3 Kondisi kesehatan keuangan bank
c. Koordinasi dengan menteri keuangan
Otoritas Jasa Keuangan secara berkala menyampaikan laporan secara tertulis kepada Menteri Keuangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
efisiensi, keamanan dan stabilitas sistem keuangan, dan kewajaran di bidang jasa keuangan, atau kejahatan keuangan.
233
d. Koordinasi dengan presiden
Dalam hal untuk kepentingan nasional, Presiden dapat memberikan arahan kepada OJK mengenai kebijakan yang sedang atau direncanakan untuk
dilaksanakan, atau prioritas yang sedang atau direncanakan untuk dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka pelaksanaan tugas dan
wewenangnya.
234
C. Kewenangan dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan dalam Sistem Keuangan
di Indonesia
Lahirnya OJK mengalihkan pengawasan lembaga jasa keuangan di Indonesia yang pada awalnya dilakukan oleh beberapa lembaga yaitu Bank
Indonesia ,Menteri Keuangan dan BAPEPAM-LK menjadi OJK.
235
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya tersebut, OJK berlandaskan atas asas-asas
sebagai berikut:
236
233
Ibid.
234
Ibid.
235
Pasal 55 angka 1 dan 2 UUOJK
236
Penjelasan UUOJK
1. Asas independensi
Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan secara tegas menyebutkan bahwa OJK adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya serta bebas dari campur tangan pihak lain.
237
Pelaksanaan prinsip independensi ini merupakan masalah krusial bagi otoritas pengawas jasa
keuangan oleh karena lemah dan tidak efektifnya regulasi seringkali disebabkan campur tangan politik.
238
2. Asas kepastian hukum
Yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan OJK.
3. Asas kepentingan umum
Yaitu asas yang membela dan melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan umum. Perlindungan konsumen
merupakan salah satu fitur utama OJK. OJK diharapkan dapat meningkatkan keyakinan masyarakat, bahwa lembaga jasa keuangan dikelola secara baik dan
profesional, dan bahwa di dalam lembaga jasa keuangan tidak terkandung ancaman terhadap kepentingan masyarakat yang menyimpan dananya di lembaga
tersebut.
239
4. Asas keterbukaan
Yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan OJK, dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
237
Pasal 2 angka 2 UUOJK
238
Zulkarnain Sitompul, Loc.Cit., hlm.4.
239
Bismar Nasution, Loc.Cit., hlm. 15.
pribadi dan golongan, serta rahasia negara. Keterbukaan transparansi adalah fitur utama pemerintahan demokratis. Transparansi dapat mengurangi kekuasaan
kelompok penekan dan memberi kesempatan luas kepada publik memantau proses pengambilan keputusan.
240
5. Asas profesionalitas
Yaitu asas yang mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan.
6. Asas integritas
Yaitu asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelengaraan Otoritas Jasa
Keuangan. 7.
Asas akuntabilitas Yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
setiap kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
Fungsi dari OJK disebutkan dalam Pasal 5 UUOJK sebagai berikut: “OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan
yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan”
Pasal 6 menyebutkan tugas pengaturan dan pengawasan OJK adalah terhadap:
1. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan;
240
Zulkarnain Sitompul, Loc.Cit., hlm. 5
2. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan
3. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. Wewenang OJK dalam melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan
di sektor Perbankan adalah sebagai berikut: 1.
Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi: a.
perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger,
konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan b.
kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;
2. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:
a. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal
minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank;
b. laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank;
c. sistem informasi debitur;
d. pengujian kredit credit testing; dan
e. standar akuntansi bank;
3. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati- hatian bank, meliputi:
a. manajemen risiko;
b. tata kelola bank;
c. prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang;
d. pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; dan
e. pemeriksaan bank.
Selanjutnya pasal 8 UUOJK menentukan bahwa untuk melaksanakan tugas pengaturan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai
wewenang sebagai berikut: 1.
menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini; 2.
menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; 3.
menetapkan peraturan dan keputusan OJK; 4.
menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan; 5.
menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK; 6.
menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
7. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada
Lembaga Jasa Keuangan; 8.
menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
9. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan. Di samping itu, Pasal 9 UUOJK menyatakan bahwa untuk melaksanakan tugas
pengawasan nya, OJK mempunyai wewenang: 1.
menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;
2. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala
Eksekutif; 3.
melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, danatau
penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
4. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan danatau pihak
tertentu; 5.
melakukan penunjukan pengelola statuter; 6.
menetapkan penggunaan pengelola statuter; 7.
menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan; dan
8. memberikan danatau mencabut:
a. izin usaha;
b. izin orang perseorangan;
c. efektifnya pernyataan pendaftaran;
d. surat tanda terdaftar;
e. persetujuan melakukan kegiatan usaha;
f. pengesahan;
g. persetujuan atau penetapan pembubaran; dan
h. penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang- undangan
di sektor jasa keuangan.
