c. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh perseroan, atau d.
Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang
mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang perseroan.
B. Jenis-jenis Kepemilikan Saham dalam Perseroan Terbatas
Pada umumnya setiap orang yang dapat menjadi pendiri suatu perseroan terbatas dapat menjadi pemegang sahamn perseroan terbatas. Pendiri adalah
mereka yang hadir di hadapan notaries pada saat akta pendirian perseroan terbatas ditandatangani. Status hukum para pendiri ini akan berubah menjadi pemegang
saham pada saat perseroan terbatas memperoleh status sebagai badan hukum, yaitu pada saat akta pendirian perseroan terbatas tersebut memperoleh pengesahan
dari Menteri Hukum dan HAM. Dengan demikian, berarti pada saat yang bersamaan juga, yaitu pada saat perseroan terbatas memperoleh status badan
hukum, saham perseroan sebagai bukti pemilikan pemegang saham dalam perseroan terbatas memperoleh kedudukan dalam hukum.
Kepemilikan saham dalam perseroan terbatas dapat diklasifikan dalam: 1.
Kepemilikan melalui perusahaan kelompok Perusahaan kelompok dikenal dengan berbagai macam istilah, ada yang
menyebut holding company parent company controlling company atau dikenal pula dengan istilah concern group company.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan kelompok adalah perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham satu atau lebih perusahaan lain dan atau mengatur satu atau lebih
perusahaan lain tersebut. Yang lain menyebutnya sebagai satuan ekonomi dimana badan-badan hukum perseroan secara organisasi terkait sedemikian rupa sehingga
mereka berada di bawah satu pimpinan.
31
Dalam struktur kepemilikan saham dalam perseroan terbatas, dimungkinkan pemilikan saham oleh induk perusahaan ke dalam lebih dari satu
anak perusahaan dan selanjutnya, sehingga membentuk suatu kepemilikan bertingkat yang pada akhirnya bermuara pada suatu perusahaan kelompok dengan
anak perusahaan, cucu perusahaan, dan seterusnya. Di dalam kedua pengertian tersebut di
atas, pada prinsipnya memiliki poin yang sama dalam aspek ekonomi, dimana adanya perusahaan sentral yang memimpin anak-anak perusahaan. Perusahaan
sentral tersebut disebut juga dengan induk perusahaan parent company controlling company yang kegiatan utamanya adalah melaksanakan investasi
pada anak-anak perusahaan dan selanjutnya mengontrol dan mengawasi kegiatan manajemen anak perusahaan daughter company dan juga mengawasi kegiatan
antar anak perusahaan sister company
Sebagai suatu perusahaan, perusahaan kelompok dapat merupakan perusahaan dengan berbagai macam bentuk persekutuan perdata, firma,
persekutuan komanditer sampai dengan perseroan terbatas. Bentuk-bentuk tersebut bukanlah suatu keharusan, namun dalam praktek bisnis sehari-hari
ditemukan bahwa perusahaan kelompok selalu dibentuk dalam suatu perseroan
31
Munir Fuady, Hukum Perusahaan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hal. 83- 84.
Universitas Sumatera Utara
terbatas. Dengan status hukum perseroan terbatas maka perusahaan kelompok di Indonesia tunduk kepada Undang-undang Perseroan Terbatas.
Pada perusahaan kelompok, hubungan antara induk dan anak perusahaan terjadi karena berbagai sebab antara lain, karena penguasaan saham, karena
perjanjian dan dapat juga terjadi karena fakuta unipersonal personnya dimana anggota direksi perusahaan anak adalah juga anggota direksi pada perusahaan
induk, sehingga kebijakan dalam menjalankan perseroan ada pada perusahaan induk.
32
Beberapa ketentuan Undang-undang Perseroan Terbatas seharusnya diperhatikan baik oleh induk dan anak perusahaan, yaitu:
33
a. Ketentuan mengenai batas-batas kewenangan dan tanggung jawab
direksi, komisaris dan pemegang saham b.
Ketentuan mengenai merger, konsolidasi, akuisisi dan spin off c.
Ketentuan mengenai kepemilikan saham d.
Ketentuan mengenai treasury stock e.
Ketentuan mengenai perjanjian penjaminan saham dan jual beli saham. 2.
