4.2.1 Larutan Senja
Kecemasan dapat dipandang sebagai tanda bahaya bagi pertahanan fisik maupun psikis seseorang. Cerpen Larutan Senja menggambarkan kecemasan
neurotik yang terjadi pada tokoh utama dalam lingkungan hidupnya. Kecemasan neurotik terjadi karena tidak terkendalinya naluri-naluri primitif oleh ego dalam
diri tokoh utama sehingga menyebabkan reaksi ketakutan atau ketegangan. Kecemasan yang dialami oleh tokoh utama terjadi karena tekanan psikis yang
dialaminya. Tokoh utama merupakan seorang penemu kecil yang selalu merasa
tertekan oleh kehadiran tuhan, yaitu rekannya sesama penemu. Tuhan selalu tahu mengenai penemuan-penemuan yang berhasil dia ciptakan entah bagaimana
caranya, dan tuhan juga selalu berhasil mendapatkan larutan yang diinginkannya dan menggunakannya untuk memperlengkap ‘dunia’ ciptaan tuhan. Penemuan
yang diciptakan oleh tokoh utama yang berupa larutan selalu dapat mengembangkan ‘dunia’ ciptaan tuhan. Keadaan‘dunia’ yang setiap waktu
menunjukkan perkembangan membuat tuhan mendapatkan pujian dari anggota kelompok penemu lainnya. Namun para anggota kelompok penemu itu tidak tahu
bahwa sebenarnya tuhan mengembangkan ‘dunia’ ciptaannya hanya dengan meneteskan larutan-larutan yang diciptakan oleh tokoh utama. Hal tersebut
membuat tokoh utama merasa kesal, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa sebab tuhan secara resmi telah membeli larutan itu dari dia.
Seseorang bisa merasakan kecemasan neurotik akibat keberadaan guru, atasan, atau figur otoritas lain karena sebelumnya mereka merasakan adanya
Universitas Sumatera Utara
keinginan tidak sadar untuk menghancurkan salah satu atau kedua orang tua Feist dan Feist, 2010: 38. Kecemasan-kecemasan neurotik yang dialami tokoh utama
disebabkan oleh keberadaan tuhan. Tokoh utama selalu merasa tertekan pada keberadaan tuhan dalam hidupnya. Kecemasan tersebut dapat diperhatikan pada
kutipan berikut. “Kudengar kau menemukan ‘gerak’.”
Dia langsung tercekat. Bagaimana mungkin tuhan bisa tahu? Dia sama sekali tak pernah membicarakan penemuan ‘larutan gerak’-nya itu
pada siapa pun. Pada saat itu, ia langsung mencurigai para anggota kelompok penemu. Satu-satu diamatinya wajah mereka, mencari siapa
yang mencurigakan telah mengintip saat dia menbuat ‘larutan gerak’ dan menceritakannya pada tuhan. Tapi usahanya sia-sia sebab wajah-
wajah anggota kelompok penemu itu sama sekali tak ada yang mencurigakan. “bagaimana kau bisa tahu?” tanyanya heran bercampur
kesal. tuhan terkekeh kecil, “ah… kau ini seperti tak tahu saja. Kau tahu kan,
kalau julukanku adalah yang mahatahu?” tuhan lalu berlalu dari situ LS, 2006: 35-36.
Tokoh utama tidak pernah tahu bagaimana cara tuhan mengetahui keberadaan larutan ciptaannya. Setiap membicarakan larutan ciptaannya itu tuhan
juga tidak bertanya lebih jauh, hanya sebatas memastikan saja. Namun setelah itu, tuhan datang tanpa kabar terlebih dahulu. Hal tersebut membuat ketegangan yang
dirasakan oleh tokoh utama semakin meningkat. Tuhan memencet bel saat dia terpogoh-pogoh kebingungan
meletakkan di mana penemuan-penemuan berharganya. Laboratorium sangat berantakan, apalagi karena dia gugup secara tak sengaja dia
menjatuhkan beberapa botol cairan. Membuatnya berceceran di lantai dan tak sempat membereskannya sementara tuhan terus memencet bel
membuatnya lebih merasa diburu-buru LS, 2006: 36.
Kegugupan tokoh utama saat kedatangan tuhan yang secara tiba-tiba menunjukkan bahwa tokoh utama mengalami tekanan secara psikis. Tokoh utama
tidak ingin tuhan melihat penemuan-penemuan rahasianya. Dalam hal ini, id yang
Universitas Sumatera Utara
merupakan naluri primitif mendominasi diri tokoh utama. Tokoh utama tidak ingin ada orang lain yang mengetahui hasil ciptaannya. Pada akhirnya, ego tokoh
utama tidak dapat mengendalikan id dalam dirinya. Walaupun tokoh utama tidak pernah mendapat ancaman secara nyata dari tuhan, namun setiap tindakan tuhan
selalu membuat tokoh utama merasa tertekan secara psikis.
4.2.2 Tahi Lalat Di Punggung Istriku