2.4 Identifikasi Habitat
2.4.1 Karakteristik pohon
lek
Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran panjang dan diameter dahan, jumlah dahan utama, sudut dahan, arah dahan, tinggi total pohon dan tinggi
pohon dari permukaan tanah ke dahan yang sering digunakan untuk lek. Identifikasi tumbuhan mengacu pada Buku Pengenalan Jenis Tumbuhan Berkayu
di Taman Nasional Wasur La Hisa et al. 2012 dan Handbooks of The Flora of Papua New Guinea Nugini Womersley 1978; Henti 1981; Conn 1995.
2.4.2 Profil Vegetasi
Vegetasi pada habitat burung cendrawasih digambarkan menurut kriteria umum hutan tropis Loveless 1983. Data yang dikumpulkan untuk melukiskan
jalur struktur vegetasi yang diperoleh dengan menggambarkan profil diagram vegetasi disekitar pohon lek. Data yang diambil hanya strata pohon, kemudian
dicatat jenis tumbuhan dan tinggi total vegetasi dalam jalur profil 100 x 7 m secara vertikal.
2.4.3 Struktur Vegetasi dan Komposisi Jenis Tumbuhan
Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui karakteristik vegetasi di habitat lek dengan menggunakan metode kuadrat. Peletakan plot dilakukan secara
purposive. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang dipilih Gambar 5
Postur display cendrawasih raggiana P. raggiana, a wing pose, b-
c sayap dibuka dibelakang tubuh, d statik “flower display”, e-g dance Frith dan Beehler 1998: 465
a
b c
d e
f
g
dengan cermat sehingga relevan dengan struktur penelitian yaitu dengan mengambil sampel menurut ciri-ciri spesifik dan karakteristik tertentu Bookhout
1996.
Plot vegetasi ditentukan dari perilaku burung cendrawasih melakukan aktivitas harian, perilaku lek, dan berdasarkan persebaran burung hibrida di
Kampung Yakyu Gambar 6. Pada habitat hutan primer plot mengarah ke arah barat, timur, selatan, dan utara, sedangkan pada habitat kebun plot mengarah ke
utara. Pada masing-masing habitat diambil lima plot yaitu satu plot yang sering digunakan untuk lek dan empat plot tempat yang tidak pernah digunakan untuk
lek. Jarak dari plot satu dan yang lain sekitar 10 meter. Petak ukur kelompok pohon diameter 20 cm luas 20 x 20 m, tiang diameter 10-20 cm luas 10 x 10
m, pancang tingggi 5 m luas 5 x 5 m, semai tinggi 1,5 m luas 2 x 2 m Fachrul 2012.
a a
b Gambar 6 Plot pengambilan data struktur vegetasi habitat cendrawasih, a
habitat hutan primer, b Habitat kebun
2.5 Parameter Lingkungan
Pengukuran sifat abiotik meliputi suhu udara, kelembaban udara dan cuaca. Pengukuran parameter lingkungan dilakukan tiga kali dalam sehari pada
pukul 06.00 WIT, 12.00 WIT dan 16.00 WIT. Data iklim curah hujan, suhu udara, kelembaban, arah mata angin, tekanan udara, lama penyinaran matahari,
kecepatan angin diperoleh dari data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG Merauke Tahun 2013.
2.6 Alat
Kamera DSLR Canon 1100D, termometer, Rh meter, teropong binokuler nikon 8 x 40, tali rafia kompas, meteran, stopwatch, kertas millimeter block.
2.7 Analisis Data 2.7.1 Data Perilaku
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis data secara kuantitatif menurut Martin dan Bateson 1986 sebagai berikut.
Rata-rata perilaku Xjam = Jumlah perilaku x Total jam pengamatan
Durasi adalah jangka waktu berlangsungnya perilaku. Durasi perilaku
= Jumlah waktu aktivitas Jumlah waktu keseluruhan
Data perbandingan perilaku antara dua habitat dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney U dan secara deskriptif digambarkan dengan grafik dan diagram
lingkaran.
2.7.2 Data Vegetasi Tumbuhan. Analisis
Indeks Keanekaragaman Jenis H’ menggunakan rumus Shannon-Wienner Desmukh 1992. Pengukuran frekuensi meliputi identifikasi
jumlah dan jenis tumbuhan Indriyanto 2006. Kerapatan merupakan banyaknya individu atau jenis tumbuhan dalam satuan luas.
