penggelontoran sedimen yang paling ideal adalah pada bulan ke. 2 Pebruari , ke.4 April , ke.10 Oktober dan ke.12 Desember .
- Maka pelaksanaan penggelontoran endapan sedimen di PLTA PB.Soedirman
yang paling cocok berdasarkan kepentingan operasi waduk dan hasil analisa pada penelitian ini, adalah :
a. Penggelontoran sedimen flushing dilaksanakan pada bulan ke 2
Februari , ke.4 April , ke.10 Oktober dan ke.12 Desember atau pada saat bulan basah kelebihan air . Sehingga turbin tetap
beroperasi maksimal dan kebutuhan air irigasi terpenuhi. b.
Lama waktu penggelontoran sedimen T paling efektif untuk mendapatkan hasil sedimen adalah 15 menit., agar supaya tidak banyak
air waduk yang terbuang .
4.2.3. Alternatif Metode Lain Pengeluaran Sedimen Dari Dalam Waduk
Dari analisa pelaksanaan penggelontoran sedimen dengan metode flushing didapatkan hasil tidak efisien, maka perlu ditinjau metode lain untuk perbandingan.
Seperti diuraikan dimuka, bahwa untuk mengeluarkan sedimen dari dalam waduk, dapat dilakukan pada keadaan sedimen masih belum mengendap atau sudah
mengendap. Apabila sedimen belum mengendap pengeluaran sedimen menggunakan metode
density current. Dan apabila sedimen sudah dalam keadaan mengendap di dalam waduk, maka metode yang digunakan antara lain :
a. Tanpa bantuan energi dari luar yaitu dengan memanfaatkan energi potensial air
waduk untuk menggelontor sedimen flushing . Yaitu dengan metode Empty or free-flow flushing atau Flushing With Partial Drawdown
b. Dengan bantuan energi dari luar yaitu dilakukan dengan memanfaatkan alat-alat
mekanik mechanical excavation atau dredging Untuk mengeluarkan sedimen dari dalam waduk, PLTA PB. Soedirman telah
melaksanakan metode flushing melalui bottom outlet atau drawdown culvert.
Volume sedimen yang mengendap sangat besar, dan dari hasil analisa volume sedimen yang dapat digelontor relatif kecil dibandingkan dengan sedimen yang mengendap.
Sedimen yang dapat digelontor hanya yang berlokasi disekitar intake pintu drawdown culvert, sedangkan sisanya mengendap dengan kondisi semakin padat dan akan
semakin sulit digelontor. Penggelontoran dengan metode density curent dapat dilaksanakan dengan baik
Scheuerlein, 1987 yaitu pada kondisi : a.
Beda density antara inflow dan air waduk yang cukup kandungan suspended load tinggi
b. Kemiringan dasar sungai di entrance cukup tajam
c. Waduk cukup dalam dan, dasar sungai dibawah waduk lurus
Cara ini hanya dapat dilakukan jika tersedia bottom outlet dengan kapasitas yang memadai.
Keuntungan metode ini adalah sedimen dapat dikeluarkan sebelum mengendap dalam waduk, sehingga volume effektif waduk tidak banyak berkurang seperti halnya
waduk PLTA PB. Soedirman saat ini. Karakteristik sungai Serayu yang dibendung untuk PLTA PB.Soedirman, alurnya berbelok-belok tidak lurus kearah bottom outlet ,
kemiringan dasar sungai tidak terlalu tajam. Kandungan suspended load tidak tinggi karena sedimen telah mengendap terlebih dahulu di upstream waduk. Walaupun PLTA
PB. Soedirman memiliki bottom outlet, akan tetapi penggelontoran sedimen tidak efektif dengan menggunakan metode density curent.
Penggelontoran sedimen dengan menggunakan metode flushing, yaitu dengan metode Empty or free-flow flushing atau Flushing With Partial Drawdown.
Keuntungan dan kerugian metode ini apabila digunakan pada PLTA PB. Soedirman, adalah sebagai berikut :
a. Empty or Free-Flow Flushing.
Untuk mengeluarkan sedimen harus mengosongkan waduk terlebih dahulu, sedangkan aliran air sungai dibiarkan mengalir untuk digunakan sebagai
penggelontor sedimen.
Waduk PLTA PB.Soedirman selain untuk irigasi juga untuk Pembangkit Tenaga Listrik, maka apabila dikosongkan akan mengalami kerugian pasokan
energi listrik sebesar 3 X 61,5 MW dan akan mengganggu penyediaan energi listrik Jawa-Bali yang saat ini harus selalu siap tersedia.
b. Flushing With Partial Drawdown.
Penggelontoran sedimen pada metode ini adalah dengan cara tetap mempertahankan atau menurunkan permukaan air waduk pada elevasi tertentu,
sedimen diarahkan keluar waduk melalui bottom outlet. Pada kondisi sedimen dengan volume sangat besar, maka dalam prakteknya
dengan metode flushing sangat sulit untuk mengeluarkan sedimen dari dalam waduk, apabila masih ada keterbatasan penggunaan air waduk untuk banyak
kepentingan Multipurpose PLTA PB. Soedirman telah melaksanakan penggelontoran sedimen dengan
metode flushing ini, sarana bottom outlet yang cukup memadai tidak dapat digunakan untuk menggelontor sedimen secara optimal. Dan sebaliknya hasil
penggelontoran sedimen menunjukkan nilai tidak efisien.
Metode lain pengeluaran sedimen dari dalam waduk adalah Dry Excavation atau Dredging. Keuntungan dan kerugian metode ini antar lain adalah :
a. Dry Excavation.
Pengeluaran sedimen dengan menggunakan metode ini adalah dengan cara mengosongkan waduk, kemudian dengan alat berat mekanik melakukan
penggalian dan sedimen diangkut keluar dari waduk ke spoil area. b.
Dredging. Pengeluaran sedimen dengan metode ini adalah dengan cara tetap
mempertahankan air waduk, kemudian dengan menggunakan kapal sedimen dibor dan dialirkan ke tepi waduk atau ke down stream area.
Pada metode dry excavation maupun dredging, hasil pengeluaran sedimen akan lebih baik dari flushing dan bahkan pada dry excavation dapat lebih maksimal. Akan
tetapi kerugiannya adalah biaya pengeluaran sedimen sangat mahal, pengeringan waduk akan merugikan produksi energi listrik dan irigasi.
Untuk pembuangan hasil galian sedimen diperlukan spoil area dan apabila dialirkan ke downstream waduk, akan mengganggu lingkungan sekitarnya.
4.2.4. Perhitungan Finansial Metode Flushing