2. Sistem pemidanaanPembebanan Tanggung Jawab Pidana
Sistem pemidanaan dapat diartikan sebagai sIstem pemberian atau penjatuhan pidana. SIstem pemberian atau penjatuhan pidana sistem
pemidanaan dapat dilihat dari dua sudut yaitu : a.
Dari sudut fungsional dari sudut bekerjanya atau prosesnyasistem pemidanaan dapat diartikan :
1 Keseluruhan sistem aturan perundang-undangan untuk fungsionalisasi
pidana. 2
Keseluruhan sistem aturan perundang-undangan yang mengatur bagaimana hukum pidana ditegakkan atau dioperasionalkan secara
konkrit sehingga seseorang dijatuhi sanksi hukum pidana. Dengan pengertian demikian, maka sistem pemidanaan identik dengan sistem
penegakan hukum pidana. b.
Dari sudut norma-substantif hanya dilihat dari norma-norma hukum pidana substantif, sistem pemidanaan dapat diartikan sebagai :
1 Keseluruhan sistem aturan hukum pidana materil untuk pemidanaan
2 Keseluruhan sistem aturan hukum pidana materil untuk penjatuhan
pidana
55
. Dengan pengertian demikian, maka keseluruhan peraturan perundang-
undangan “statutory rules” yang ada di dalam KUHP maupun UU khusus di luar KUHP, pada hakikatnya merupakan satu kesatuan sistem pemidanaan, yang
terdiri dari “aturan umum” “general rules”.
56
55
www.legalitas.com, dikases pada tanggal 14 Oktober 2010
56
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Dalam pembebanan tanggung jawab pidana ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
a. Mengenai diri orangnya, ialah orang yang mewujudkan perbuatan yang
bagaimanakah dan yang bersikap batin bagaimana yang dapat dipertimbangkan dan ditentukan sebagai terlibat atau bersangkut paut
dengan tindak pidana yang di wujudkan oleh kerjasama lebih dari satu orang,sehingga ia patut dibebani tanggung jawab pidana dan di pidana.
b. Mengenai tanggung jawab pidana yang dibebannya masing-masing ialah
persoalan mengenai; apakah mereka para peserta yang terlibat itu akan dipertanggungjawabkan yang sama ataukah akan dipertanggung jawabkan
secara bebeda sesuai dengan kuat tidaknya keterlibatan atau andil dari perbuatan yang mereka lakukan terhadap terwujudnya tindak pidana.
Adapun sistem pembebanan pertanggungjawaban pidana dalam penyertaan adalah sebagai berikut:
a. Setiap orang yang terlibat bersama-sama ke dalam suatu tindak pidana
dipandang dan dipertanggungjawabkan secara sama dengan orang yang sendirian dader melakukan tindak pidana,tanpa dibeda-bedakan baik atas
perbuatan yang dilakukannya maupun apa yang ada dalam sikap batinnya. b.
Masing-masing orang yang bersama-sama terlibat ke dalam suatu tindak pidana dipandang dan dipertanggungjawabkan berbeda-beda, yang berat
ringannya sesuai dengan bentuk dan luasnya wujud perbuatan masing- masing orang dalam mewujudkan tindak pidana.Dalam pelaksanaannya di
Indonesia di terapkan sistim yang pertama.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam KUHP pengaturan tentang deelneming terhadap pelaku,menyuruh melakukan, turut serta melakukan dan penganjur diancam
dengan hukuman pidana yang sama, akan tetapi orang yang membantu melakukan diancam dengan hukuman pidana yang berbeda. Akan tetapi, ada perbedaan di
dalam beberapa Undang-undang yang mengatur ancaman hukuman pidana tentang penyertaan ini. Beberapa Undang-undang yang dapat dilihat mengatur
tentang penyertaan yang berbeda dengan KUHP adalah sebagai berikut: a.
Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang Di dalam Undang-undang ini diatur bahwa ancaman hukuman bagi pelaku
tindak pidana pencucian uang dengan orang yang membantu melakukan adalah sama, yang dimana diatur ancaman hukuman pidananya adalah paling singkat 5
lima tahun dan paling lama 15 lima belas tahun
57
. Sedangkan untuk orang yang menyuruh melakukan, turut serta melakukan, dan penganjur tidak ada diatur
mengenai ancaman hukuman pidanannya. b.
Undang-undang Tindak Pidana Perdagangan Orang Di dalam Undang-undang ini diatur bahwa ancaman hukuman bagi pelaku,
orang yang menyuruh melakukan, orang yang turut serta melakukan, dan orang yang membantu melakukan tindak pidana ini ancaman hukuman pidananya adalah
sama yaitu paling sedikit 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun
58
,
57
Undang-undang No. 25 tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Pasal 1 dan 2
58
Undang-undang No. No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Pasal 1, 5 dan 10
Universitas Sumatera Utara
sedangkan bagi penganjur ancaman hukuman pidananya berbeda dengan pelaku yaitu paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 6 enam tahun
59
. c.
Undang-undang Tindak Pidana Korupsi Di dalam Undang-undang ini terdapat perbedaan yang cukup besar dengan
pengaturan tentang deelneming yaitu: 1
Di dalam KUHP bagi orang yang disuruh melakukan tidak dihukum, akan tetapi di dalam Undang-undang tindak pidana
korupsi bagi orang yang disuruh melakukan ancaman hukumannya sama dengan orang yang menyuruh melakukan
60
. 2
Ancaman hukuman pelaku didalam Undang-undang ini dilihat dari perbuatan tindak pidana korupsi itu sendiri.
3 Bagi orang yang membantu melakukan ancaman hukumannya sama
dengan pelaku
61
. 4
Bagi orang yang turut serta melakukan ancaman hukumannya lebih ringan dibandingkan dengan ancaman hukuman pelaku, orang yang
membantu melakukan
62
. B.
Putusan Pengadilan Negeri No. 1.778Pid.B2009PN.Mdn
1. Kronologis Kasus
59
Ibid, Pasal 9
60
Undang-undang No. 20 tahun 2001 tetang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pasal 5
61
Ibid, Pasal 10
62
Ibid, Pasal 7
Universitas Sumatera Utara
Bahwa terdakwa Robert Santoni Sitorus bersam-sama dengan Steven Ferdinan Sembiring, Drs. Lungguk Pasaribu, Elly Syahputra Tambunan, Vinci
Hutagaol, Juliandi Revico Sitompul, Robert Hutagalung, dan Ucok alias Bayi Tabung serta massa pendukung Propinsi Tapanuli yang tidak dapat disebutkan
namanya satu-persatu, pada hari Selasa tanggal 03 Pebruari 2009 sekira pukul 10.30 Wib , bertempat di Jalan. Imam Bonjol No. 5 Medan tepatnya di gedung
Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara DPRD-SU atau pada suatu tempat lain dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Medan.
Bahwa pada tanggal 02 Pebruari 2009 terdakwa didatangi oleh Ucok alias Bayi Tabung lalu mengajak terdakwa untuk ikut ke gedung Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Sumatera Utara DPRD-SU pada tanggal 03 Pebruari 2009 untuk ikut berunjuk rasa guna mendesak dilaksanakannya sidang
paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli, dan menjanjikan akan memberikan uang saku kepada terdakwa, kemudian terdakwa menyatakan bersedia.
