Tanggapan Akademisi – Prof. Toni Pariella, Universitas Pattimura

21 Pelaksanaan pendidikan wasbang karbang masih sektoral, belum terintegrasi. Nilai‐nilai Pancasila sebagai nilai dasar wasbang dan karbang, yang harus menjadi rujukan dalam mencapai cita‐cita bangsa. Stranas diamanatkan dalam RPJMN, dengan alur pikir masalah intoleransi, pelanggaran HAM, ancaman disintegrasi, kualitas demokrasi, kesenjangan ekonomi, yang diperbaiki oleh strategi ‐strategi dalam stranas. Pendekatan stranas ada tiga yaitu aspek regulasi, sistem mekanisme dan SDM.Prinsip Stramas harus berbasis wilayah, berbasis komunitas, kearifan lokal dan sinergi antara pemerintahan dengan swasta dan masyarakat, berbasis data. Stranas akan dirumuskan ke dalam Program dan Renaksi, kegiatan‐kegiatan yang akan mendukung terlaksananya Stranas

3.3.1.1 Tanggapan Akademisi – Prof. Toni Pariella, Universitas Pattimura

Perubahan lingkungan yang massif dan memerlukan respon yang demikian tanggap dalam persatuan kesatuan bangsa. Secara politik, negara kesatuan republik Indonesia, tetapi secara sosiologis belum selesai, karena setiap orang terikat oleh kultur masing‐masing, dan tidak mudah melepaskan kulturnya untuk menjadi Indonesia. Peran akademisi harus memiliki kepekaan terhadap realitas kemajemukan di Indonesia, dan kebutuhan akan persatuan kesatuan di tengah kebhinekaan. Diperlukan kemampuan menstimulasi kepekaan realitas di universitas dan akademisi sebagai unit yang mengemban tanggung jawab politik kebangsaan, sehingga diharapkan bisa menyumbangkan pemikiran dan realitas yang nyata untuk membangun wasbang karbang demi persatuan kesatuan. Persatuan dan kesatuan memerlukan stabilitas sosial dan keamanan di berbagai daerah, bagaimana masyarakat mempersepsikan nasionalisme kebangsaannya itu menjadi indikator penting atas perwujudan dari semangat kebangsaan mereka di daerah Masyarakat Maluku adalah masyarakat multikultur, baik agama, ras, suku dan lainnya. Kebhinekaan Maluku menjadi fakta sosial, yang secara nyata muncul dalam kehidupan sehari‐hari, dan telah berpengalaman dalam interaksi perbedaan, tapi akan jadi berbeda, jika dimaknai persatuan kesatuan diperluas mencakup bangsa Indonesia. Sebab, itu berarti memerlukan kemampuan imajinatif yang tidak sekedar tentang Maluku, tapi tentang Indonesia. 22 Universitas dan akademisi selalu berada di dalam ruang sosial yang harus ikut mendorong terjadinya kohesi sosial, bersifat fungsional persatuan kesatuan baik secara lokal maupun nasional. Proses transformasi dalam mengembangkan masyarakat plural, merupakan tugas universitas dan akademisi dengan mengembangkan ruang‐ruang publik yang bisa merekatkan entitas masyarakat yang berbeda. Persoalannya adalah apakah universitas atau akademisi punya agenda yang selaras dengan wasbang, karbang dan persatuan Indonesia. Sayangnya, banyak struktur dan konten kurikulum belum mendukung atau merespon kebutuhan ini, belum mengabaikan pembentukan wasbang dan karbang, terutama di kalangan eksakta. Profil output selain memiliki kemampuan akademik, tetapi juga harus memiliki cara pandang yang benar dari kelokalan dan keindonesiaannya. Wawasan ke‐Indonesiaan harus mengatasi wawasan ke‐lokal‐an nya supaya menghasilkan persatuan kebangsaan yang lebih baik. Crosscutting Identity Multiple Identity, penting dimanfaatkan oleh Universitas dan akademisi, karena di Universitas dilakukan pendidikan nilai, yang bisa membantu terjadinya pembentukan nilai, dan ini harus direncanakan. Peran akademisi yang melampaui universitas, bisa menjadi kanal dalam mengembangkan gagasan kebangsaan, dan harus menjadi interaksi yang seimbang antara kampus dengan masyarakat. Stranas ini diharapkan melahirkan mekanisme ketahanan diri yang built in di dalam masyarakat, sehingga tidak perlu ada lagi tokoh‐tokoh yang harus mengarahkan dan menggurui, karena masyarakat sudah memiliki ketahanan diri untuk membangun persatuan dan kesatuannya.

3.3.1.2 Peran Kesbangpol Provinsi Maluku Dalam Wawasan Kebangsaan