Dengan diketahuinya prevalensi ECC pada anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Petisah maka dapat direncanakan usaha pencegahan dan
perawatan terhadap ECC.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Early Childhood Caries
Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras di permukaan mahkota dan akar
gigi yang dapat dicegah.
11
American Academy of Pediatric Dentistry AAPD mendefenisikan Early Childhood Caries sebagai munculnya satu atau lebih
kerusakan berkavitas atau tidak berkavitas, kehilangan akibat karies atau permukaan gigi desidui yang ditambal pada anak-anak usia 71 bulan atau yang lebih
muda.
12
Severe Early Childhood Caries didefenisikan untuk anak-anak dengan gambaran klinis yang menunjukkan adanya kavitas pada permukaan halus gigi
desidui. atau pengalaman karies yang lebih parah hingga 50 dibandingkan dengan anak-anak pada umur yang sama. Kriteria anak yang dianggap menderita S-ECC jika:
1 anak yang berusia dibawah 3 tahun dan memperlihatkan adanya pengalaman karies pada permukaan halus pada gigi apa saja, 2 anak yang berusia 3, 4, atau 5
tahun dan memperlihatkan adanya pengalaman karies pada permukaan halus gigi insisivus rahang atas, atau 3 jumlah permukaan gigi yang terinfeksi sama dengan
atau lebih besar dari 4 permukaan pada usia 3 tahun, 5 permukaan pada usia 4 tahun, atau 6 permukaan pada usia 5 tahun.
13
2.2 Gambaran Klinis Early Childhood Caries
ECC berbeda dengan bentuk karies yang biasa terjadi pada gigi desidui dan permanen, baik itu dari bentuk, waktu perkembangan, lokasi, jalan dan akibatnya.
Universitas Sumatera Utara
Proses ECC biasanya dimulai pada gigi insisivus rahang atas, dengan cepat menyebar ke gigi lain di rahang atas dan kemudian pada gigi-gigi di rahang bawah.
10
Karies terutama berlokasi pada gigi insisivus rahang atas, kemudian gigi molar rahang atas
dan rahang bawah, sedikit jarang pada gigi kaninus dan paling jarang pada gigi insisivus rahang bawah karena dilindungi oleh lidah dan saliva yang berasal dari
kelenjar submandibula dan sublingual.
5,10,14,15
Waktu perkembangan karies menyebar cepat di atas permukaan enamel, melingkar pada daerah servikal, segera menyebar pada dentin dan dalam waktu yang
sangat singkat, terjadi kerusakan pada mahkota gigi sehingga hanya akar yang tinggal. Karies dapat menyebar sangat cepat sehingga hanya beberapa minggu setelah
munculnya lesi putih dapat terjadi kerusakan gigi.
10
Ada empat tahap perkembangan ECC:
2.2.1 Tahap inisial
Ditandai dengan adanya gambaran seperti kapur, terdapat lesi demineralisasi yang opak pada permukaan gigi insisivus rahang atas pada anak yang berusia 10-20
bulan atau bahkan kadang-kadang lebih muda. Secara khusus terlihat garis putih yang menonjol pada daerah servikal dari permukaan vestibular dan palatal dari gigi
insisivus rahang atas. Pada tahap ini lesi bersifat reversible.
16
Gambar 1. Tahap inisial ECC
17
2.2.2 Tahap kedua
Universitas Sumatera Utara
Terjadi pada anak usia 16-24 bulan. Dentin mengalami kerusakan apabila lesi putih pada gigi insisivus berkembang cepat, yang menyebabkan enamel mengalami
kehancuran. Dentin terbuka dan terlihat lunak dan berwarna kuning. Pada gigi molar desidui rahang atas terjadi lesi inisial pada daerah servikal, proksimal dan oklusal.
Pada tahap ini, anak mulai mengeluh terhadap rangsangan dingin. Orang tua kadang- kadang melihat perubahan warna pada gigi anak mereka.
16
Gambar 2. Tahap kedua ECC
16
2.2.3 Tahap ketiga
Terjadi pada anak usia 20-36 bulan, ditandai dengan lesi yang besar dan dalam pada gigi insisivus rahang atas desidui dan terjadi iritasi pulpa. Anak mengeluh
sakit ketika mengunyah dan menyikat gigi dan mengalami nyeri yang spontan di malam hari. Pada keadaan ini gigi molar rahang atas desidui berada pada tahap 2 dan
gigi molar rahang bawah desidui serta gigi kaninus rahang atas berada pada tahap 1.