Kepemilikan piramid oleh perseroan Di samping kepemilikan melalui holding company serikali dalam
kepemilikan saham perseroan terjadi kepemilikan piramid. Kepemilikan pyramid ini terdiri dari piramid 2 dua tingkat dan piramid 3 tiga tingkat. Dalam piramid
2 dua tingkat, pemegang saham minoritas pengendali memegang saham pengendali di dalam suatu perusahaan induk holding company yang selanjutnya
32
Ningrum N. Sirait, Modul Hukum Perusahaan, Program Studi Magister Ilmu Hukum, Medan: USU, 2006, hal. 32
33
Ahmad Yani Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2003, hal. 154.
Universitas Sumatera Utara
memegang saham pengendali controlling stake di dalam perusahaan yang menjalankan operasional operating company. Di dalam Piramid 3 tiga tingkat,
perusahaan induk utama primary holding company yang selanjutnya memegang kendali atas perusahaan induk sekunder secondtier holding company yang
selanjutnya memegang kendali atas perusahaan yang menjalankan operasional operating company.
34
Gunawan Widjaya menyebutkan kepemilikan piramid adalah pengendalian suatu perseroan oleh pemegang saham minoritas dalam suatu
perusahaan, sekaligus yang juga merupakan pemegang saham pengendali pada pemegang saham mayoritas perusahaan tersebut. Dengan kata lain, kepemilikan
piramid adalah kepemilikan saham minoritas oleh induk perusahaan pada cucu perusahaan dimana saham mayoritasnya dimiliki oleh anak perusahaan dari induk
perusahaan tersebut.
35
3. Kepemilikan oleh anak perusahaan
Dalam kepemilikan piramid atau disebut juga piramid holding, tidak ada hubungan kepemilikan yang bersilang secara horizontal
horizontal cross holding pada saham pengendali yang mempunyai kekuatan pengendali secara terpusat. Karenanya hak suara yang digunakan untuk
mengendalikan kelompok perusahaan tetap didistribusikan ke seluruh anggota gru bukan terkonsentrasi di tangan satu perusahaan atau pemegang saham.
Undang-undang Perseroan terbatas melarang perseroan untuk mengeluarkan saham untuk dimiliki sendiri atau dimiliki oleh perseroan lain yang
sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh perseroan.
36
34
Ibid, hal. 155.
35
Gunawan Widjaja, Hak Individu dan Kolektif Para Pemegang Saham, Jakarta: Forum Sahabat, 2008, hal. 43
36
Pasal 36 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007
Universitas Sumatera Utara
Karena pada prinsipnya pengeluaran saham adalah suatu upaya pengumuman modal karena kewajiban penyetoran saham sudah seharusnya dibebankan kepada
pihak lain. Selain itu, kepemilikan langsung atau penguasaan langsung oleh perseroan
atas saham-saham miliknya sendiri dapat menciptakan kesewenang-wenangan dalam perseroan terbatas, oleh karena perseroan terbatas tersebut menjadi tidak
dapat lagi dikontrol dan diawasi.
37
Di samping itu, menyatunya pemilikan dan pengurusan perseroan di bawah satu kendali, yaitu direksi sebagai wakil perseroan
sebagai pemilik dan direksi sekaligus sebagai organ yang melaksanakan fungsi pengurusan dan perwakilan jelas sangat bertentangan dengan prinsip good
corporate governance, sehingga kepemilikan jenis ini pada umumnya dilarang.
38
Kepemilikan sendiri secara langsung ini dapat terjadi karena:
39
a. Perseroan mengeluarkan sahamnya untuk diambil bagian dan dimiliki
sendiri b.
Perseroan membeli saham dari pemegang saham yang hendak menjual sahamnya
c. Suatu peristiwa atau perbuatan hukum, misalnya merger antara anak
perusahan dengan cuaca perusahaan. Berkaitan dengan konteks pembelian saham, terutama pembelian kembali saham
perseroan, Pasal 37 Undang-undang Perseroan Terbatas menegaskan bahwa hal tersebut masih diperbolehkan dengan ketentuan bahwa:
37
Ibid, hal. 44.
38
Ibid
39
Ibid, hal. 45.
