perencanaan pembelian yang dilakukan sebelumnya. Atau dengan kata lain pembelian tidak terencana adalah kecenderungan konsumen untuk membeli secara
spontan, sesuai dengan suasana hati Negara dan Dharmmesta, 2003. Penelitian ini akan melihat tiga variabel respon lingkungan berbelanja
yakni pleasure, arousal, dan dominance dan pengaruhnya terhadap pembelian tidak terencana pada konsumen distro di kawasan Jalan Halat Medan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian yang
berjudul: “Analisis Pengaruh Respon lingkungan berbelanja terhadap Pembelian Tidak Terencana pada distro di Jalan Halat Medan.”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan berbagai hal yang telah diuraikan dalam latar belakang penelitian, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah
respon lingkungan berbelanja yang terdiri dari kesenangan pleasure, kegairahan arousal, dan dominasi dominance berpengaruh terhadap pembelian tidak
terencana pada konsumen distro di Jalan Halat Medan?”
1.3 Tujuan Penelitan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh respon lingkungan berbelanja yang terdiri dari kesenangan pleasure, kegairahan
arousal, dan dominasi dominance terhadap pembelian tidak terencana impulsive buying pada konsumen distro di Jalan Halat, Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penulis melakukan penelitian ini adalah : a.
Sebagai masukan dan sumber informasi bagi para wirausahawan distro di Jalan Halat mengenai pengaruh respon lingkungan berbelanja terhadap
pembelian tidak terencana untuk meningkatkan pelayanan di masa yang akan datang.
b. Bagi penulis sendiri, penelitian ini bermanfaat untuk memperluas wawasan
serta menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama menjalani perkuliahan. c.
Bagi peneliti lain, sebagai referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian yang sama pada masa yang akan
datang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pemasaran. Para pemasar berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui
apa yang dibutuhkannya, apa seleranya, dan bagaimana ia mengambil keputusan. Sehingga, pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Para pemasar yang memahami perilaku konsumen akan mampu mempengaruhi perilaku konsumen sehingga dapat mempengaruhi pilihan
agar mereka mau memilih produk tertentu dan merek tertentu yang ditawarkan pemasar tersebut Sumarwan, 2002:28.
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard dalam Sumarwan, 2002:25, perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat
dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.
Perilaku Konsumen didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa,
pengalaman, serta ide-ide Mowen dan Minor, 2002:6. Perilaku Konsumen menurut Kotler 2003:203 dapat dipahami melalui
rangsangan pemasaran dan lingkungan yang masuk kekesadaran pembeli, serta karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusannya, yang kemudian
menghasilkan keputusan pembelian tertentu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut adalah faktor sosial, budaya, pribadi,
dan kekuatan psikologis, dimana faktor budaya dapat dikatakan mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam.
2.1.2 Usaha Eceran
2.1.2.1 Pengertian Usaha Eceran
Kotler dan Amstrong 2003:51 mendefinisikan usaha eceran sebagai kegiatan yang menyangkut penjualan barang atau jasa secara langsung kepada
konsumen untuk penggunaan pribadi dan non-bisnis. Usaha eceran tidak hanya menjual produk-produk di toko store retailing tetapi juga diluar toko nonstore
retailing. Kegiatan yang dilakukan dalam usaha eceran adalah menjual berbagai
produk, jasa, atau keduannya, kepada konsumen untuk keperluan komsumsi pribadi maupun bersama. Para peritel berupaya memuaskan kebutuhan konsumen
dengan mencari kesesuain antara barang-barang yang dimilikinya dengan harga, tempat, dan waktu yang diinginkan pelanggan. Karena itu usaha eceran memiliki
peranan penting dalam proses pemenuhan kebutuhan konsumen, karena merupakan tahap akhir dari saluran distribusi yang menyampaikan produk
langsung kepada konsumen akhir. Jalur distribusi adalah sekumpulan atau beberapa perusahaan yang
memudahkan penjualan kepada konsumen sebagai konsumen akhir. Produsen menjual produknya kepada peritel maupun peritel besar wholesaler. Hal ini akan
membentuk suatu jalur distribusi, antara produsen ke konsumen akhir, seperti terlihat pada Gambar 2.1.
Sumber : Utami 2006:5 Gambar 2.1 Jalur Distribusi Barang Dagangan pada Usaha Eceran
2.1.2.2 Jenis-Jenis Pengecer
Usaha eceran memiliki jenis yang berbeda, didasarkan pada karakteristiknya. Terdapat tiga karakteristik dasar ritel, yaitu: pertama,
pengelompokan berdasarkan unsur-unsur yang digunakan ritel untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Kedua, pengelompokan berdasarkan sarana atau media
yang digunakan. Ketiga, pengelompokan berdasarkan kepemilikan Utami, 2006:10.