16
Gambar 3. Tahap ketiga ECC
17
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Tahap keempat
Terjadi pada anak usia 30-48 bulan, ditandai dengan fraktur mahkota gigi anterior rahang atas akibat destruksi amelodentinal. Pada tahap ini gigi insisivus
rahang atas mengalami nekrosis dan gigi molar rahang atas desidui berada pada tahap 3. Gigi molar kedua rahang atas, kaninus rahang atas dan molar pertama rahang
bawah berada pada tahap 2. Beberapa anak memiliki keluhan tetapi tidak dapat menyampaikan keluhannya. Mereka mengalami gangguan tidur dan tidak memiliki
nafsu makan.
16
Gambar 4. Tahap keempat ECC
16
2.3 Etiologi Early Childhood Caries
Karies dianggap sebagai penyakit infeksi, menular dan multifaktorial yang disebabkan oleh tiga faktor utama yaitu: host gigi, mikroorganisme, dan substrat.
2,6
Faktor-faktor tersebut berinteraksi dalam jangka waktu tertentu, menyebabkan ketidakseimbangan demineralisasi dan remineralisasi antara permukaan gigi dan plak
biofilm.
6
Untuk terjadinya kavitas karies pada permukaan halus gigi yang dapat terlihat secara klinis dibutuhkan waktu 18 bulan ± 6 bulan.
18
2.3.1 Host
Faktor risiko host untuk perkembangan karies antara lain adalah morfologi dan karakteristik genetik gigi seperti ukuran, permukaan, dan fossa dan fissur yang
dalam serta gigi yang berjejal.
6
Gigi yang mengalami hipoplasia enamel memiliki risiko yang tinggi terhadap perkembangan karies.
19
Gangguan perkembangan
Universitas Sumatera Utara
struktural pada enamel dapat meningkatkan risiko karies pada anak-anak prasekolah. Gangguan perkembangan struktural pada enamel dapat meningkatkan retensi plak,
meningkatkan kolonisasi Streptococcus mutans, dan dalam kasus yang parah, memungkinkan hilangnya kerentanan enamel terhadap demineralisasi gigi.
20
Saliva adalah sistem pertahanan utama host dalam melawan karies, karena berfungsi membersihkan sisa makanan dan bakteri, dan menyediakan buffer untuk
melawan produksi asam. Saliva berfungsi sebagai penyimpan mineral kalsium dan phospat untuk keperluan remineralisasi enamel dan mengandung antibakteri. Individu
yang aliran salivanya menurun, kerentanan gigi terhadap karies akan meningkat.
6
2.3.2 Mikroorganisme
Streptococcus mutans adalah kelompok mikroorganisme yang sangat berhubungan dengan terjadinya karies gigi pada anak-anak. Streptococcus mutans
berkontribusi terhadap pembentukan karies dengan kemampuan mereka melekat pada permukaan gigi, menghasilkan jumlah asam yang berlebihan, dan mempertahankan
metabolisme pada keadaan pH yang rendah.
20
Selama lingkungan mulut dalam keadaan asam, mineral anorganik pada permukaan gigi akan terurai. Jika
demineralisasi melebihi remineralisasi, akan terbentuk lesi karies inisial.
21,22
Anak- anak dengan tingkat kolonisasi Streptococcus mutans yang tinggi memiliki prevalensi
karies yang lebih besar, serta memiliki risiko yang lebih besar untuk terbentuknya lesi baru daripada anak-anak dengan tingkat Streptococcus mutans yang rendah.
20
2.3.3 Substrat
The American Academy of Pediatric Dentistry mengatakan bahwa kebiasaan mengonsumsi cairan yang mengandung karbohidrat yang dapat berfermentasi jus,
susu formula, soda dapat meningkatkan risiko karies sehubungan dengan kontak antara gula dalam cairan dengan bakteri kariogenik pada gigi.
17,19
Minuman yang mengandung gula mudah dimetabolisme oleh Streptococcus mutans menjadi asam
organik yang dapat menyebabkan terjadinya demineralisasi enamel dan dentin.
