Pertanggungjawaban Pidana Tinjauan Kepustakaan

16 b. Aparat hukum, sebagai sumbangan pemikiran untuk penanganan masyarakat yang melakukan demonstrasi di Kota Medan. D. Keaslian Penulisan Sepanjang pengetahuan penulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara belum ada yang mengangkat Skripsi dengan judul “Pertanggungjawaban Pidana Peserta Deelneming Dalam Demonstrasi Yang Bersifat Anarki Studi Putusan No. 1.778Pid.B2009PN.MDN”. Permasalahan maupun penyajiannya merupakan hasil dari pemikiran dan ide penulis sendiri. Skripsi ini didasarkan pada refrensi buku-buku, informasi dari media cetak dan elektronik serta fakta yang diperoleh dari data berdasarkan hasil pencarian yang dilakukan penulis. Berdasarkan alasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa skripsi yang penulis kerjakan ini adalah asli.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pertanggungjawaban Pidana

Pertanggungjawaban Pidana dalam hukum pidana Indonesia adalah pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan, asas dalam pertanggungjawaban dalam hukum pidana adalah tidak dipidana jika tidak melakukan kesalahan geen starf zonder schuld; Actus non facit reum mens sit rea dan di dalam KUHP kesalahan dapat kita lihat pada setiap pasal. Pertanggungjawaban dalam hukum pidana bukan hanya berarti sah menjatuhkan pidana terhadap orang tersebut, tapi juga sepenuhnya dapat diyakini bahwa memang pada tempatnya meminta Universitas Sumatera Utara 17 pertanggungjawaban atas tindak pidana yang dilakukannya 4 . Pertanggungjawaban pidana pertama-tama merupakan keadaan yang terdapat pada diri pembuat ketika melakukan tindak pidana, kemudian pertanggungjawaban pidana juga berarti menghubungkan antara pembuat dengan perbuatan dan sanksi yang sepatutnya dijatuhkan. Seseorang dapat dimintakan pertanggungjawaban secara pidana hanya jika terdapat kesalahan pada dirinya. Sebab azas dalam pertanggungjawaban dalam hukum pidana adalah : ”Tidak dipidananya jika tidak ada kesalahan”. Menurut Utrecht bahwa pertanggungjawaban pidana atau kesalahan menurut hukum pidana itu terdiri atas tiga anasir : 5 a. Kemampuan bertanggungjawab toerekeningsvatbaarheid dari si pembuat; b. Suatu sikap psychis pembuat berhubung dengan kelakuannya yakni : 1 Kelakuan disengaja- anasir sengaja atau 2 Kelakuan adalah suatu sikap kurang berhati-hati atau kealpaan c. Tidak ada alasan-alasan yang menghapuskan pertanggungjawaban pidana pembuat anasir toerekenbaarheid Pendapat Utrecht tersebut sesuai dengan pendapat Roeslan Saleh yang mengikuti pendapat Moelijatno bahwa pertanggungjawaban pidana adalah kesalahan, sedangkan unsur-unsur kesalahan adalah : 4 Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Kencana Prenada Media, 2006, hal, 63. 5 Sofyan Sastrawidjadja, Hukum Pidana Asas Hukum Pidana Sampai dengan Alasan Peniadaan Pidana, Armico, Bandung, 1995, hal. 89. Universitas Sumatera Utara 18 a. Mampu bertanggungjawab; b. Mempunyai kesengajaan atau kealpaan; c. Tidak adanya alasan pemaaf 6

2. Pengertian Demonstrasi