Pada Sebuah Gang Buntu

4.1.4 Pada Sebuah Gang Buntu

Cerpen Pada Sebuah Gang Buntu menceritakan tokoh Aku yang memiliki keluarga kecil dan tinggal di sebuah kamar kos yang sempit pada sebuah gang buntu. Penghasilan tokoh Aku yang hanya seorang buruh di pabrik plastik dan suaminya yang seorang tukang ojek tidak cukup untuk mengontrak rumah, hanya cukup untuk makan saja dan menyewa kamar kost sempit di gang buntu tersebut. Kepribadian tokoh Aku didominasi oleh id. Hal itu terlihat pada kutipan berikut. Aku ini sebetulnya bodoh atau apa? Kuliah tak kuselesaikan, malah kawin lari dengan laki-laki tak bermasa depan. Waktu itu bapak ibuku marah bukan main. Sudah dua kali lebaran aku coba datang untuk mohon maaf dari orang tuaku tapi bapakku tak kunjung melunak walaupun Ibu menerima kami yang mungkin saja karena kasihan. Kini aku bisa membenarkan perkataan keluargaku yang membodoh-bodohi kepandiranku yang tidak bisa berpikir logis saat jatuh cinta LS, 2006: 100 Tokoh Aku yang lebih memilih kawin lari daripada menyelesaikan kuliahnya menunjukkan bahwa tokoh Aku adalah seorang individu yang impulsif. Dorongan-dorongan id yang begitu kuat dalam dirinya tidak dapat ditekan oleh ego. Setelah menikah dengan suaminya, akhirnya tokoh Aku dapat merasakan akibat dari kebodohannya. Kesulitan hidup yang dirasakan tokoh Aku semakin menambah ketegangan yang dirasakannya. Tokoh Aku mulai merasa lelah setiap hari harus mengurusi anak dan suaminya, belum lagi pekerjaan rumah tangganya dan pekerjaannya di pabrik. Tekanan akan tuntutan hidup dan kehamilannya yang kedua membuat tokoh Aku semakin temperamen. Dengan suamiku, Mas Iwan, entah kenapa pada kehamilanku yang kedua ini aku jadi sering eneg pada aromanya. Aku tak suka dengan aroma tubuhnya, aku tak suka dia dekat-dekat aku saat habis mandi. Universitas Sumatera Utara Aku tak suka bau keringatnya yang bercampur dengan deodoran murahan. Maka aku tak mau menyentuhnya saat malam-malam tiba. Aku emosional seperti gadis saat pre-menstruation-syndrome yang selalu marah. Aku tak sepenuh hati melayaninya LS, 2006: 100. Pengaruh dari kehamilan keduanya semakin menampakkan dominasi id dalam kepribadian tokoh Aku. Tokoh Aku tidak menyukai aroma tubuh suaminya sehingga dia tidak sepenuh hati lagi saat melayani suaminya. Dia menjadi emosional dan mudah marah. Karena temperamennya, suami tokoh Aku menampakkan gelagat yang membuatnya curiga. Suatu hari tokoh Aku mengikuti suaminya keluar dan melihat suaminya pergi ke hotel krusek bersama dengan seorang perempuan. Tokoh Aku terus mengikuti suaminya sampai ke depan kamar hotel itu. Mereka masuk ke sebuah hotel krusek. Bukan main, demi melihat itu jantungku tak bisa berhenti berdebar kencang, keringat sebesar biji jagung bercampur dengan amarah dan kesal di dalam dada. Setelah sekitar sepuluh menit, aku mengumpulkan keberanian dan menghela nafas berulang-ulang lalu melangkahkan kakiku, menuju ke kamar itu LS, 2006: 101. Aku mengetuk kamar, setelah lima menit di depannya dan aku terus memaksa dengan ketokan semakin keras, akhirnya pintu dibuka… oleh suamiku sendiri yang hanya bercelana pendek dan perempuan itu di ranjang menutupi ketelanjangannya dengan selimut LS, 2006: 102. Dari kutipan di atas dominasi id dalam kepribadian tokoh Aku semakin terlihat. Ketegangan yang diarasakannya karena melihat suaminya bersama perempuan lain masuk ke kamar hotel, semakin meningkat. Untuk meredakan ketegangan yang dirasakannya, tokoh Aku mendatangi kamar hotel itu dan menggedor pintunya. Dorongan-dorongan id selalu berusaha meredam ketegangan dengan cara memuaskan hasrat-hasrat dasar dalam diri tokoh Aku. Id mengendalikan ego Universitas Sumatera Utara dalam kepribadian tokoh aku, Ego tokoh Aku tidak berhasil mengendalikan tuntutan buta dari id, dan super ego tokoh Aku juga tidak berhasil mempengaruhi