Landasan Teori KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori psikologi sastra. Psikologi sastra adalah gabungan antara ilmu sastra dengan ilmu psikologi. Psikologi sastra merupakan kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Psikologi sastra memiliki tiga pendekatan yaitu: 1 pendekatan ekspresif yang mengkaji psikologi pengarang, 2 pendekatan tekstual yang mengkaji psikologi tokoh cerita, 3 pendekatan reseptif yang mengkaji psikologi pembaca Endaswara, 2008: 99. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan tekstual, yaitu menganalisis aspek psikologis tokoh dalam karya sastra. Beberapa konsep dasar dalam psikologi sastra yang dipaparkan oleh Siswantoro 2004: 18 adalah sebagai berikut: 1. Karya sastra sebagai produk dari suatu keadaan kejiwaan dan pemikiran pengarang yang dituangkan dalam bentuk penciptaan karya sastra. 2. Dalam menjiwai perwatakan tokoh kajian berdasarkan pada aspek makna, pemikiran, dan falsafah yang terlihat dalam karya sastra. 3. Karya sastra mampu menggambarkan kekalutan dan kekacauan batin manusia yang ditampilkan melalui tokoh dalam cerita. 4. Karya sastra sebagai ungkapan pengonkretan sesuatu yang bergejolak di dalam diri pencipta. Psikologi sastra merupakan perwujudan getaran jiwa dalam bentuk tulisan. Tulisan tersebut mengisahkan tentang kepribadian seorang individu, menggambarkan psikis individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran Universitas Sumatera Utara individu yang khas. Sastra digunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menembus batin pribadi individu yang diwakilkan pada para tokoh untuk diangkat ke permukaan sehingga dapat dipahami oleh pembaca mengenai kejiwaan dari para tokoh yang ditampilkan oleh pengarang. Analisis akan dilakukan dengan penerapan teori-teori psikologi khususnya psikoanalisis Sigmund Freud. Psikoanalisis adalah wilayah kajian psikologi sastra. Model kajian ini pertama kali dimunculkan oleh Sigmund Freud, seorang dokter dari Wina. Ia mengemukakan gagasannya bahwa kesadaran merupakan sebagian kecil dari kehidupan mental, sedangkan sebagian besarnya adalah ketaksadaran atau tak sadar. Ketaksadaran ini dapat menyublim kedalam proses kreatif pengarang. Dalam kajiannya psikologi sastra berusaha mengungkap psikoanalisis kepribadian yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu: id, ego, dan super ego. Id adalah sistem kepribadian yang asli, dan merupakan komponen kepribadian yang primitif yang dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian akan muncul ego dan super ego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologis yang diturunkan seperti insting, impuls dan drives yang menggerakkan tingkah laku Koswara, 1991: 32. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya. Ego adalah bagian “eksekutif” dari kepribadian. Ia berfungsi secara logisrasional berdasarkan prinsip kenyataan reality principle dan proses sekunder yaitu suatu proses logis untuk melihat pada kenyataan reality testing Universitas Sumatera Utara dalam usahanya menemukan cara pemuasan dorongan id secara realistis Koswara, 1991: 33. Fungsi ego ini adalah untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh id berdasarkan kenyataan. Super ego adalah sistem kepribadian yang merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat yang diajarkan oleh orang tua kepada anak- anaknya berupa perintah dan larangan Koswara, 1991:35. Dengan kata lain super ego adalah sistem kepribadian yang menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat. Pada bagian ini terdapat nilai-nilai moral, yang memberikan batasan baik dan buruk. Nilai-nilai yang terdapat dalam super ego mewakili nilai-nilai ideal. Oleh karena itu super ego selalu berorientasi pada kesempurnaan. Bersama-sama dengan ego, super ego mengatur dan mengarahkan tingkah laku manusia yang bermaksud memuaskan dorongan- dorongan dari id, yaitu melalui aturan-aturan dalam masyarakat, agama, atau keyakinan-keyakinan tertentu mengenai perilaku yang baik dan buruk. Ketiga sistem kepribadian itu satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas dan tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk interaksi ketiganya. Pandangan Freud mengemukakan bahwa manusia digerakkan oleh energi diri tak sadar, yang berarti semua tokoh dapat dibahas melalui pendekatan psikoanalisis. Dengan cara memperhatikan detil dan perilaku dalam kaitannya dengan konteks naratif, maka dapat ditemukan hasrat yang terekspresi atau tersembunyi dari tokoh-tokoh tersebut. Universitas Sumatera Utara Dalam kumpulan cerpen LS terdapat sejumlah peristiwa-peristiwa mengancam yang dialami manusia di lingkungannya. Lingkungan tempat orang hidup memang kadang kala bisa mengancam dan membahayakan. Dalam menghadapi ancaman biasanya orang merasa takut, karena kewalahan menghadapi stimulasi berlebihan yang tidak berhasil dikendalikan oleh ego, maka ego diliputi kecemasan. Freud membedakan kecemasan menjadi tiga, yaitu kecemasan realitas, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral atau perasaan bersalah dalam Koswara, 1991:45. Fungsi kecemasan adalah memperingatkan individu tentang adanya bahaya. Ketika timbul kecemasan, maka ia akan memotivasi individu untuk melakukan sesuatu. Kecemasan adalah suatu konsep terpenting dalam psikoanalisis dan juga memainkan peranan yang penting dalam perkembangan kepribadian.

2.3 Tinjauan Pustaka