10
BAB III
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
STRATEGI NASIONAL PEMANTAPAN WAWASAN KEBANGSAAN DAN KARAKTER BANGSA
3.1. KOORDINASI PENYEMPURNAAN DRAFT STARANAS
Sepanjang tahun 2015, koordinasi penyempurnaan draft Stranas dilaksanakan dalam
beberapa pertemuan baik di Bappenas, kantor PMU PTDDA, maupun di UIN Jakarta.
Koordinasi tersebut sangat penting dilakukan untuk meredefinisi konsep draft sebelumnya
yang komposisi isu dominannya adalah pencegahan konflik. Draft Stranas Pemantapan
Wawasan Kebangsaan dan Karakter Bangsa pada awalnya merupakan draft yang diadopsi dari
dua sumber penting, yaitu hasil sarasehan Wawasan Kebangsaan yang dilaksanakan oleh
Ditpolkom Bappanas bekerjasama dengan UNDP dan UIN Jakarta pada tahun 2014, dan hasil
penelitian LIPI tentang Pencegahan Konflik di Indonesia, yang menyimpulkan terdapat 7
permasalahan utama bangsa. Karena berasal dari dua sumber yang berbeda, maka draft
stranas yang sebelumnya mengombinasikan dua tema, yaitu wawasan kebangsaan‐karakter
bangsa, dan pencegahan konflik.
Dalam pertemuan‐pertemuan koordinasi penyempurnaan draft tersebut, salah satu
hasil penting adalah diambilnya keputusan untuk mengurangi proporsi isu pencegahan konflik,
sehingga tema wawasan kebangsaan dan karakter bangsa menjadi lebih dominan. Dalam
hubungannya dengan keputusan tersebut, sebagian besar isi dari draft yang telah ada harus
direkonstruksi. Pada
Salah satu pertemuan koordinasi, disepakati bahwa format rekonstruksi mengikuti 5
sila dalam Pancasila yaitu, Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
dan Keadila, Keadilan bagi seluruh Rakyat Indonesia. Format baru tersebut disepakati
setelah melalui diskusi yang sangat panjang yang secara garis besar berisi dua hal, yaitu:
Pertama, perubahan paradigma berfikir tentang Wasbang dan Karbang. Dalam konteks itu,
tim ahli menawarkan sebuah paradigma atau alur pikir bahwa Wasbang dan Karbang secara
ideal harus dikembailkan kepada kondisi ketika para founding father merumuskan
11
Indonesia sebagai sebuah nation tahun 1945. Pada saat itu Indonesia sebagai sebuah bangsa
yang terdiri dari berbagai macam suku dan agama memliki berbagai kesamaan dalam sejarah,
budaya, geografi dan cita‐cita, sehingga terbentuklah sebuah bangsa. Namun, mulai tahun
1950 an, feodalisme militerisme dan KKN menggerogoti keadaan tersebut. Dalam tahun‐tahun
berikutnya, globalisasi, eco citizenship dan ethno nasionalisme ikut memnggogoti wawasan
dan karakter bangsa Indonesia, sehingga muncul‐muncul faham baru baik yang berbasis bada
ideologi kapitlis maupun fundamentalisme agama. Karena keadaan tersebut, sampai saat ini
keutuhan NKRI terancam dan Indonesia berada krisis karakter dan mental. Selain paradigma
tersebut, diusulkan juga menggunaka pendekatan Talcot Parson tentang sistem sosial, di
mana terdapat sistem budaya, sosial, kepribadian dan biologis. Hubungan keempat unsur
tersebut bersifat cybernetic atau saling menguatkan.
Berdasarkan alur fikir di atas dengan wadah struktur pendekatan Talcott Parson, maka
disepakati format garis besar Wasbang dan Karbang yang baru dengan lima strategi sbb:
Strategi 1: Peningkatan toleransi intra dan antar umat beragama
Strategi 2: Peningkatan Perlindunagn HAM
Strategi 3: Aktualisasi nilai‐nilai budaya nasional dan lokal
Strategi 4: Peningkatan Kualitas Kehidupan demokrasi
Strategi 5: Penataan sisitem kemandiarian ekonomi yang berkeadilan
Kelima strategi tersebut kemudian diturunkan dalam program jangka panjang, menengah
dan pendek. Dalam masing‐masing program di bagi dalam 3 aspek, yaitu aspek regulasi, aspek
sistem dan mekanisme dan aspek SDM. Masing‐masing aspek tersebut berikutnya akan
diturunkan dalam renaksi dan kegiatan
3.2 KONSULTASI PUBLIK NASIONAL