dan tuhan pasti akan sangat keberatan jika sebagian ‘dunia’ diberikan kepadanya. Kekecewaan yang dirasakan oleh tuhan membuatnya merasa senang dan id-nya
terpuaskan. Tidak lama setelah itu tuhan berhasil mencuri catatan formula ‘larutan senja’ dan membuatnya sendiri. Keindahan senja yang melengkapi ‘dunia’ milik
tuhan membuat tuhan mendapatkan penghargaan, dan hal ini menyebabkan ketengangan kembali dirasakan oleh tokoh Dia. Dorongan-dorongan yang kuat
dari id membuatnya melakukan hal yang nekat. Dia maju ke forum dan berteriak lantang bahwa tuhan telah mencuri ‘larutan senja’-nya. Tokoh Dia ingin agar
tuhan mengakui bahwa sebagian dunia adalah ciptaanya di depan forum itu. Namun tuhan tidak mau mengakui itu dan akhirnya dia meneteskan larutan
berwarna hitam yang membuat ‘dunia’ menjadi tidak sempurna dan tidak indah lagi. Id yang mendominasi ego dan super ego dalam kepribadian tokoh Dia
menyebabkannya terus-menerus memuaskan kesenangannya tanpa peduli pada konsekuensi dari tindakannya itu.
4.1.2 Tahi Lalat Di Punggung Istriku
Cerpen Tahi Lalat di Punggung Istriku menceritakan sepasang suami-istri yang pada awal kehidupan rumah tangganya sangat harmonis berubah menjadi
dingin hanya karena sebuah tahi lalat di punggung sang istri. Tokoh Aku suami sangat menyukai tahi lalat di punggu istrinya. Seperti dalam kutipan berikut:
Ada tahi lalat di punggung istriku. Cantik sekali. Tepat di sebelah kiri atas punggung, mendekati pundak. Itu adalah tahi lalat terseksi yang
pernah kulihat. Perempuan-perempuan mungkin bisa punya bermacam tahi lalat yang cantik; di dada, di pinggir ketiak, di atas bibir, di dagu,
tapi tak ada yang secantik tahi lalat di punggung istriku LS,2006: 45.
Universitas Sumatera Utara
Saat itulah aku melihat pemandangan yang membuatku takjub; tahi lalat di punggung istriku. Tahi lalat yang sangat cantik. Seketika, aku
jatuh cinta lebih dalam pada istriku karena tahi lalat itu LS, 2006: 46.
Kecintaan tokoh Aku suami pada tahi lalat di punggung istrinya membuatnya semakin mencintai istrinya. Menurut Freud, super ego terbentuk
melalui internalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh, atau berarti bagi individu tersebut dalam
Koswara, 1991: 35. Bagi tokoh Aku suami, figur yang berperan dan memiliki nilai untuk dirinya adalah istrinya yang memiliki tahi lalat di punggung. Tokoh
aku pernah hampir selingkuh. Seorang kolega tokoh Aku suami membawakan seorang perempuan berperawakan seperti model dan berwajah kebarat-baratan
sebagai iming-iming pelicin proyek kerja. Akan tetapi tokoh Aku suami segera membatalkan niatnya karena teringat dengan tahi lalat di punggung istrinya.
Saat dia berbalik dengan tubuhnya yang setengah telanjang, aku melihat dia juga punya tahi lalat di punggung. Aku langsung teringat
pada istriku, ia juga punya tahi lalat di punggungnya. Jauh lebih cantik dari tahi lalat perempuan ini, pikirku. Aku membatalkan semua,
berpakaian lalu keluar dari hotel menuju mobil yang kuparkir di halaman. Perempuan itu marah-marah melihatku meninggalkannya
dalam keadaan telanjang dan tak disentuh. Kolegaku berusaha menahanku dan membujukku dengan wajah khawatir proyek tak
diloloskan, bahkan meminta maaf berkali-kali. Aku pulang, bercinta dengan istriku habis-habisan. Dan besoknya, proyek itu kuloloskan
LS, 2006: 47.
Salah satu fungsi dari super ego adalah sebagai pengendali dorongan- dorongan naluri id agar dorongan-dorongan tersebut disalurkan dengan cara atau
bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat. Super ego dalam kepribadian tokoh Aku suami menjalankan perannya dengan baik. Tokoh Aku suami yang
Universitas Sumatera Utara
tadinya hampir menerima pelicin dari koleganya agar dia meloloskan sebuah proyek, akhirnya lebih memilih istrinya dari pada wanita panggilan itu.
Kehidupan rumah tangga tokoh Aku suami yang harmonis dengan istrinya pada suatu hari mendadak jadi kacau. Tahi lalat yang biasanya dia lihat di
punggung istrinya tiba-tiba menghilang entah ke mana. Tokoh Aku suami yang sangat terobsesi dengan tahi lalat di punggung istrinya sangat kaget mendapati
tahi lalat itu sudah tidak ada lagi. Aku sangat jatuh cinta pada istriku karena tahi lalat itu. Birahiku
meluap-luap setiap aku teringat atau melihat tahi lalat itu. Hingga suatu malam, saat kami akan bercinta dan aku mulai menciumi
punggung istriku, aku tak menemukan titik hitam sekecil apapun di punggungnya. Aku kaget bukan kepalang LS, 2006: 47.
Kecintaan tokoh Aku suami pada tahi lalat di punggung istrinya pada awalnya membuat kehidupan rumah tangganya indah. Karena kecintaannya itu
juga, mendadak rumah tangganya menjadi kacau. Hanya karena tahi lalat di punggung istrinya hilang, tokoh Aku suami menjadi tidak bergairah lagi pada
istrinya. “Aku tidak pernah punya tahi lalat di punggung,” sanggahnya.
“Tidak mungkin. Ada kok, yang biasa aku ciumi itu lho…” aku mulai gemas dan kesal.
“Tidak ada, Pa. Aku tidak pernah punya tahi lalat di punggung” Malam itu kami batal bercinta. Itu adalah kali pertama aku tak
bergairah setelah dua puluh tujuh tahun kami menikah. Aku kesal dan langsung beranjak tidur. Istriku juga kesal, kami tidur saling
memunggungi setelah berpakaian lengkap. Aku pejamkan mataku rekat-rekat berharap itu cuma mimpi LS, 2006: 48.
Kekesalan tokoh Aku suami terus berlanjut karena selama berhari-hari dia tidak menemukan tahi lalat di punggung istrinya lagi. Setiap dia menanyakan
Universitas Sumatera Utara
pertanyaan yang sama, istrinya juga selalu menjawab dengan jawaban yang sama bahwa tahi lalat itu tidak pernah ada. Hingga beberapa kali dia dan istrinya gagal
bercinta dan saling kesal hanya karena sebuah tahi lalat di punggung. Super ego bisa jadi bekerja pada level yang amat primitif dan relatif tidak bisa menguji
realitas-yaitu memodifikasi tindakannya tergantung kepada situasi Lawrence dkk, 2010: 87. Dengan kata lain, tuntutan super ego terhadap kesempurnaan menjadi
tidak realistis. Lalu kupikir, mungkin tahi lalat itu betul-betul pindah tempat. Maka
aku mencari di setiap sudut tubuh istriku. Berharap jika menemukan tahi lalat itu ingin ku bujuk untuk kembali ke tempat semula. Mulailah,
setiap hari aku menelanjangi istriku, menyusuri tubuhnya dan akhirnya terpaksa menyetubuhi istriku denga berahi yang setengah, karena
setengahnya lagi rasanya telah pergi bersama dengan hilangnya tahi lalat itu. Aku betul-betul penasaran sekaligus sangat merasa
kehilangan atas tak adanya tahi lalat di punggung istriku LS, 2006: 49.