Pada tanggal 03 Pebruari 2009 sekira pukul 09.00 Wib terdakwa bersama dengan Ucok alias Bayi Tabung pergi ke gedung Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Sumatera Utara DPRD-SU di Jalan Imam Bonjol Medan, dan sesampainya di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Sumatera
Utara DPRD-SU terdakwa melihat massa sudah banyak, ada yang bernyanyi- nyanyi, ada juga yang berorasi sambil berteriak-teriak menuntut agar
dilaksanakannya sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli, selanjutnya terdakwa menggabungkan diri dengan para massa pendukung pembentukan
Universitas Sumatera Utara
Propinsi Tapanuli, kemudian bersama-sama mendengarkan orasi di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Sumatera Utara DPRD-SU, setelah
itu terdakwa dan para massa pendukung pembentukan Propinsi Tapanuli naik ke lantai dua gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Sumatera Utara
DPRD-SU depan siding paripurna. Dilantai dua tersebut massa pengunjuk rasa memaksa untuk masuk ke dalam ruang sidang rapat paripurna dengan cara
mendesak sambil mendorong-dorong para petugas kepolisian yang bertugas menjaga pintu masuk tersebut, karena banyaknya massa yang melakukan aksi
dorong maka petugas kepolisian yang berjaga di pintu masuk tidak sanggup menahan dorongan massa sehingga pintu masuk ruang sidang paripurna dapat
didobrak oleh pengunjuk rasa sehingga pintu terbuka dan rusak, setelah pintu ruang sidang paripurna terbuka kemudian pengunjuk rasa termasuk terdakwa
masuk ke dalam ruangan sidang paripurna dimana pada saat itu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Sumatera Utara DPRD-SU sedang
melaksanakan sidang paripurna dengan acara Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan keuangan daerah.
Setelah masuk ke dalam ruangan sidang paripurna, massa pengunjuk rasa termasuk terdakwa langsung menguasai ruang sidang paripurna dengan cara
antara lain memasukkan peti mati, berdiri-diri di depan ruang sidang, menduduki kursi-kursi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD, melakukan
pelemparan, melakukan orasi-orasi yang mendesak agar Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara DPRD-SU melakukan sidang paripurna
Universitas Sumatera Utara
pembentukkan Propinsi Tapanuli dan melakukan pengrusakan terhadap barang- barang yang ada di dalam ruang sidang paripurna yang tujuannya untuk memaksa
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara DPRD-SU supaya melakukan sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli sedangkan terdakwa
sesampainya di dalam ruang sidang paripurna langsung duduk di kursi salah seorang anggota dewan sambil mendengarkan orasi-orasi.
Akibat masuknya terdakwa dan massa yang lainnya ke dalam ruang sidang paripurna dengan cara mendobrak pintu ruang sidang paripurna,
mengakibatkan sidang paripurna yang sedang berlangsung dengan agenda penyampaian Rancangan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara tentang
pengelolaan keuangan daerah yang dipimpin Drs. H. Abdul Azis Angkat, MSP selaku Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Sumatera Utara DPRD-
SU terhenti dan bubar serta tidak dapat dilanjutkan lagi. 2.
Fakta Hukum Bahwa benar pada tanggal 03 Pebruari 2009 di gedung Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Sumatera Utara DPRD-SU di ruang sidang paripurna sedang berlangsung rapat paripurna yang menurut agenda membahas 3
hal, pertama sidang Pergantian Antar Waktu PAW, kedua Raperda tentang jawaban gubernur terhadap pengelolaan keuangan daerah, ketiga Raperda tentang
Penyertaan atau penanaman modal di Bank Sumut. Bahwa benar pada mulanya persidangan berjalan lancar, akan tetapi saat
memasuki agenda sidang kedua tentang pembahasan jawaban gubernur Sumatera Utara tentang pengelolaan keuangan daerah secara tiba-tiba sekelompok massa
Universitas Sumatera Utara
masuk dari pintu belakang dan tidak berapa lama masuk juga dari pintu utama depan ruang sidang paripurna.
Bahwa benar terdakwa pada tanggal 03 pebruari 2009 datang ke gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara DPRD-SU diajak temannya
Ucok alias Bayi Tabung. Bahwa benar terdakwa pada tanggal 03 Pebruari 2009 ikut masuk ke
dalam ruang sidang rapat paripurna. Bahwa benar sesampainya di dalam ruang sidang, terdakwa melihat para
pengunjuk rasa berteriak-teriak, melempar dan berorasi yang intinya agar pembentukan Propinsi Tapanuli diparipurnakan.
Bahwa benar suasana di dalam ruang rapat paripurna kacau balau, tidak terkendalikan.
Bahwa benar terdakwa di dalam ruang rapat berjalan kesana kemari dan akhirnya duduk di kursi anggota dewan dan memakan makanan dan minuman di
atas meja. Bahwa benar akibat perbuatan para pengunjuk rasa termasuk terdakwa
tersebut persidangan paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara DPRD-SU tersebut terhenti dan tidak dapat dilanjutkan.
Bahwa benar pimpinan sidang dan para anggota dewan meniggalkan ruanagn menuju ruangan VIP untuk menyelamatkan diri.
Bahwa akibat perbuatan para pengunjuk rasa fasilitas gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara DPRD-SU mengalami kerusakan dan
Universitas Sumatera Utara
kerugian diperkirakan mencapai ± Rp. 350.000.000,- tiga ratus lima puluh juta rupiah.
Bahwa benar akibat dari unjuk rasa tersebut Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara DPRD-SU Drs. Abdul Azis Angkat MSP
meninggal dunia. 3.
Dakwaan a.
Pertama Bahwa terdakwa Robert Santoni Sitorus bersam-sama dengan Steven
Ferdinan Sembiring, Drs. Lungguk Pasaribu, Elly Syahputra Tambunan, Vinci Hutagaol, Juliandi Revico Sitompul masing-masing dilakukan penuntutan secara
terpisah, dan Ucok alias Bayi Tabung belum tertangkap serta massa pendukung Propinsi Tapanuli yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu, pada hari
Selasa tanggal 03 Pebruari 2009 sekira pukul 10.30 Wib , bertempat di Jalan. Imam Bonjol No. 5 Medan tepatnya di gedung Kantor Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Sumatera Utara DPRD-SU atau pada suatu tempat lain dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Medan sebagai yang melakukan, menyuruh melakukan,
atau ikut melakukan perbuatan itu dengan kekerasan, dengan sesuatu perbuatan yang lain atau dengan suatu tindakan yang tidak menyenangkan, yang ditunjukkan
terhadap orang itu sendiri atau terhadap pihak ketiga, memaksa orang lain melakukan sesuatu, tidak melakukan sesuatu atau membiarkan sesuatu secara
melawan hukum yang dilakukan terdakwa dan massa pengunjuk rasa pendukung pembentukan Propinsi Tapanuli.
Universitas Sumatera Utara
Bahwa pada tanggal 02 Pebruari 2009 terdakwa didatangi oleh Ucok alias Bayi Tabung lalu mengajak terdakwa untuk ikut ke gedung Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 03 Pebruari 2009 untuk ikut berunjuk rasa guna mendesak dilaksanakannya sidang paripurna
pembentukan Propinsi Tapanuli, dan menjanjikan akan memberikan uang saku kepada terdakwa, kemudian terdakwa menyatakan bersedia.
Pada tanggal 03 Pebruari 2009 sekira pukul 09.00 Wib terdakwa bersama dengan Ucok alias Bayi Tabung pergi ke gedung Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Sumatera Utara DPRD-SU di Jalan Imam Bonjol Medan, dan sesampainya di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Sumatera
Utara DPRD-SU terdakwa melihat massa sudah banyak, ada yang bernyanyi- nyanyi, ada juga yang berorasi sambil berteriak-teriak menuntut agar
dilaksanakannya sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli, selanjutnya terdakwa menggabungkan diri dengan para massa pendukung pembentukan
Propinsi Tapanuli, kemudian bersama-sama mendengarkan orasi di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Sumatera Utara DPRD-SU, setelah
itu terdakwa dan para massa pendukung pembentukan Propinsi Tapanuli naik ke lantai dua gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Sumatera Utara
DPR-SU depan sidang paripurna. Di lantai dua tersebut massa pengunjuk rasa memaksa untuk masuk ke dalam ruang sidang rapat paripurna dengan cara
mendesak sambil mendorong-dorong para petugas kepolisian yang bertugas menjaga pintu masuk tersebut, karena banyaknya massa yang melakukan aksi
dorong maka petugas kepolisian yang berjaga di pintu masuk tidak sanggup
Universitas Sumatera Utara
menahan dorongan massa sehingga pintu masuk ruang sidang paripurna dapat didobrak oleh pengunjuk rasa sehingga pintu terbuka dan rusak, setelah pintu
ruang sidang paripurna terbuka kemudian pengunjuk rasa termasuk terdakwa masuk ke dalam ruangan sidang paripurna dimana pada saat itu Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Sumatera Utara DPRD-SU sedang melaksanakan sidang paripurna dengan acara Penyampaian Rancangan Peraturan
Daerah Propinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan keuangan daerah. Setelah masuk ke dalam ruangan sidang paripurna, massa pengunjuk rasa
termasuk terdakwa langsung menguasai ruang sidang paripurna dengan cara antara lain memasukkan peti mati, berdiri-diri di depan ruang sidang, menduduki
kursi-kursi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD, melakukan pelemparan, melakukan orasi-orasi yang mendesak agar Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Sumatera Utara DPRD-SU melakukan sidang paripurna pembentukkan Propinsi Tapanuli dan melakukan pengrusakan terhadap barang-
barang yang ada di dalam ruang sidang paripurna yang tujuannya untuk memaksa anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD-SU supaya melakukan sidang
paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli sedangkan terdakwa sesampainya di dalam ruang sidang paripurna langsung duduk di kursi salah seorang anggota
dewan sambil mendengarkan orasi-orasi. Akibat masuknya terdakwa dan massa yang lainnya ke dalam ruang
sidang paripurna dengan cara mendobrak pintu ruang sidang paripurna, mengakibatkan sidang paripurna yang sedang berlangsung dengan agenda
penyampaian Rancangan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara tentang
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan keuangan daerah yang dipimpin Drs. H. Abdul Azis Angkat, MSP selaku Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Sumatera Utara DPRD-
SU terhenti dan bubar serta tidak dapat dilanjutkan lagi. Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana melanggar
Pasal 146 ayat 1 ke-1 KUHP jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. b.
Kedua Bahwa ia terdakwa Robert Santoni Sitorus bersama-sama dengan Steven
Ferdinan Sembiring, Drs Lungguk Pasaribu, Elly Syahputra Tambunan, Vinci Hutagaol, Juliandi Revico Sitompul, Robert Hutagalung masing-masing
dilakukan penuntutan secara terpisah, dan Ucok alias Bayi Tabung belum tertangkap serta massa pendukung Propinsi Tapanuli yang tidak dapat disebutkan
namanya satu persatu, pada hari Selasa tanggal 03 Pebuari 2009 sekira pukul 10.30 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain dalam pebuari tahun 2009,
bertempat di Jalan Imam Bonjol No. 5 Medan tepatnya du gedung kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara DPRD-SU atau pada suatu tempat
lain dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Medan, sebagai yang melakukan, menyuruh melakukan, atau ikut serta melakukan perbuatan itu dengan kekerasan,
dengan sesuatu perbuatan itu dengan kekerasan, dengan sesuatu perbuatan yang lain atau dengan suatu tindakan yang tidak menyenangkan ataupun dengan
ancaman kekerasan, dengan ancaman akan melakukan sesuatu tindakan yang tidak menyenangkan, yang ditujukan terhadap orang itu sendiri atau terhadap
pihak ketiga, memaksa orang lain untuk melakukan sesuatu, tidak melakukan sesuatu atau membiarkan sesuatu secara melawan hukum yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
terdakwa dan masa pengunjuk rasa pendukung pembentukan Propinsi Tapanuli dengan cara sebagai berikut:
Bahwa pada tanggal 02 Pebuari 2009 terdakwa didatangi oleh Ucok alias Bayi Tabung belum tertangkap lalu mengajak terdakwa untuk ikut ke gedung
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Sumatera Utara DPRD-SU pada tanggal 03 Pebuari 2009 untuk ikut berunjuk rasa guna mendesak
dilaksanakannya sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli, dan menjanjikan akan memberikan uang saku kepada terdakwa, kemudian terdakwa
menyatakan bersedia, selanjutnya pada tanggal 03 Pebuari 2009 sekira pukul 09.00 Wib terdakwa bersama dengan Ucok alias Bayi Tabung pergi ke Gedung
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara DPRD-SU di Jalan Imam Bonjol Medan, dan sesampainya di gedung tersebut terdakwa melihat massa
sudah banyak, ada yang bernyanyi-nyanyi ada juga yang berorasi sambil berteriak-teriak menuntut agar dilaksankannya sidang paripurna pembentukan
Propinsi Tapanuli, selanjutnya terdakwa menggabungkan diri dengan para massa pendukung pembentukan Propinsi Tapanuli yang diantarannya Steven Ferdinan
Sembiring, Drs Lungguk Pasaribu, Elly Syahputra Tambunan, Vinci Hutagaol, Juliandi Revico Sitompul, dan saksi Robert Hutagalung masing-masing
dilakukan penuntutan secara terpisah, selanjutnya bersam-sama mendengarkan orasi di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Sumatera
Utara DPRD-SU, setelah itu terdakwa dan massa pendukung pembentukan Propinsi Tapanuli depan ruang sidang paripura. Di lantai dua gedung tersebut
massa pengunjuk rasa memaksa masuk ke dalam ruang sidang rapat paripurna
Universitas Sumatera Utara
dengan cara mendesak sambil mendorong-dorong para petugas kepolisian yang bertugas menjaga pintu masuk tersebut, karena banyaknya massa yang melakukan
aksi dorong maka petugas kepolisian yang berjaga di pintu masuk Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara DPRD-SU tidak sanggup menahan
dorongan massa sehingga pintu masuk ruang sidang paripurna dapat didobrak oleh pengunjuk rasa sehingga pintu terbuaka dan rusak, setelah pintu ruang sidang
paripurna terbuka kemudian pengunjuk rasa termasuk terdakwa masuk ke dalam ruangan sidang paripurna sambil berteriak-teriak menuntut dilaksanakannya
sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli, di dalam ruang sidang paripurna tersebut terdakwa dan massa pengunjuk rasa lainnya menguasai sidang
paripurna dengan cara antara lain, berdiri-diri di depan ruang sidang, menduduki kursi-kursi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD, melakukan
pelemparan, melakukan orasi-orasi yang mendesak agar Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD melakukan sidang paripurna pembentukan Propinsi
Tapanuli dan melakukan pengrusakan terhadap barang-barang yang ada di dalam ruang sidang paripurna pembentukan Propinsi Tapanuli. Sedangkan terdakwa
sesampainya di dalam ruang sidang paripurna langsung duduk di kursi salah seorang anggota dewan sambil mendengarkan orasi-orasi. Karena tindakan yang
dilakukan terdakwa dan massa pengunjuk rasa lainnya tersebut, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara DPRD-SU dan undangan lainnya
yang sedang melaksanakan sidang paripurna dengan cara penyampaian rancangan peraturan daerah Propinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan keuangan daerah
menjadi terganggu sehingga akhirnya Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara DPRD-SU H. Drs. Abdul Azis Angkat yang sedang memimpin sidang paripurna menghentikan sidang paripurna.
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana melanggar Pasal 335 ayat 1 ke-1 KUHPidana jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHPidana.
4. Tuntutan
Menyatakan terdakwa Robert Santoni Sitorus, bersalah melakukan tindak pidana “Bersama-sama dengan pengunjuk rasa lainnya melakukan tindak pidana
dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan membubarkan suatu sidang Badan Pembentuk Undang-undang, badan pemerintah atau badan perwakilan
rakyat yang diadakan oleh atau atas nama pemerintah, atau memaksa badan-badan tersebut menerima ataupun menolak sesuatu keputusan ataupun menyingkirkan
seorang ketua atau anggota dari sidang semacam itu” sebagaimana diatur dalam Pasal 146 KUHP jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Robert Santoni Sitorus dengan pidana penjara selama 7 tujuh tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam
tahanan sementara. Menyatakan barang bukti berupa:
a. 1 satu lembar karton warna putih “protap pasti jadi atau mati”
b. 1 satu lembar karton warna putih bertuliskan “katakan yes, pada protap”
c. 2 dua lembar karton warna putih bertuliskan “Mahasiswa Nisel Komit
Protap “dan” Pemuda Katolik Dukung Protap” d.
1 satu lembar karton warna putih bertuliskan “Protap Harga Mati”USI XII.
Universitas Sumatera Utara
e. 1 satu lembar karton warna merah jambu bertuliskan “DPR RI aja sudah
paripurna, DPRD SU Mandul, pembohong, penakut” f.
1 satu lembar karton warna kunig bertuliskan “Protap harga mati” g.
1 satu lembar karton warna merah bertuliskan “Unang parmeam, meam hami lae, so maribak… 1x2x3x ketuk palu”
h. 1 satu lembar karton warna putih bertuliskan “DPRD SU tidak nasionalis
terhadap protap Rakyat Protap” i.
1 satu lembar karton warna putih bertuliskan “Batak bersatu tidak bias dikalahkan, hidup protap Rakyat Protap”
j. 1 satu lembar karton warna kuning bertuliskan “Propinsi Tapanuli harga
mati segera wujudkan, kini saatnya jangan ditunda” k.
1 satu lembar karton warna putih bertuliskan “Azis buka mata dan telinga dan dengarkan aspirasi rakyat Tapanuli, jangan tidur di kantor
dewan” l.
1 satu lembar karton warna putih bertuliskan “Umat Muslim Tapanuli dukung Protap”Rakyat Protap
m. 1 satu lembar karton warna biru bertuliskan “kami Mahasiswa Nias
minta Propinsi Tapanuli disahkan sekarang” n.
1 satu lembar karton warna kuning bertuliskan “DPRD SU hambat aspirasi rakyat”
o. 1 satu lembar karton warna kuning bertuliskan “DPRD SU segera
paripurnakan Protap”
Universitas Sumatera Utara
p. 1 satu lembar kertas karton warna putih bertuliskan “Dulungan ilu do
Rakyat Protap q.
1 satu lembar kertas warna putih bertuliskan “Pelaksanaan Kegiatan” r.
Pecahan bingkai foto dan sobekan foto s.
17 tujuhbelas papan nama meja sidang t.
2 dua buah tangan kursi u.
8 delapan buah sandal jepit v.
1 satu buah peti mati w.
1 satu potongan jaket warna kuning almamater US XII x.
1 satu keeping VCD rekaman I y.
1 satu keeping CD rekaman II z.
Foto-foto saat kejadian Menetapkan agar terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp. 5.000,- lima ribu rupiah 5.
Putusan Putusan Pengadilan Negeri No. 1.778Pid.B2009PN.Mdn adalah
sebagai berikut : a.
Menyatakan terdakwa Robert Santoni Sitorus tersebut secara sah dan menyatakan bersalah melakukan tindak pidana “Turut serta
dengan kekerasan melakukan tindak pidana“ turut serta dengan kekerasan membubarkan suatu sidang Badan Perwakilan Rakyat
yang diadakan oleh atau atas nama pemerintah”
Universitas Sumatera Utara
b. Menghukum oleh karena itu terdakwa Robert Santoni Sitorus
dengan pidana penjara selama 3 tiga tahun. c.
Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa tersebut dikurangi seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan.
d. Menetapkan terdakwa tetap ditahan.
e. Menetapkan barang bukti berupa foto-foto kejadian dan foto
terdakwa tetap dalam berkas. f.
Menghukum terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,- lima ribu rupiah.
C. Putusan Pengadilan Tinggi No. 740PID2009PT-MDN