasi dalam risiko Hubungan Nasabah Terbatas debitor-kreditor Erat sebagai mitra usaha Sumber Likuiditas Jangka Pendek Pasar Uang, Bank Sentral Pasar Uang Syariah, Bank Sentral Pinjaman yang diberikan Komersial dan nonkomersial, berorientasi laba Komersial dan nonkomersial, berorientasi laba dan nirlaba Lembaga Penyelesai sengketa Pengadilan, Arbitrase Pengadilan, Badan Arbitrase Syariah Nasional Risiko Usaha  Risiko bank tidak terkait langsung dengan debitur, risiko debitur tidak terkait langsung dengan bank  Kemungkinan terjadi negative spread  Dihadapi bersama antara bank dan nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran  Tidak mungkin terjadi negative Spread Struktur Organisasi Pengawas Dewan Komisaris Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Dewan Syariah Nasional Investasi Halal atau haram Halal Sumber : Ascarya, 2011:33 2. Fungsi Perbankan Syariah Berdasarkan Pasal 4 UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan syariah, bank syariah diwajibkan untuk menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat. Di samping itu bank syariah juga 14 dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitulmal dan pengelola wakaf. Berikut fungsi bank syariah Kautsar,2012:70 : a. Fungsi Manajer Investasi Bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana shahibul maal dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyaluran yang produktif, sehingga dana yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan dibagihasilkan antara bank dan pemilik dana. b. Fungsi Investor Dalam penyaluran dana, bank syariah berfungsi sebagai investor pemilik dana. Penanaman dana yang dilakukan bank syariah harus dilakukan pada sektor-sektor yang produktif dengan resiko yang minim dan tidak melanggar ketentuan syariah. Produk investasi yang sesuai syariah meliputi akad jual beli murabahah, salam dan istishna, akad investasi mudharabah dan musyarakah, akad sewa-menyewa ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik dan akad lainnya yang dibolehkan oleh syariah. c. Fungsi Sosial Ada dua instrument yang digunakan oleh bank syariah dalam menjalankan fungsi sosialnya, yaitu Zakat, Infak, sedekah dan Wakaf ZISWAF dan ardhul Hasan. Ziswaf berfungsi untuk menghimpun ziswaf dari masyarakat, ardhul hasan berfungsi menghimpun dana dari 15 penerimaan yang tidak memenuhi criteria halal serta dana infak dan sedekah yang tidak ditentukan peruntukkannya. d. Fungsi Jasa Keuangan Fungsi jasa keuangan meliputi layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, letter of guarantee, letter of credit, dan lain sebagainya dengan tetap menggunakan skema yang sesuai dengan prinsip syariah. 3. Kelembagaan Perbankan Syariah Perbankan syariah memiliki kelembagaan yang agak berbeda dengan perbankan konvensional. Secara kelembagaan, bank syariah di Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu Bank Umum Syariah BUS,Unit Usaha Syariah UUS dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS. BUS memiliki kelembagaan seperti bank umum konvensional, sedangkan BPRS memilikibentuk kelembagaan seperti BPR konvensional. Badan hukum BUS dan BPRS dapat berbentuk perseroan terbatas, perusahaan daerah atau koperasi. Sementara itu, UUS bukan merupakan badan hukum tersendiri, tetapi merupakan unit atau bagian dari suatu bank umum konvensional Rivai, Veithzal and Idroes 2007. a. Bank Umum Syariah Bank Umum Syariah BUS adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS merupakan badan usaha yang setara dengan bank umum konvensional dengan bentuk 16 hukum perseroan terbatas, perusahaan daerah atau koperasi. Seperti halnya bank umum konvensional, BUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau bank nondevisa. b. Unit Usaha syariah Unit Usaha Syariah UUS adalah unit kerja di kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan atau unit syariah. Dalam struktur organisasi, UUS berada satu tingkat di bawah direksi bank umum konvensional yang bersangkutan. UUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau bank nondevisa. Sebagai unit kerja khusus, UUS mempunyai tugas : 1 Mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor cabang syariah 2 Melaksanakan fungsi treasurydalam rangka pengelolaan dan penempatan dana yang bersumber dari kantor cabang syariah 3 Menyusun laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor cabang syariah 4 Melakukan tugas penatausahaan laporan keuangan kantor cabang syariah. c. Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS Bank Perkreditan Rakyat Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPRS merupakan badan usaha yang setara dengan bank perkreditan rakyat konvensional dengan bentuk hukum perseroan terbatas, atau koperasi. 17 4. Jenis Kegiatan Usaha Perbankan Syariah Untuk memenuhi kebutuhan modal dan pembiayaan, bank syariah memiliki ketentuan-ketentuan yang berbeda dengan bank konvensional. Secara umum, piranti-piranti yang digunakan bank syariah terdiri atas tiga kategori, yaitu Sudarsono, 2003:63 : a. Penyaluran Dana Penyaluran dana bank syariah dilakukan dengan berbagai metode, seperti jual-beli, bagi hasil, pembiayaan, pinjaman dan investasi khusus. Dalam penyaluran dana pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan terbagi kedalam tiga kategori, yaitu : 1 Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang berdasarkan prinsip jual-beli. 2 Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa berdasarkan prinsip sewa. 3 Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil. Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan banyak ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang dan atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual-beli seperti murabahah, salam, dan istishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa atau ijarah. Sedangkan pada kategori ketiga, tingkat keuntunan bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada 18 produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka. Produk perbankan yang termasuk kedalam kelompok ini adalah musyarakah dan mudharabah. b. Penghimpunan Dana Sumber dana bank syariah dapat diperoleh dari empat sumber, yaitu modal, titipan, investasi dan investasi khusus. Berikut adalah produk- produk penghimpunan dana yang terdapat pada bank syariah : Tabel 2.2 Produk Penghimpunan Dana Bank Syariah No. Produk Prinsip Return untuk Nasabah 1 Giro Wadiah titipan Bonus sesuai kehendak nasabah 2 Tabungan Wadiahtitipan, Mudharabah bagi hasil Bonus sesuai kehendak bank bagi hasil, dengan nisbah 3 Deposito Mudharabah Mutlaqah, MudharabahMuqayyadah Bagi hasil, dengan nisbah bagi hasil, dengan nisbah Sumber : Rivai, Veithzal and Idroes, Bank and Financial Institution Management 2007 c. Jasa Perbankan Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain berupa sharf perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya, safe deposit box menyewakan kontan simpanan, dan jasa tata laksana administrasi dokumen custodian. 19

B. Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah