34 melalui berbagai bentuk media komunikasi danatau pertunjukan di muka umum, yang
memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat”.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi ini menetapkan secara tegas tentang bentuk hukuman dari pelanggaran pembuatan, penyebarluasan,
dan penggunaan pornografi yang disesuaikan dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan, yakni berat, sedang, dan ringan, serta memberikan pemberatan terhadap
perbuatan pidana yang melibatkan anak. Di samping itu, pemberatan juga diberikan terhadap pelaku tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi dengan melipatgandakan
sanksi pokok serta pemberian hukuman tambahan. Untuk memberikan perlindungan terhadap korban pornografi, Undang-Undang ini mewajibkan kepada semua pihak,
dalam hal ini negara, lembaga sosial, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, keluarga, danatau masyarakat untuk memberikan pembinaan, pendampingan,
pemulihan sosial, kesehatan fisik dan mental bagi setiap anak yang menjadi korban atau pelaku pornografi. Berdasarkan pemikiran tersebut, Undang-Undang tentang
Pornografi diatur secara komprehensif dalam rangka mewujudkan dan memelihara tatanan kehidupan masyarakat Indonesia yang beretika, berkepribadian luhur, dan
menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menghormati harkat dan martabat setiap warga Negara
.
3. Dampak Pornografi
Pornografi merupakan salah satu bentuk eksploitasi seks dan karenanya mempunyai korelasi dengan kekerasan terhadap perempuan karena pornografi
berdampak pada kekerasan domestik dan trafficking, pornografi sendiri merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan, pornografi menempat perempuan sebagai
Universitas Sumatera Utara
35 korban, namun pada saat yang bersamaan pornografi memposisikan perempuan
sebagai pelaku kriminalisasi walau sebenarnya perempuan adalah sebagai korban reviktimisasi.
35
Lebih jauh lagi –secara khusus- pornografi juga dianggap sebagai salah bentuk bentuk kekerasan terhadap perempuan di media massa karena: a media dengan
sengaja menggunakan objek perempuan untuk keuntungan bisnis mereka, dengan demikian penggunaan pornomedia dilakukan secara terencana untuk mengabaikan,
menistakan dan mencampakkan harkat manusia, khususnya perempuan, b objek pornomedia umumnya tubuh perempuan dijadikan sumber kapital yang dapat
mendatangkan uang, sementara perempuan sendiri menjadi subjek yang disalahkan, c media massa telah mengabaikan aspek-aspek moral dan perusakan terhadap nilai-
nilai pendidikan dan agama serta tidak bertanggungjawab terhadap efek negatif yang terjadi di masyarakat, d selama ini berbagai pendapat yang menyudutkan perempuan
sebagai subyek yang bertanggungjawab atas pornomedia tidak pernah mendapat pembelaan dari media massa dengan alasan pemberitaan dari media harus berimbang,
e media massa secara politik menempatkan perempuan sebagai bagian dari kekuasaan mereka secara umum.
36
Dari ulasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa perkembangan pornografi di Indonesia kian meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
akses terhadap situs porno yang dicatat melalui Googletrends yang menempatkan Indonesia pada urutan nomer dua di dunia. Hal ini tentu meresahkan bangsa. Sebab
kemudahan akses terhadap pornografi ini pada akhirnya akan melahirkan perilaku-
35
Jeff Olson, 1999, Lepas Dari Jerat Pornografi Seri Pemulihan Diri, Yogyakarta: Yayasan Gloria, hal. 28
36
Kemal Dermawan, Mohammed, Strategi Pencegahan Kejahatan Pornografi, Citra Aditya
Bhakti, Bandung, 1994, hal 17
Universitas Sumatera Utara
36 perilaku menyimpang yang berujung pada dekadensi moral dan tindakan asusila.
Berikut ini adalah beberapa dampak yang diakibatkan dari pornografi
37
: a.
Resiko kultural pergeseran nilai-nilai. Pornografi dapat mengubah pola hidup masyarakat terhadap hal-hal yang dianggap pantas berdasarkan norma
kesopanan maupun agama. Kemudahan akses terhadap pornografi dapat mempengaruhi pandangan umum atau masyarakat akan nilai-nilai kehidupan.
Saat ini sudah bisa terlihat jelas akibat industri pornografi, banyak nilai-nilai budaya pada masyarakat tidak dihiraukan lagi, seperti hidupnya dunia malam
yang identik dengan tempat-tempat pelacuran dan meningkatnya pelaku pornografi.
b. Meningkatkanya kriminalitas. Melalui tayangan yang bersifat pornografi,
seseorang dapat mengidentifikasikan dirinya sesuai dengan apa yang dipamerkan dalam tayangan pornografi tersebut. Kesalahan penyaluran
perilaku seksual ini dapat berujung pada tindak kriminalitas, seperti pemerkosaan, pencabulan, maupun tindak kekerasan, baik itu terhadap
perempuan bahkan anak-anak di bawah umur. c.
Resiko terhadap psikologis. Dari segi psikologis, seringnya mengkonsumsi tayangan yang bersifat pornografi dapat mengakibatkan kecanduan. Ada empat
tahapan perkembangan kecanduan seksual pada konsumer pornografi : 1 Adiksi atau ketagihan, 2 Eskalasi, yaitu peningkatan kualitas ketagihan
menjadi perilaku yang semakin menyimpang, 3 Desentisisasi, yaitu semakin menipisnya sensitifitas, dan 4 Acting Out, yaitu ketika pecandu pornografi
mulai melakukan tindak seksual. Pada tahap inilah tindakan asusila dan kriminalitas seksual dapat terjadi.
37
Op.Cit, hal. 22
Universitas Sumatera Utara
37 Selain itu, pornografi dapat mengganggu perkembangan seksual anak-anak dan
remaja atau kaum muda. Hal ini dapat mengakibatkan kecenderungan untuk berhubungan seksual sebagai aktivitas fisik semata bukan sebagai sesuatu hal
yang sakral dalam ikatan pernikahan yang sah secara hukum dan agama. d. Resiko kesehatan. Berikut ini beberapa resiko kesehatan yang diakibatkan oleh
Penyakit Menular Seks PMS akibat pornografi adalah Infeksi alat kelamin, komplikasi, penyakit alat kelamin dalam kronis, kanker kelamin, menular bayi
dalam kandungan, dan HIV AIDS. Kecanduan pornografi juga dapat merusak fungsi dan struktur otak.
F. Metode Penelitian