BAB III PENGATURAN HUKUM TERHADAP DEMONSTRASI
YANG BERSIFAT ANARKI DI DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA
A. Pengaturan Terhadap Demonstrasi Yang Bersifat Anarki di Dalam
KUHP
Demonstrasi merupakan salah satu bagian dari kehidupan demokrasi di suatu Negara karena demonstrasi merupakan salah satu cara untuk
mengungkapkan pendapat di muka umum. Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP tidak diatur
secara jelas tentang demonstrasi, akan tetapi di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP diatur tentang ketentuan dalam hal merusak fasilitas
umum. Pada umumnya Demonstrasi yang bersifat anarki berkahir dengan
pengrusakan fasilitas umum, hal ini menyebabkan Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP dapat dikaitkan dalam suatu tindakan demonstrasi yang bersifat
anarki. Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP terdapat beberapa
pasal yang terkait dengan demonstrasi yang bersifat anarki yaitu : 1.
Pasal 146 KUHP “Barang siapa dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan
mencerai-beraikan persidangan Badan pembuat Undang-undang,
Universitas Sumatera Utara
pemerintah atau perwakilan rakyat yang dibentuk oleh atau atas kekuasaan negara, memaksa untuk mengambil atau tidak mengambil
keputusan, atau mengusir ketua atau seorang anggota dari persidangan itu, dihukum dengan penjara selama-lamanya Sembilan tahun”
37
Penjelasan : Kekerasan dalam arti mempergunakan kekuatan atau kekuasaan
yang agak besar secara tidak sah. Kekerasan atau ancaman dengan kekerasan itu tidak saja terhadap pada orang, tetapi juga pada barang,
misalnya dengan jalan membakar rumah tempat sidang dan sebagainya Persiapan dalam arti rapat pleno, baik terbuka maupun dengan
pintu tertutup, bukan rapat bagian-bagian dari badan tersebut Badan pembuat Undang-undang dalam arti badan pemerintah itu
baik pemerintah pusat, maupun dari pemerintah daerah seperti propinsi, kabupaten, kota besar, kota kecil dan sebagainya, demikian pula “Dewan
Perwakilan Rakyat” tersebut adalah Dewan Perwakilan Rakyat pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
2. Pasal 192 KUHP
“Barangsiapa dengan sengaja membinasakan, membuat hingga tidak dapat dipakai lagi, atau merusakkan sesuatu pekerjaan untuk lalu lintas bagi
umum, merintangi sesuatu jalan umum, baik jalan darat maupun di jalan
37
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politeia, Bogor, 1988, hal. 127.
Universitas Sumatera Utara
air, atau merintangi sesuatu tindakan yang diambil untuk keselamatan bagi pekerjaan atau jalan yang serupa itu dihukum:
1e. Penjara selama-lamanya Sembilan tahun, jika perbuatan itu dapat mendatangkan bahaya bagi keselamatan lalu lintas;
2e. Penjara selama-lamanya lima belas tahun, jika perbuatan itu dapat mendatangkan bahaya bagi keselamatan lalu lintas dan ada orang mati
lantaran itu. K,U,H,P, 35, 165, 206, 336, 406, 408”
38
Penjelasan : Pasal ini mengancam hukuman pada orang yang sengaja delik
dolus membinasakan atau merusak pekerjaan alat untuk lalu lintas umum atau merintangi jalan umum di darat atau di air, atau merintangi
tindakan yang diambil guna keselamatan pekerjaan atau jalan yang serupa itu, yang dapat mendatangkan akibat-akibat seperti yang tersebut pada sub
1 dan 2 dalam pasal itu. 3.
Pasal 193 KUHP “Barangsiapa karena salahnya, sesuatu pekerjaan untuk lalu lintas bagi
umum menjadi binasa, tidak terpakai lagi atau rusak, sesuatu jalan, baik jalan darat mupun di air, terhalang atau tindakan yang diambil untuk
keselamatan bagi pekerjaan atau jalan itu jadi tidak berguna dihukum:
38
Ibid , hal. 157.
Universitas Sumatera Utara
1e. Penjara selama-lamanya empat bulan dua minggu atau kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda Rp. 4.500,- kalau lantaran hal itu
lalu lintas jadi berbahaya; 2e. Penjara selama-lamanya satu tahun dan empat bulan, atau kurungan
selama-lamanya satu tahun jika hal itu berakibat matinya orang KUHP 35, 206, 359, 409, 494.”
39
Penjelasan : Pasal ini merupakan delik culpa kurang hati-hati, karena salahnya.
Orang yang sengaja membuat rintangan di tengah jalan umum, sehingga dapat membahayakan lalu lintas umum, dapat dihukum menurut Pasal
192, akan tetapi seorang yang kelupaan menyingkirkan barang-barangnya yang berada ditengah jalan pada waktu malam, sehingga dapat mendatang
bahaya lalu lintas, akan dikenakan Pasal 193. 4.
Pasal 200 KUHP “Barangsiapa dengan sengaja membinasakan atau merusakkan sesuatu
rumah gedung atau bangunan-bangunan, dihukum; 1e. Penjara selama-lamanya dua belas tahun kalau perbuatan itu dapat
mendatangkan bahaya umum bagi barang; 2e. Penjara selama-lamanya lima belas tahun kalau perbuatan itu dapat
mendatangkan bahaya bagi orang lain;
39
Ibid, hal. 158.
Universitas Sumatera Utara
3e. Penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun, kalau perbuatan itu dapat mendatangkan bahaya
bagi maut bagi orang lain dan ada orang mati lantaran perbuatan itu KUHP 35, 165, 226, 336, 382, 410”
40
Penjelasan : Adapun unsur penting dari pasal ini supaya dapat dihukum,
maka perbuatan tersebut dalam pasal ini harus dilakukan dengan “sengaja” dan harus mendatangkan akibat-akibat sebagaimana
termaktub pada sub 1 sampai dengan 3 dalam pasal ini. Apabila dilakukan dengan tidak sengaja, atau karena salahnya kurang hati-
hati atau alpa, maka ini merupakan “delik culpa” dan dikenakan Pasal 201.
Kata “bangunan” dalam pasal ini adalah terjemahan dari bahasa Belanda Getimmerte. Merusak rumah sendiri dapat pula
dihukum menurut pasal ini, asal menimbulkan akibat-akibat yang tersebut pada sub bab 1 sampai dengan 3.
5. Pasal 201 KUHP
“Barangsiapa karena salahnya, sesuatu rumah gedung atau bangunan-bangunan jadi binasa atau rusak, dihukum:
40
Ibid hal. 161.
Universitas Sumatera Utara
1e. Penjara selama-lamanya empat bulan dua minggu atau kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-
banyaknya Rp. 4.500,- kalau perbuatan itu menimbulkan bahaya umum bagi barang;
2e. Penjara selama-lamanya Sembilan bulan atau kurungan selam-lamanya enam bulan atau denda sebanyak-banyaknya
Rp. 4.500,- kalau perbuatan itu menimbulkan bahaya maut bagi orang lain;
3e. Penjara selama-lamanya satu tahun, kalau ada orang mati lantaran itu. K,U,H,P, 35, 206, 395”
41
Penjelasan : Perbuatan dalam pasal ini adalah sama dengan Pasal 200,
bedanya bahwa 200 dilakukan dengan “sengaja” delik dolus, sedang Pasal 201 dilakukan karena salahnya delik culpa,
ancaman hukuman dalam Pasal 200 adalah lebih berat.
B. Pengaturan Terhadap Demonstrasi yang Bersifat Anarki di Luar