9,14
Gula yang menyebabkan terjadinya infeksi antara lain sukrosa, glukosa dan fruktosa,
Universitas Sumatera Utara
yang banyak terkandung dalam jus buah dan susu formula.
9
Faktor makanan yang dihubungkan dengan terjadinya karies adalah jumlah fermentasi, konsentrasi dan
bentuk fisik bentuk cair, tepung, padat dari karbohidrat yang dikonsumsi, retensi di mulut, frekuensi makan serta lamanya interval waktu makan.
11
2.4 Faktor Risiko Early Childhood Caries
2.4.1 Kebersihan Mulut
Menurut hasil penelitian Stecksen-Blicks dan Holm 1995, anak yang melakukan penyikatan gigi secara teratur dalam sehari dengan frekuensi dua kali atau
lebih dan dibantu oleh orang tua, lebih rendah terkena risiko karies.
23
Keseimbangan antara konsumsi gula dengan kebersihan mulut sangat penting.
24
Mengkonsumsi minuman yang manis secara terus menerus dengan kebersihan mulut yang buruk akan
memberikan dampak yang sangat buruk bagi kesehatan gigi anak, terutama anak-anak usia dibawah 5 tahun.
3
Penelitian menemukan bahwa jika perilaku berisiko seperti memberikan seorang anak cairan yang manis ketika haus pada usia 1 tahun, memiliki
kemungkinan yang tinggi untuk bebas dari karies sampai usia 3 tahun jika kebersihan mulut dijaga dengan baik dan tidak terlihat adanya plak sampai usia 2
tahun.
24
2.4.2 Pola Diet
Salah satu faktor risiko utama yang menyebabkan tingginya prevalensi ECC adalah pola diet yang tidak sehat.
7
Pola pemberian makan tertentu, seperti penggunaan botol pada waktu tidur, menyusui, dan seringnya memberi makanan
ringan dan minuman yang mengandung gula berkontribusi terhadap perkembangan ECC.
4
Makanan kariogenik seperti biskuit yang mudah didapat dan ekonomis bagi orang tua mungkin menjadi kontributor utama.
7
Meskipun ECC adalah penyakit menular, namun peran diet dalam perjalanan infeksi dan perkembangan ECC sangat penting. ASI juga dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan gigi, khususnya apabila bayi menyusui sepanjang malam. Penggunaan botol susu dan memberikan dot yang dicelupkan ke dalam pemanis juga
dapat menjadi penyebab terjadinya ECC.
7
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Status sosial ekonomi
Kasus ECC lebih sering dijumpai pada anak dengan status sosial ekonomi
rendah, atau orang tua dengan tingkat pendidikan yang rendah. Hal tersebut
berpengaruh dengan kemampuan untuk menyediakan nutrisi yang baik bagi anak.
3
Menurut Suwelo 1992 bahwa tingkat pendidikan, pengetahuan, kesadaran dan perilaku orang tua terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi desidui pada anak.
23
Pengetahuan yang kurang mengenai pentingnya ASI untuk kesehatan anak, membuat semakin banyak ibu yang tidak menyusui bayi mereka. Sampai sekarang ini
pemberian susu formula diharapkan dapat menggantikan peran ASI dalam memenuhi nutrisi untuk bayi. Status sosial ekonomi yang rendah dan mahalnya harga susu
formula yang tidak dapat di jangkau, membuat susu kental manis menjadi pilihan sebagai pengganti atau pendamping ASI. Susu kental manis mengandung gula yang
sangat tinggi dan rendah elemen nutrisinya, jika pemberiannya tidak tepat dapat menyebabkan karies.
3
2.5 Pencegahan Early Childhood Caries
Untuk mengurangi risiko perkembangan ECC dapat dilakukan pencegahan dengan cara antara lain melaksanakan tindakan kebersihan mulut sejak erupsinya gigi
desidui pertama.
19
Peran serta orang tua sangat diperlukan didalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar
anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar didalam mencegah terjadinya akumulasi plak
dan terjadinya karies pada anak.