Tuntutan kesempurnaan super ego dalam kepribadian tokoh Aku suami menjadi sangat tidak realistis. Tokoh Aku suami menginginkan tahi lalat di
punggung istrinya yang hilang segera kembali. Dia bahkan sampai berpikir ingin membujuk tahi lalat itu kembali ke tempatnya semula, di punggung istrinya, jika
sekiranya tahi lalat itu pindah tempat. Namun tokoh Aku suami tidak berhasil menemukan tahi lalat itu hingga akhirnya dia merasa putus asa.
Perasaan kecewa dan putus asa yang dialami oleh tokoh Aku suami terhadap situasi itu menyebabkan taraf ketegangannya meninggi. Pada bagian ini
dorongan-dorongan dari id dalam kepribadian tokoh Aku suami mulai mendominasi.
Kuhubungi kolegaku yang dulu pernah membawakanku wanita panggilan. Kuminta ia menghubungi wanita yang sama dan mem-
Universitas Sumatera Utara
booking sebuah hotel berbintang lima. Perempuan tinggi semampai bak model dengan dada besar itu berdiri di hadapanku dengan
telanjang, kuminta ia berbalik. Ku pandangi tahi lalat di punggungnya, tak sama. Sesaat aku mengamati dan berharap kalau-kalau itu adalah
tahi lalat istriku, tetapi bukan. Betapa aku sangat merindukan tahi lalat di punggung istriku. Malam itu aku bercinta semu dengan perempuan
itu, menciumi punggung wanita panggilan itu hingga membuatnya tertawa geli. Membayangkan aku bercinta dengan istriku yang masih
memiliki tahi lalat di punggungnya. Lalu pulang dan tidur hingga siang. Aku absen kerja LS, 2006: 50.
Meskipun dorongan-dorongan dari id dalam kepribadian tokoh Aku suami membuatnya mencari wanita panggilan untuk meredakan ketengangan
yang dirasakannya, namun dia tetap teringat pada istrinya. Tokoh Aku suami bercinta dengan wanita panggilan itu sambil membayangkan bahwa wanita itu
adalah istrinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh super ego dalam diri tokoh Aku suami masih menjalankan peranannya.
Kucoba menatap wajahnya rekat-rekat, mencari sisa-sisa kemudaan di antara wajahnya yang mulai merenta. Sebetulnya istriku masih cantik,
tubuhnya juga tak lantas jadi gembrot. Garis wajahnya yang mulai tegas menunjukkan dia perempuan yang matang. Tapi kenapa aku tak
bergairah padanya? Aku sama sekali tak terberahi. Sekali lagi, aku mengelus punggungnya dengan lembut, membuat istriku sedikit
bergerak dalam tidurnya LS, 2006: 50.
Kutipan di atas menunjukkan bahwa super ego dalam diri tokoh Aku suami masih dapat mempengaruhi ego dalam mengendalikan id. Tokoh Aku
suami tak lantas ingin meninggalkan istrinya meskipun dia tidak bergairah lagi terhadap istrinya itu. Dia masih tetap menginginkan istrinya meskipun setengah
hatinya terasa hilang bersamaan dengan hilangnya tahi lalat yang sangat disukainya.
Tokoh Aku suami mengalami sederetan koflik karena ego dalam kepribadiannya lemah. Ego pada diri tokoh Aku suami tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
mengendalikan tuntutan antara super ego, yaitu keinginan untuk mencapai kesempurnaan dengan menemukan kembali tahi lalat istrinya agar dia dapat
mencintai istrinya lagi dengan sepenuh hati, dan id, yaitu keinginan atau dorongan seksualnya, yang saling bertentangan dalam dirinya.
Sementara itu di lain pihak tokoh Aku istri, juga mengalami hal yang sama. Tokoh Aku istri merasa cemburu pada tahi lalat yang ada di
punggungnya. Dia merasa suaminya lebih mencintai tahi lalat itu dari pada dirinya.
Hingga suatu hari, aku tak pernah lagi diciumnya. Dia hanya menciumi punggungku. Dia lupa mencium bibirku atau keningku atau pipiku.
Aku harus memintanya dulu untuk mencium bibirku, jika tidak dia tak akan ingat. Setiap ada kesempatan, dia selalu mencium punggungku.