ego. Akhirnya hubungan tokoh Aku dan suaminya menjadi tidak harmonis. Selanjutnya kami cekcok mulut, lebih tepat lagi aku memberondongnya dengan kata-kata kasarku. Dia malu dan menarikku pulang setelah men-stater motornya di parkiran. Kami melanjutkan rebut-ribut di kamar kos. Dia menyalahkan aku yang tak bisa memenuhi hasrat kelaki-lakiannya. Aku menuduhnya bahwa dia memang sering berhubungan badan dengan pelacur. Katanya, dia baru mulai begitu sejak aku hamil yang kedua ini sebab aku tak mau melayaninya, aku tak percaya. Aku tak peduli walau suamiku coba menenangkanku dan mengingatkanku akan adanya rasa malu, tapi aku tak peduli, aku makin kalap dan mencakarnya LS, 2006: 102. Id berfungsi melepaskan rangsangan, ketegangan dan energi. Id selalu mencari pelepasan ketegangan yang bersifat segera melalui tindakan, tanpa peduli apakah tindakan itu tepat dan benar untuk dilakukan. Karena dorongan id yang besar mendominasi kepribadian tokoh Aku, tokoh Aku melakukan tindakan- tindakan yang berasal dari naluri primitifnya. Tokoh Aku memberondong suaminya dengan kata-kata kasar, menuduh suaminya telah lama selingkuh, tidak percaya pada kata-kata suaminya, bahkan sampai mencakar suaminya. Hal itu dilakukannya untuk melepaskan ketegangan yang dirasakannya dan mendapatkan rasa puas. Pengaruh ego dan super ego yang lemah dalam kepribadian tokoh aku tidak dapat mengendalikan dorongan-dorongan primitif dari id. Tokoh Aku semakin kalap ketika suaminya tak juga pulang berhari-hari setelah mereka bertengkar. Universitas Sumatera Utara Aku masih menunggu suamiku pulang tapi dia tak kunjung datang. Aku tak tahan lagi. Aku capek. Kuambil Baygon semprot, kubuka tutupnya. Apakah lebih baik aku mati saja? Hidup di dunia ini tak lagi berguna. Aku tak bisa menyenangkan anakku, tak bisa memenuhi kebutuhannya. Aku ingin mati saja LS, 2006: 103. Kutipan di atas menunjukkan kekalapan tokoh Aku yang sudah mencapai puncaknya. Dia ingin bunuh diri. Dorongan id yang semakin mendominasi kepribadiannya membuat hasratnya ingin segera mengakhiri ketegangan yang diarasakannya.Sesuai dengan prinsipnya, id selalu ingin mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit. Tokoh Aku ingin menghindari rasa sakit ketegangannya dengan cara bunuh diri. Oleh karena sifatnya yang tidak realistis dan hanya mencari kepuasan, id bekerja dengan tidak logis dan mampu memuaskan pikiran-pikiran yang saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Id tidak mampu membuat keputusan atas nilai dasar atau membedakan hal-hal yang baik dengan yang buruk. Demikian juga yang terjadi pada kepribadian tokoh Aku yang terlihat pada kutipan berikut. Tapi… bunuh diri itu kan dosa… lagipula… aku sedang mengandung… bukankah itu berarti aku membunuh bayiku sendiri? Dosaku jadi berlipat-lipat. Tapi… bukankah bayi ini baru berusia tiga bulan, kata orang nyawanya belum ada sebelum empat bulan sepuluh hari… lagi pula… kalau dia dilahirkan, apa bayi ini bisa hidup senang? Belum tentu aku bisa menyenangkannya, mungkin juga gara-gara kulahirkan dia akan jadi orang susah. Aku tidak inginkan itu. Masih kupandangi Baygon di tanganku, kuelus jabang bayiku diperut yang belum lagi terlihat besar. Maafkan ibu, Nak… Dan… aku menegak isi botolnya LS, 2006: 104. Tokoh Aku menyadari bahwa tindakan bunuh diri itu adalah dosa dan tidak dibenarkan. Di sini super ego menjalankan perananya, yaitu memperingati tokoh Aku akan rasa berdosa. Akan tetapi karena pengaruh id sangat mendominasi kepribadiannya, pengaruh super ego melemah. Dorongan energi yang kuat dari id Universitas Sumatera Utara menyebabkan ego tidak mampu menyeimbangkan antara keinginan id tokoh Aku, yaitu keinginan untuk bunuh diri, dengan perasaan berdosa dari super ego. Akhirnya tokoh Aku lebih memilih untuk mati daripada harus hidup susah.

4.1.5 Obral Peti Mati