Tugas pengaturan dan pengawasanterhadap lembaga jasa keuangan tersebut dibentuk Dewan Komisioner, yang selanjutnya memimpin OJK. Pasal 10
UUOJK menyebutkan bahwa: 1.
OJK dipimpin oleh Dewan Komisioner. 2.
Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bersifat kolektif dan kolegial.
3. Dewan Komisioner beranggotakan 9 sembilan orang anggota yang ditetapkan
dengan Keputusan Presiden. 4.
Susunan Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat 3 terdiri atas: a.
seorang Ketua merangkap anggota; b.
seorang Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota; c.
seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota; d.
seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota; e.
seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap anggota;
f. seorang Ketua Dewan Audit merangkap anggota;
g. seorang anggota yang membidangi edukasi dan perlindungan Konsumen;
h. seorang anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota
Dewan Gubernur Bank Indonesia; dan i.
seorang anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan pejabat setingkat eselon I Kementerian Keuangan.
5. Anggota Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat 4 memiliki
hak suara yang sama.
Otoritas Jasa Keuangan juga memiliki wewenang untuk melakukan pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat dalam hal tugas pengawasan,
sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa perlindungan konsumen merupakan salah satu fitur utama OJK. Pengawasan micro prudential yang
dilakukan oleh OJK 2 model pendekatan twin peaks 2 pilar yaitu selain melakukan prudential supervision juga melakukan pengawasan market conduct
dan consumer protection, yaitu fokus pada kesehatan dan keamanan lembaga keuangan secara individual sekaligus fokus pada dan melindungi konsumen dari
informasi yang tidak lengkap dan praktik yang tidak fair.
241
1. memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor
jasa keuangan, layanan, dan produknya; Pasal 28 UUOJK disebutkan untuk perlindungan konsumen dan
masyarakat, OJK berwenang melakukan tindakan pencegahan dan kerugian konsumen dan masyarakat yang meliputi:
2. meminta lembaga jasa keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila
kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan 3.
tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Untuk menjalankan perlindungan konsumen yang efektif ,OJK menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. transparansi;
2. perlakuan yang adil;
241
Zulkarnain Sitompul, Loc.Cit., hlm. 6.
3. keandalan;
4. kerahasiaan dan keamanan datainformasi konsumen; dan
5. penanganan pengaduan serta penyelesaian sengketa konsumen secara
sederhana, cepat dan biaya terjangkau. Selanjutnya Pasal 29 menjelaskan bahwa OJK melakukan pelayanan
pengaduan konsumen yang meliputi: 1.
menyiapkan perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di lembaga jasa keuangan;
2. membuat mekanisme pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di
Lembaga Jasa Keuangan; dan 3.
memfasilitasi penyelesaian pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di
sektor jasa keuangan. Untuk perlindungan konsumen dan masyarakat, OJK berwenang
melakukan pembelaan hukum, yang meliputi memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada lembaga jasa keuangan untuk menyelesaikan pengaduan
konsumen yang dirugikan lembaga jasa keuangan dimaksud. OJK juga dapat mengajukan gugatan untuk memperoleh kembali harta kekayaan milik pihak yang
dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian, baik yang berada di bawah penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian dimaksud maupun di bawah
penguasaan pihak lain dengan itikad tidak baik; danatau lembaga jasa keuangan sebagai akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.
Adanya lembaga otonom dalam hal pengawasan industri jasa keuangan yaitu OJK maka diharapkan dapat meningkatkan keyakinan masyarakat, bahwa
lembaga jasa keuangan dari segi financial tergolong sehat, dan dikelola secara baik dan profesional, dan bahwa di dalam industri jasa keuangan tersebut tidak
terkandung ancaman terhadap kepentingan masyarakat yang menyinpan dananya di lembaga tersebut.
242
242
Bismar Nasution, Loc.Cit., hlm. 9.
BAB IV TANGGUNG JAWAB OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENGHIMPUNAN DANA ILEGAL DI MASYARAKAT
A. Modus Operandi Penghimpuan Dana Ilegal di Masyarakat