Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah

19

B. Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah

1. Deposito Mudharabah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan. Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip Mudharabah. Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib pengelola dana, sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal pemilik dana.Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad Mudharabah dengan pihak ketiga. Dengan demikian, bank syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat sebagai seorang wali amanah trustee, yakni harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya. Di samping itu, bank syariah juga bertindak sebagai kuasa usaha bisnis 20 pemilik dana yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar aturan syariah. Dari hasil pengelolaan dana Mudharabah, bank syariah akan membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi adalah mis-management salah urus, bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut Karim 2007. 2. Bentuk-Bentuk Deposito Mudharabah Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak pemilik dana, terdapat 2 dua bentuk Mudharabah, yakni Karim,2007 : a. Mudharabah Mutlaqah Unrestricted Investment Account, URIA Dalam deposito Mudharabah mutlaqah URIA, pemilik dana tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara maupun objek investasinya. Dengan kata lain, bank syariah mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana URIA ini ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan. b. Mudharabah Muqayyadah Restricted Investment Account, RIA Berbeda halnya dengan deposito Mudharabah mutlaqah URIA, dalam deposito Mudharabah muqayyadah RIA, pemilik dana 21 memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara, maupun objek investasinya. Dengan kata lain, bank syariah tidak mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana RIA ini ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan. Dalam menggunakan dana deposito Mudharabah Muqayyadah RIA ini, terdapat dua metode, yakni : 1 Cluster Pool of Fund Yaitu penggunaan dana untuk beberapa proyek dalam suatu jenis industri bisnis. 2 Specific Product Yaitu penggunaan dana untuk suatu proyek tertentu. 3. Bagi Hasil Bank Islam harus mampu mengelolasumber pendapatan dan beban pendapatannya secara maksimal agar mampu mencapai tingkat keuntungan secara optimal. Upaya optimalisasi pendapatan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu memberdayakan aset produktif yang dimiiki sehingga mampu mengoptimalkan sumber pendapatan, baik berasal dari hasil margin, hasil sewa ataupun dari imbal bagi hasil. Dapat pula dilakukan dengan cara menekan segala beban, terutama beban pendapatan kepada pihak ketiga sebagai akibat diterimanya dana amanah masyarakat dengan menggunakan konsep wadiah maupun sebagai akibat dikelolanya 22 dana investasi masyarakat melalui konsep Mudharabah.Proses penentuan tingkat bagi hasil diperlukan kesepakatan kedua belah pihak, yang terungkap dalam nisbah bagi hasil. Proses penentuan bagi hasil dalam bank islam hampir sama dengan proses penghitungan biaya dana dan penghitungan tingkat bunga pembiayaan pada bank konvensional. Namun dengan penekanan berbeda, karena bank konvensional berbasiskan biaya sedangkan bank Islam berbasiskan pendapatan, perbedaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 2.4 Penentuan Bagi Hasil Bank Konvensional dan Bank Islam No Berbasis biaya Berbasis pendapatan 1 Ditentukan di muka Ditentukan di belakang 2 Hasil lebih mudah ditentukan Hasil lebih sulit ditentukan 3 Tanpa memperhatikan proses pemanfaatan dana Pemanfaatan dana harus sesuai tujuanprosesnya 4 Hasilnya lebih mudah diperkirakan Hasil susah diperkirakan 5 Tidak tersirat keadilan, karena beban resiko tidak sebanding Menekankan keadilan melalui pembagian resiko sesuai kesepakatan. Sumber : Rivai and Arifin 2010 Bagi hasil adalah bentuk return perolehan aktiva usaha dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap pada bank islam. Besar kecilnya perolehan kembali itu tergantung pada hasil usaha yang benar-benar diperoleh bank islam. Dalam sistem perbankan islam bagi hasil merupakan suatu mekanisme dilakukan oleh bank islam mudharib dalam upaya memperoleh hasil dan membagikannya kembali kepada pemilik dana 23 shahibul maal sesuai kontrak disepakati bersama pada awal kontrak antara nasabah dengan bank islam. Dimana besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan at-tarodhin oleh masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan. Adapun pendapatan yang dibagikan antara mudharib dan shahibul maal adalah pendapatan yang sebenarnya telah diterima cash basis sedangkan pendapatan yang masih dalam pengakuan accrual basis tidak dibenarkan untuk dibagi antara mudharib dan shahibul mal. Dalam hukum islam penerapan bagi hasil harus memperhatikan prinsip at- ta’awun yaitu saling membantu dan saling bekerja sama di antara anggota masyarakat untuk kebaikan, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qu ran: “dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan ketawaan, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”, serta menghindari prinsip Al-Iktinaz, yaitu menahan uang dana dan membiarkannya menganggur tidak digunakan untuk transaksi sehingga tidak bermanfaat bagi masyarakat umum Rivai and Arifin 2010. 4. Sistem Bagi Hasil dan Bunga Sebagai alternatif sistem bunga dalam ekonomi konvensional, ekonomi islam menawarkan sistem bagi hasil profit and loss sharing ketika pemilik modal surplus spendin unit bekerja sama dengan pengusaha deficit spending unit untuk melakukan kegiatan usaha. Apabila kegiatan usaha menghasilkan, keuntungan dibagi berdua, dan apabila usaha 24 menderita kerugian, kerugian ditanggung bersama. Sistem bagi hasil menjamin adanya keadilan dan tidak ada pihak yang tereksploitasi didzalimi. Sistem bagi hasil dapat berbentuk musyarakah atau Mudharabah dengan berbagai variasinya. Tabel 2.5 Bunga vs Bagi Hasil No Bunga Bagi Hasil 1 Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi usaha akan selalu menghasilkan keuntungan. Penentuan besarnya rasio atau nisbah bagi hasil disepakati pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

2. Besarnya persentase didasarkan

pada jumlah danamodal yang dipinjamkan. Besarnya rasio bagi hasil didasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. 3. Bunga dapat mengambangvariabel, dan besarnya naik turun sesuai dengan naik turunnya bunga patokan atau kondisi ekonomi. Rasio bagi hasil tetap tidak berubah selama akad masih berlaku, kecuali diubah atas kesepakatan bersama.

4. Pembayaran bunga tetap seperti

yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah usaha yang dijalankan peminjam untung atau rugi. Bagi hasil bergantung pada keuntungan usaha yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama.

5. Jumlah pembayaran bunga tidak

meningkat sekalipun keuntungan naik berlipat ganda. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan keuntungan. 6. Eksistensi bunga diragukan kalau tidak dikecam oleh semua agama Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil Sumber : Ascarya, 2011: 27 5. Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil a. Faktor Langsung Di antara factor-faktor langsung direct factors yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil profit sharing ratio.