Aku mulai membenci tahi lalat di punggungku, aku cemburu LS, 2006: 51.
Dari kutipan di atas tampak bahwa dorongan dari id mendominasi kepribadian tokoh aku istri. Rasa benci dan cemburu pada tahi lalat di
punggungnya menyebabkan tengangan pada dirinya. Untuk meredakan ketegangan itu, tokoh Aku istri kemudian berencana
menghilangkan tahi lalat di punggungnya. Bersama dengan Ratri, seorang perempuan paruh baya yang tak pernah menikah, tukang pijat langganannya,
tokoh aku istri pergi menemui dokter kulit untuk menghilangkan tahi lalat di punggungnya itu.
“Angkat?” “Iya, pakai laser. Ada lho teknologi seperti itu. ”Lalu ratri
menjelaskan bahwa tetangganya yang punya tahi lalat di hidung juga mengangkatnya dengan laser. Harganya memang sedikit mahal, tapi
tak berbekas dan tak sakit. Maka, siang saat suamiku kerja aku diantar
Universitas Sumatera Utara
Ratri ke dokter kulit untuk mengangkat tahi lalat di punggung LS, 2006: 52.
Dari kutipan di atas, terlihat tokoh Aku segera membuat keputusan untuk mengangkat tahi lalat di punggungnya tanpa memikirkan konsekuensi yang akan
terjadi setelahnya. Hal itu dilakukan untuk melepaskan ketegangan dari pengaruh id atau naluri primitif pada dirinya, yaitu rasa cemburu pada tahi lalat di
punggungnya. Ternyata keputusan tokoh Aku istri mengangkat tahi lalat di punggung
itu menyebabkan keadaan rumah tangganya menjadi kacau. Suaminya kecewa mendapati tahi lalat itu sudah tidak ada lagi. Tokoh Aku istri juga berbohong
dengan mengatakan bahwa dia tidak pernah punya tahi lalat di punggung karena takut suaminya akan marah besar jika dia berkata yang sebenarnya. Tokoh Aku
istri berpikir suaminya akan segera melupakan tahi lalat itu, namun ternyata tidak. Suaminya tetap mencari tahi lalat itu. Hingga suatu hari tokoh Aku istri
menemukan sesuatu yang ganjil pada suaminya dan seketika dia merasa menyesal telah mengangkat tahi lalat itu dan membohongi suaminya. Dalam hal ini super
ego mulai memegang kendali kepribadian tokoh Aku istri. Suatu pagi, saat aku mencuci pakaian suamiku yang hari itu absen
kerja karena tidur hingga siang, kucium parfum perempuan di baju kemejanya. Ada rambut ikal panjang pula yang menempel di celana
dalamnya. Pasti suamiku selingkuh Pasti
Aku menangis, tiba-tiba merasa menyesal telah membuang tahi lalat itu. Hari-hari kujalani dengan tanpa gairah. Suamiku pulang-pergi ke
kantor dengan dingin. Dia tak pernah menyentuhku, tak juga menyentuh punggungku. Tak menciumku pula LS, 2006: 52.
Pengaruh hilangnya tahi lalat di punggungnya itu membawa dampak yang buruk, suaminya selingkuh dan tak bergairah lagi. Karena dorongan yang begitu
Universitas Sumatera Utara
kuat dari id dan energi ego yang lemah menyebabkan tokoh Aku istri ingin segera melepaskan ketegangan yang dirasakannya. Namun setelah tokoh Aku
istri berhasil meredam ketegangannya, dia kemudian menyesali perbuatannya dan merasa bersalah pada suaminya. Konflik yang dialami tokoh Aku istri
terjadi karena ego tokoh aku istri tidak dapat mengendalikan tuntutan antara id, yaitu keinginan untuk melenyapkan tahi lalat yang membuatnya merasa cemburu,
dan super ego, yaitu rasa bersalah karena menlenyapkan tahi lalat yang sangat disukai oleh suaminya dan rasa bersalah karena telah berbohong pada suaminya.
4.1.3 Dalu-Dalu