Kerapatan
= Jumlah individu untuk spesies ke-i Luas seluruh petak contoh
Kerapatan Relatif = Kerapatan spesies ke-i x 100
JuKerapatan seluruh spesie Frekuensi sebagai parameter vegetasi yang dapat menunjukan distribusi atau
sebaran jenis tumbuhan dalam ekosistem. Berikut adalah penghitungan memperoleh nilai frekuensi:
Frekuensi = Jumlah petak contoh ditemukannya spesies ke-i
Jumlah seluruh petak contoh
Frekuensi Relatif = Frekuensi suatu spesies ke-i x 100 Frekuensi seluruh spesies
Frekuensi tumbuhan dibagi menjadi lima kelas yaitu 1 A: 0-20;
2 B: 21-40; 3 C: 41-60;
4 D: 61-80 ; 5 E: 81-100 Sebaran homogen
Dominansi adalah untuk mengetahui jenis tumbuhan utama yang
mempengaruhi dan sebagai kontrol terhadap komunitas. Dominansi
= Luas basal area Luas seluruh petak contoh
Basal are = 14 π. D
2
D : diameter batang pohon Dominansi Relatif = Total luas basal area spesies ke-i x 100
Dominansi seluruh spesies Indeks Nilai Penting INP = Kerapatan Relatif+Frekuensi Relatif+Dominansi
Relatif Untuk mengetahui Indeks Keanekaragaman Jenis H’ menggunakan
rumus Shannon-Wienner Desmukh 1992. H’ = Σ pi ln pi
H’ = Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wienner Pi = niN
ni = Jumlah individu jenis ke-i, dimana i=1.2.3... N = Jumlah total individu semua jenis dalam komunitas
Untuk membandingkan tingkat kesamaan jenis komunitas antara dua
lokasi yang berbeda, digunakan indeks kesamaan jenis Jaccard. ISj = c x 100
a+b+c ISj = indeks kesamaan Jaccard
c = Jumlah jenis pohon yang sama pada dua plot habitat pengamatan a = Jumlah jenis pohon yang yang hanya terdapat pada lokasi pertama
b = Jumlah jenis pohon yang yang hanya terdapat pada lokasi kedua
3 HASIL
Pada saat pengamatan selama 2 bulan total jumlah individu yang teramati 14 ekor terdiri atas 8 cendrawasih hibrida jantan, 2 jantan P. apoda, 1 jantan
muda P. apoda, 2 betina P. apoda, dan 1 betina P. raggiana.
3.1 Deskripsi Morfologi Cendrawasih Hibrida
Burung cendrawasih hibrida jantan selanjutnya dijelaskan sebagai burung hibrida. Burung hibrida memiliki ciri-ciri tenggorokan hijau, terdapat garis kuning
di bagian berbatasan leher dan dada berwarna coklat, mahkota kuning kusam,
punggung coklat, bagian dalam sayap jingga, kaki berwarna abu-abu, tubuh dan sayap merah hati-coklat, dagu hijau, bagian atas ekor berwarna merah muda-
coklat dan bagian bawah berwarna jingga Gambar 7.
3.2 Postur Display Cendrawasih Hibrida
Dalam pengamatan postur display yang terjadi antara lain wing pose, bow, pump, dan dance Gambar 8. Selama display betina hanya melihat dari jauh dan
tidak mendekati jantan sehingga tidak pernah terjadi mounting. Perilaku lek cendrawasih hibrida dilakukan secara berkelompok, satu atau
dua sampai tiga individu jantan. Selama pengamatan, display dilakukan sebanyak 31 kali, 24 kali pada habitat hutan primer dan 7 kali di habitat kebun dan. Skema
tahapan display burung hibrida merupakan perilaku lek campuran dari indukannya Gambar 9.
Tahap 1. Wing pose. Display dimulai ketika jantan telah berkumpul pada tempat bertengger, display diawali dengan suara kicauan yang saling bersahut-
sahutan antara jantan. Tubuh dibungkukkan mendekati dahan, bagian ekor ditegakkan, kepala menunduk sejajar dengan sayap kepala tidak lebih tinggi atau
lebih rendah dari sayap, sayap dibuka dan dibentangkan lurus searah dengan dahan dan tubuh dalam posisi yang kaku, sayap digerakkan secara perlahan ke
atas dan dihentakkan kebawah, diam beberapa detik kemudian digerakkan ke atas kembali. Ekor tidak dilipat meluas dibawah tempat bertengger seperti pada P.
apoda dan P. raggiana. Tahap ini merupakan lek campuran antara P. apoda dan P. raggiana.
Tahap 2. Pump. Kaki semakin kaku, ekor beridri tegak hampir vertikal, tubuh semakin dibungkukkan hampir menyentuh cabang, kepala menunduk dan
menoleh ke kanan dan kekiri masih sejajar dengan sayap. lek campuran antara P. apoda dan P . raggiana.
Tahap 3. Bow. Tubuh menunduk dengan kaki kaku dan berpegangan kuat pada dahan, sayap digerakkan ke atas dan ke bawah dengan cepat, kemudian
berjalan mnegikuti arah dahan secara cepat dan sesekali melompat, bulu ekor diteggakkan hampir vertikal. Tahap ini merupakan lek campuran antara P.
apoda dan P. raggiana.
Tahap 4. Dance. Tubuh berdiri tegap, kepala lurus menghadap ke atas, sayap dibentangkan dan dibuka secara luas, sayap digerakkan ke depan ke
belakang dan kedua sayap saling menyentuh, sayap digerakkan dengan cepat dan tubuh bergerak ke kanan dan ke kiri dengan kaki yang kaku berpegangan kuat
pada dahan dengan suara ‘klik’. Tahap ini sama dengan P. raggiana. Perilaku lek cendrawasih hibrida menarik karena
adanya pose “inverted posture
” pada saat sebelum dance, kaki berpegangan kuat pada dahan, tubuh menggantung, kepala menghadap ke arah bawah, posisi sayap terbuka lebar dan
sejajar dengan kepala, sayap dikepakkan perlahan.
a b
c d
e
Gambar 7 Karakteristik morfologi cendrawasih hibrida. Keterangan a
mandibula atas dan bawah mirip P. apoda, sedangkan corak warnanya mirip P. raggiana; b garis kuning antara leher dan dada
mirip P. raggiana; c pektoral sayap coklat mirip P. apoda; d warna ekor bagian atas berwarna merah muda-coklat dan bagian
bawah jingga merupakan perpaduan kedua indukannya; e sayap bagian dalam merah hati-coklat sama dengan P. raggiana