25
Proses penyikatan gigi pada anak dengan frekuensi yang tidak optimal dapat disebabkan karena anak tidak dibiasakan melakukan
penyikatan gigi sejak dini oleh orang tua, sehingga anak tidak mempunyai kesadaran dan motivasi untuk memelihara kebersihan dan kesehatan gigi dan mulutnya.
Keadaan tersebut memudahkan gigi anak terkena risiko penyakit gigi dan mulut, khususnya pada anak-anak dibawah usia 6 tahun.
23
Universitas Sumatera Utara
Menyikat gigi anak dilakukan oleh orang tua sebanyak dua kali sehari, dengan menggunakan sikat gigi yang lembut dan dengan ukuran yang tepat. Anak-anak
dibawah usia 2 tahun yang memiliki risiko karies sedang atau tinggi, dapat digunakan olesan pasta gigi yang mengandung fluor. Pada semua anak-anak usia 2-5 tahun,
dapat digunakan pasta gigi yang mengandung fluor seukuran kacang polong.
19
Selain itu dapat pula dengan menggunakan jari telunjuk yang dibalut kain atau handuk basah
kemudian digosokkan pada gigi yang sedang erupsi dan secara lembut melakukan pemijatan gingiva. Pemijatan gingiva bertujuan untuk melancarkan peredaran darah
dan merangsang erupsi gigi.
25
Untuk anak yang belum dapat menyikat gigi sendiri, orang tua terutama ibu dapat membantu dan melatih anak agar dapat melakukannya
sendiri serta mendidik dan membiasakan anak untuk menyikat gigi secara teratur dengan frekuensi dan waktu yang tepat. Hal ini selain dimaksudkan untuk
pembersihan giginya sendiri juga bertujuan agar anak terbiasa dengan adanya orang lain yang mengerjakan sesuatu di dalam mulutnya sehingga bila diperlukan
perawatan gigi dikemudian hari anak tidak merasa asing lagi.
23
Tindakan pencegahan pada karies tinggi lebih menekankan pada pengurangan konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara nasehat diet dan bahan pengganti gula.
11
Menghindari kebiasaan mengkonsumsi cairan atau makanan padat yang mengandung gula,
khususnya minuman yang mengandung gula jus, soft drink, teh manis, susu dengan tambahan gula dengan menggunakan botol. Tidak membiarkan bayi tertidur dengan
botol yang berisi susu atau cairan yang mengandung gula. Orang tua mulai menganjurkan anak untuk minum dengan menggunakan cangkir pada saat menjelang
ulang tahun pertama mereka.
19
Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Penggunaan fluor dapat dilakukan dengan fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat kumur mengandung
fluor, pemberian tablet fluor, topikal varnis. Fluoridasi air minum merupakan cara yang paling efektif untuk menurunkan masalah karies pada masyarakat secara umum.
Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,7–1,2 ppm. Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit. Linanof bahwa fluoridasi air minum
Universitas Sumatera Utara
dapat menurunkan karies 40–50 pada gigi desidui. Bila air minum masyarakat tidak mengandung jumlah fluor yang optimal, maka dapat dilakukan pemberian tablet fluor
pada anak terutama yang mempunyai risiko karies tinggi.
11
ECC juga dapat dicegah dengan melakukan konseling terhadap orang tua. Ini merupakan satu alasan untuk menyarankan agar anak-anak menerima pemeriksaan
gigi mereka yang pertama pada saat mereka berusia 6-12 bulan.
12
Pendidikan kesehatan gigi mengenai kebersihan mulut, diet dan konsumsi gula dan kunjungan
berkala ke dokter gigi lebih ditekankan pada anak yang berisiko karies tinggi. Pemberian informasi ini sebaiknya bersifat individual dan dilakukan secara terus
menerus kepada ibu dan anak. Dalam pemberian informasi, latar belakang ibu baik tingkat ekonomi, sosial, budaya dan tingkat pendidikannya harus disesuaikan,
sedangkan pada anak yang menjadi pertimbangan adalah usia dan daya intelegensi serta kemampuan fisik anak. Informasi ini harus menimbulkan motivasi dan tanggung
jawab anak untuk memelihara kesehatan mulutnya. Pendidikan kesehatan gigi ibu dan anak dapat dilakukan melalui puskesmas, rumah sakit maupun di praktek dokter
gigi.
11
Universitas Sumatera Utara
2.6 Kerangka Teori