Pada umumnya jenis pengecer dikelompokkan kedalam dua kategori, yaitu pengecer toko dan pengecer tanpa toko. Masing-masing pengecer diuraikan
sebagai berikut:
a. Pengecer Toko store retailing
Pengecer toko adalah usaha eceran yang menggunakan toko sebagai sarana untuk memasarkan produk yang dijual. Pada umumnya usaha eceran
menggunakan toko yang disebut dengan toko eceran. Toko eceran memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran, seiring perkembangan jaman, semakin
banyak toko eceran yang muncul dengan berbagai bentuk. Jenis-jenis toko eceran dapat diklasifikasikan berdasarkan satu atau lebih kriteria sebagai berikut:
Produsen Pedagang Besar
Ritel Konsumen Akhir
1 Jenis pelayanan amount service, dimana pelayanan terhadap pelanggan dapat
digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu toko eceran swalayan dan toko eceran dengan pelayanan terbatas limited service retailing.
2 Lini produk yang dijual, dimana toko eceran dapat diklasifikasikan
berdasarkan panjang dan luas rangkaian produk product assortment yang mereka jual.
3 Harga relatif, kebanyakan pengecer menerapkan kebijakan harga secara umum
dan menawarkan kualitas produk dan pelayanan pelanggan yang normal. Beberapa pengecer menawarkan kualitas produk dan pelayanan pelanggan
yang lebih tinggi pada harga ynag tinggi. 4
Pengawasan outlet control outlet, kriteria ini mencakup pengawasan perusahaan atau organisasi induk terhadap outlet atau toko-toko pengecer
mereka. 5
Jenis pemuasan toko type of store cluster. Toko-toko bergabung bersama untuk meningkatkan kekuatan menarik pelanggan mereka dan untuk
memberikan konsumen kenyamanan dari arena belanja dibawah satu atap one-stop shopping.
Secara umum jenis-jenis toko pengecer dapat diuraikan sebagai berikut: a
Toko khusus specialty stores Toko khusus berkonsentrasi pada sejumlah kategori produk yang terbatas,
dengan level layanan yang tinggi. Jenis toko ini dapat lebih khusus lagi sesuai dengan barang dagangan yang dijual.
b Department store
Merupakan jenis eceran yang menjual variasi produk yang luas dan berbagai jenis produk dengan menggunakan staf, seperti layanan pelanggan
customer service dan tenaga sales counter. Pembelian biasanya dilakukan pada masing-masing bagian pada satu area belanja.
c Toko konviniens convenience stores
Toko pengecer ini memiliki variasi dan jenis produk yang terbatas, dengan ukuran relatif kecil dan biasanya didefenisikan sebagai pasar swalayan mini
yang menjual hanya lini terbatas dan perputaran produk yang relatif tinggi. Toko ini ditujukan kepada konsumen yang membutuhkan pembelian cepat.
d Toko super super store
Merupakan toko pengecer dengan ukuran toko hampir dua kali luas supermarket biasa dan menjual rangkaian produk yang luas yang terdiri dari
produk-produk makanan dan non makanan yang secara rutin dibeli oleh konsumen. Karena rangkaian produknya lebih luas, maka harga yang
diterapkan cenderung lebih tinggi dari supermarket umum. e
Toko kombinasi combination store Adalah toko yang menjual kombinasi produk makanan dan obat-obatan.
f Pasar hiper hypermarket
Merupakan toko yang meiliki luas antara lebih dari 18.000 meter persegi, lebih luas dari toko kombinasi. Hypermarket mengkombinasikan berbagai
bentuk toko pengecer, seperti supermarket, toko diskon, dan warehouse. Toko
ini menjual lebih banyak produk yang rutin dibeli oleh konsumen, seperti perlengkapan rumah tangga, furniture, pakaian, dan lain-lain.
g Toko diskon discount stores
Toko diskon merupakan jenis ritel yang menjual sebagian besar variasi produk, dengan menggunakan layanan yang terbatas, dan harga yang murah.
Toko diskon menjual produk dengan label atau merek itu sendiri. h
Pengecer potongan harga off-price retailers Ritel off-price dapat menjual merek dan label produk dengan harga yang
lebih rendah dari umumnya, karena membeli dengan harga yang lebih murah dari grosir. Cenderung menjual barang dagangan yang berubah-ubah, sering
merupakan barang sisa, tidak laku, dan cacat yang diperoleh dengan harga yang lebih murah dari produsen lainnya.
i Ruang pamer catalog catalog showroom
Jenis toko seperti ini menjual serangkaian luas produk dengan mark-up yang tinggi, merek ternama pada harga diskon. Ruang pamer katalog
memperoleh uang dengan memotong biaya dan marjin untuk menyediakan harga yang rendah yang akan menarik penjualan bervolume tinggi.
b. Pengecer Tanpa Toko nonstore retailing