Dalu-Dalu Kecemasan Tokoh Utama

Padahal karena rasa benci dan cemburu pada tahi lalat itu tokoh istri mengangkatnya dengan menggunakan laser di praktek dokter kulit. Akibat dari perbuatannya itu suaminya menjadi selingkuh dan tidak sehangat dulu lagi. Rumah tangganya yang tadinya harmonis menjadi dingin. Akhirnya tokoh istri menyesali perbuatannya. Suatu pagi, saat aku mencuci pakaian suamiku yang hari itu absen kerja karena tidur hingga siang, kucium parfum perempuan di baju kemejanya. Ada rambut ikal panjang pula yang menempel di celana dalamnya. Pasti suamiku selingkuh Pasti Aku menangis, tiba-tiba merasa menyesal telah membuang tahi lalat itu LS, 2006: 52 “Gimana ini Jeng?” aku mengeluh pada Ratri tentang suamiku saat dia sedang memijatku. Aku telanjang tengkurap sambil menangis LS, 2006: 53. Perbuatan tokoh istri yang menghilangkan tahi lalat di punggungnya mempengaruhi sikap suaminya dan hal ini membuatnya merasa cemas. Kecemasan berfungsi sebagai peringatan bagi individu dan menuntut sebuah pertahanan sebagai strategi agar tidak menimbulkan keadaan yang tidak terkendali. Tokoh istri yang merasa bersalah telah menghilangkan tahi lalat di punggungnya merasa cemas pada keadaan rumah tangganya semakin dingin.

4.2.3 Dalu-Dalu

Cerpen ini menggambarkan kecemasan riel yang dialami oleh tokoh utama dalam lingkungan hidupnya. Kecemasan riel terjadi karena adanya ancaman yang berasal dari dunia luar dalam diri tokoh utama, sehingga menyebabkan rasa cemas. Kecemasan-kecemasan yang dialami oleh tokoh utama tersebut berada pada proses pergolakan batin akibat situasi keadaan sosial masyarakat di Universitas Sumatera Utara lingkungan tokoh utama sedang dalam kekacauan. Berita tujuh jendral yang mati di Lubang Buaya membawa dampak yang besar di lingkungan tokoh utama. Pengaruh sebuah suara yang menjadi komando menunjuk siapa saja yang terlihat mencurigakan akan disebut dengan ‘lekra’. Tokoh utama dalam cerpen ini adalah salah satu yang dituduh sebagai ‘lekra’. Dia adalah seorang pegawai di koperasi kabupaten. Namun karena dia dapat memainkan biola dan bergabung dalam kelompok instrumen musik keroncong Sayu Wiwit, dia dituduh sebagai ‘lekra’. Saat itu masyarakat di lingkungan tempat tinggal tokoh utama tidak menginginkan segala hal yang beraroma kebaratan, dan musik keroncong dianggap sebagai musik terlarang. Karena sebutan ‘lekra’ yang dituduhkan padanya, dia dipecat dengan tidak hormat dari pekerjaannya. Tuduhan itulah yang menjadi penyebab kecemasan dalam diri tokoh utama. Meskipun kepribadian tokoh utama didominasi oleh ego yang dapat menyeimbangkan antara tuntutan-tuntutan dari id maupun super ego secara bersamaan, dengan kata lain sehat secara psikologis, tokoh utama tetap dapat merasakan kecemasan dalam dirinya. Kecemasan yang dirasakan tokoh utama berasal dari ketergantungan ego terhadap dunia luar. Ego tokoh utama dapat menyesuaikan kepribadiannya dengan lingkungan tempat tinggal tokoh utama dunia luar. Namun karena pada saat itu lingkungan tempat tinggal tokoh utama sedang dalam keadaan berkonflik, ego memproduksi atau merasakan kecemasan. Sore itu aku pulang dalam keadaan hampa; statusku tak lagi bekerja. Aku adalah penjara yang memenjarakan dirinya sendiri. Apa yang akan kukatakan pada anak istriku di rumah nanti; dipecat dengan tidak hormat LS, 2006: 56. Universitas Sumatera Utara Hatiku adalah selibat saat aku pulang membawa berita bahwa aku takkan lagi bekerja esok hari. Mereka menyebutku ‘lekra’, sebuah sebutan yang mahal hanya demi bisa dendang dan bermain biola LS, 2006:57. Tokoh utama merasa cemas dengan keadaan yang menimpanya. Dipecat dengan tidak hormat berarti dia tidak akan punya pekerjaan lagi dan sumber penghasilannya akan hilang. Jika sumber penghasilannya hilang, maka kelangsungan hidup dirinya dan anak istrinya akan terancam. Kebutuhan hidup keluarganya bergantung padanya dan dia sudah kehilangan pekerjaanya. Malam sudah pekat sempurna. Anakku tertidur seperti tak pernah sebelumnya lelap. Entah besok bagaimana kami akan makan. Atap rumahku bocor jika hujan angin… tapi aku selalu menikmatinya. Kudendangkan biolaku hanya dalam hati saja, sebab jika tidak begitu… mereka akan menyebutku ‘lekra’ LS, 2006: 61. Kecemasan yang dialami oleh toko utama membuatnya pasrah pada keadaan. Meski pun sebenarnya dia bingung akan bagaimana menghadapi konflik yang terjadi padanya itu. Selain karena kehilangan pekerjaannya, tokoh utama juga merasa cemas jika harus memainkan biolanya. Kecemasan tokoh utama disebabkan karena jika dia memainkan biolanya, maka orang-orang akan semakin menyebutnya dengan ‘lekra’. Sebutan ‘lekra’ tentu saja tidak hanya pada dirinya saja, tetapi nyawa anggota keluarganya juga akan terancam.

4.2.4 Pada Sebuah Gang Buntu