Universitas Sumatera Utara
a. Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan
bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan
b. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh
perseroan berikut gadai saam atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh perseroan sendiri dan atau perseroan lain yang
sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh perseroan, tidak melebihi 10 dari jumlah yang ditempatkan dalam perseroan,
kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, dan
c. Hanya boleh dikuasai perseroan paling lama tiga tahun
Pembelian kembali saham oleh perseroan tersebut di atas dan atau pengalihannya lebih lanjut hanya boleh dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS,
kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, dengan ketentuan bahwa keputusan RUPS yang memuat persetujuan
tersebut hanya sah apabila dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai panggilan rapat, kuorum, dan persetujuan jumlah suara untuk perubahan anggaran dasar
sebagaimana diatur dalam Undang-undang Perseroan Terbatas dan atau anggaran dasar. RUPS dapat menyerahkan kewenangan persetujuan pembelian kembali
saham oleh perseroan kepada dewan komisaris untuk jangka waktu paling lama satu tahun, dan setiap kali dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama,
namun demikian penyerahan kewenangan tersebut hanya ditarik kembali sewaktu- waktu oleh RUPS.
4. Kepemilikan silang
Universitas Sumatera Utara
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tidak ada mengatur mengenai mengenai larangan kepemilikan silang. Larangan yang terdapat dalam Pasal 29
Undang-undang ini adalah larangan kepada perseroan terbatas untuk mengeluarkan saham dengan tujuan untuk dimiliki sendiri, dan larangan
kepemilikan saham tersebut juga berlaku bagi anak perusahaan terhadap saham yang dikeluarkan oleh induk perusahaan. Alasan larangan tersebut berpegang
pada prinsip bahwa pengeluaran saham bertujuan untuk mengumpulkan modal, karenanya kewajiban penyetoran saham seharusnya dibebankan kepada pihak
lain,
40
Menurut undang-undang perseroan terbatas, kepemilikan silang adalah kepemilikan yang timbul sebagai akibat pengeluaran saham baru untuk dimiliki
anak perusahaan dan atau cucu perusahaan dan seterusnya. Dengan demikian, berarti dari tiga jenis kepemilikan saham perseroan terbatas oleh anak perusahaan
hanya kepemilikan saham yang timbul sebagai akibat pengeluaran saham baru saja yang dilarang dengan tegas.
dan alasan mengapa anak perusahaan dilarang memiliki saham yang dikeluarkan oleh induk perusahaan adalah karena anak dan induk perusahaan
dianggap merupakan satu kesatuan bisnis yang tidak dapat dipisahkan kepemilikan di antara mereka, baik oleh induk perusahaan maupun anak
perusahaan.
Kepemilikan saham silang melanggar Undang-Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu pada Pasal 36 ayat 1 yang
mengatur mengenai larangan kepemilikan saham silang oleh Perseroan baik secara langsung maupun tidak langsung.
40
Penjelasan Pasal 29 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
Sehubungan dengan penjelasan Pasal berkenaan, kepemilikan saham perseroan oleh anak perusahaan dan atau cucu perusahaan dan seterusnya yang
timbul sebagai akibat peralihan karena hukum dan atau jual beli, hibah dan wasiat tidak secara eksplisit dikatakan dilarang, namun dengan konsekuensi hukum
bahwa terjadinya kepemilikan silang tidak boleh dibiarkan permanen.
41
Ada beberapa alasan yang merupakan penyebab tidak disukainya bentuk kepemilikan silang, yaitu:
a. Dari sisi permodalan, khusus dalam konteks pengeluaran saham baru,
maka jelas tidak ada setoran modal secara riil yang masuk ke dalam perseroan
b. Dari sisi manajemen, kepemilikan silang cenderung menyebabkan
terjadinya percampuran antara pemilikan dan pengurusan perseroan, sehingga dalam hal ini manajemen menjadi tidak lagi independent satu
terhadap lainnya. 5.
Kepemilikan oleh Nominee Secara harfiah, nominee mempunyai dua arti yang berbeda. Pertama,
nominee merujuk pada suatu usulan, atau nominasi kandidat atau calon untuk menduduki suatu jabatan tertentu, untuk memperoleh suatu penghargaan tertentu,
atau untuk jenis-jenis pencalonan lainnya. Kedua nominee memberikan pengertian sebagai seseorang yang mewakili kepentingan pihak lain. Dalam pengertian kedua
ini, seorang nominee menjadi pemilik dari suatu benda termasuk kepentingan atau hak yang lahir dari suatu perikatan yang berada dalam pengurusannya,
41
Gunawan Widjaja, Hak Individu dan Kolektif Para Pemegang Saham, Op. cit, hal. 49.
Universitas Sumatera Utara
sedangkan penerima kuasa tidak pernah menjadi pemilik dari benda termasuk kepentingan yang diurus oleh nominee ini.
