2.4. Gejala Klinis
Dikarenakan kaya akan suplai limfatik dan area yang sulit diperiksa, maka metastasis servikal sering dijumpai pada tampilan awal. Seperti keganasan kepala dan leher lainnya,
tidak ada hubungan antara ukuran tumor primer dengan kelenjar limfe servikal. Tanda dan gejala awal KNF tidak khas dan tidak spesifik, dan nasofaring merupakan area yang sulit
untuk diperiksa. Sehingga KNF sering didiagnosa saat stadium lanjut dibandingkan keganasan kepala leher lainnya Plant, 2009.
Penderita KNF sering mengalami satu atau lebih dari 4 kelompok gejala yaitu gejala hidung, telinga, keterlibatan saraf kranial, dan pembesaran kelenjar limfe leher Wei, WI
dan Kwong DL, 2010.
2.4.1. Gejala Hidung
Epistaksis
Gejala ini timbul akibat permukaan tumor rapuh sehingga iritasi ringan dapat terjadi perdarahan Cottrill dan Nutting, 2003.
Hidung sumbat
Gejala ini akibat pertumbuhan massa tumor yang menutup koana, infiltrasi tumor dapat terjadi ke mukosa kavum nasi, dan massa tumor dapat menonjol kedalam
kavum nasi.
2.4.2. Gejala Telinga
Gejala ini disebabkan perluasan tumor ke latero-posterior sampai ruang paranasofaringeal sehingga terjadi gangguan pada fungsi tuba Eustachius Wei, WI
dan Kwong DL, 2010.
Gangguan pendengaran
Tinnitus
Universitas Sumatera Utara
Nyeri telinga Otalgia
Bila dijumpai gejala otalgia, maka tumor sudah menginfiltrasi daerah parafaring dan mendestruksi basis kranii. Nyeri yang hebat pada telinga dapat juga terjadi
akibat infiltrasi tumor pada n.glossofaringeus.
Otitis media serosa sampai perforasi membran timpani
Disfungsi tuba Eustachius dari infiltrasi ke m.levator veli palatini menyebabkan terjadi otitis media serosa pada 40 penderita Plant, 2009.
2.4.3. Gejala Neurologis
Sindroma Petrosfenoidal
Akibat penjalaran tumor primer ke atas melalui foramen laserum dan ovale sepanjang fosa kranii medial sehingga mengenai saraf kranial anterior berturut-
turut yaitu saraf VI, III, IV, sedangkan saraf II paling akhir mengalami gangguan. Dapat pula menyebabkan parese saraf V. Parese saraf II menyebabkan gangguan
visus, parese saraf III menimbulkan ptosis, dan parese saraf III, IV, dan VI menyebabkan keluhan diplopia karena saraf-saraf tersebut berperan dalam
pergerakan bola mata, dan saraf V trigeminus dengan keluhan rasa kebas di pipi dan wajah yang biasanya unilateral.
Apabila semua saraf grup anterior n. II – n. VI terkena, maka akan timbul gejala : neuralgia trigeminal unilateral, oftalmoplegi
unilateral, serta gejala nyeri kepala hebat yang timbul akibat penekanan tumor pada duramater Sudyartono dan Wiratno, 1996; Ahmad, 2002
Sindroma Parafaring
Gejala ini timbul akibat gangguan saraf kranial grup posterior n. IX, X, XI dan XII karena penjalaran retroparotidean dimana tumor tumbuh ke belakang masuk
ke dalam foramen jugularis dan kanalis nervus hipoglosus. Manifestasi kelumpuhan ialah : nervus IX : kesulitan menelan karena hemiparese m.
Universitas Sumatera Utara
konstriktor faringeus superior, nervus X : gangguan motorik berupa afoni, disfoni, disfagia dan spasme esofagus. Gangguan sensorik berupa nyeri daerah laring dan
faring, dyspnoe dan hipersalivasi. nervus XI : kelumpuhan atau atrofi m. trapezius, sternokleidomastoideus serta hemiparese palatum molle, nervus XII : hemiparese
dan atrofi sebelah lidah, nervus VII dan nervus VIII jarang terkena KNF karena letaknya agak tinggi Sudyartono dan Wiratno, 1996; Ahmad, 2002.
2.4.4. Limfadenopati servikal