42
Ketentuan dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 yang hanya mengenal satu pemegang saham sebagai pemegang saham dalam dominium
ternyata telah mendapatkan terobosannya dalam Undang-undang Pasar Modal, melalui pranata penitipan kolektif pada lembaga Kustodian, dimana lembaga
kustodian tersebut selanjutnya menjadi pemegang saham terdaftar dalam perseroan terbatas tersebut. Perjanjian penitipan kolektif yang dibuatkan oleh dan
antara emiten dengan lembaga Kustodian, yang salah satunya adalah Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian LPP yang dalam hal ini diwakili oleh Kustodian
Sentral Efek Indonesia KSEI akan mengatur dengan tegas dan jelas hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang terkait di antara kedua belah pihak, termasuk hak-hak
yang diturunkan dari perjanjian penitipan kolektif tersebut, khususnya yang terkait dengan hak-hak pemilik rekening dalam penitipankolektif pada LPP tersebut dan
lain seterusnya. Berdasarkan pada perjanjian penitipan kolektif itulah, dapat dijelaskan, dipahami dan dimengerti mengapa yang tercatat dalam daftar
pemegang saham emiten adalah lembaga penyimpanan dan penyelesaian, sedangkan pihak yang berhak hadir dlam rapat RUPS emiten adalah pemegang
“sub” rekening dalam Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. Dengan demikian berarti, selama dan sepanjang diakui oleh undang-undang khusus dan
diatur dengan jelas dan tegas pengaturannya dalam perjanjian penunjukan nominee shareholders, maka keberadaan nominee shareholders tidak perlu
dipersoalkan. Namun demikian, seperti diketahui bahwa hingga saat ini tidak ada
42
http:www.artikata.comarti-124727-nominee.php. Diakses tangal 7 Desember 2010.
Universitas Sumatera Utara
aturan khusus yang mengesampingkan atau memberikan kemungkinan lain terkait dengan masalah kepemilikan saham mutlak dominium plenum oleh pemegang
saham yang terdaftar dalam daftar pemegang saham perseroan terbatas, selain Undang-undang Pasar Modal dalam bentuk penitipan kolektif, maka jelaslah
keberadaan nominee shareholders, dapat dikatakan belum diakui keberadaannya di Indonesia. Undang-undang PT hanya mengenal satu orang pemegang saham
dengan segala hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab yang melekat padanya sebagai pemegang saham mutlak dominium plenum.
43
6. Kepemilikan tunggal
Sebagaimana Pasal 7 ayat 1 Undang-undang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih…., maka
diketahui bahwa pada dasarnya perseroan terbatas didirikan berdasarkan perjanjian yang diperjelas pula oleh Pasal 1 butir 1 Undang-undang Perseroan
Terbatas, dimana di dalam perjanjian tersebut minimal terdapat dua orang pihak yang eksistensinya harus tetap dipertahankan oleh perseroan tersebut selama
perseroan terbats berdiri. Terhadap kemungkinan terjadinya pemilikan perseroan oleh hanya satu
orang pihak atau terjadinya pemilikan tunggal setelah perseroan berdiri, jika perseroan yang berdiri belum memperoleh pengesahan dari menteri hukum dan
HAM, maak selama pendiri belum memperoleh pihak lain sebagai pasangan perjanjiannya, maka ia tidak akan pernah memperoleh pengesahan sebagai badan
hukum dan otomatis ia juga tetap dianggap sebagai usaha perseorangan dengan
43
Lihat Pasal 528 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Universitas Sumatera Utara
tanggung jawab pribadi dari satu-satunya pendiri dan atau pihak lain yang mengambil alih seluruh penyertaan pendiri.
Apabila perseroan telah berstatus badan hukum dan pihak pemegang sahamnya menjadi satu orang saja, maka Pasal 7 ayat 5 Undang-undang
Perseroan Terbatas mengharapkan pemegang saham tersebut dalam waktu paling lama enam bulan terhitung sejak keadaan ia menjadi pemegang saham tunggal,
wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain.
Jadi, undang-undang perseroan terbatas memungkinkan suatu perseroan yang berbadan hukum dengan satu pemegang saham, untuk masa waktu maksimal
enam bulan saja, tetapi ketika keadaan ini terjadi, otomatis tanggung jawab perseroan terbatas akan digantikan oleh tanggung jawab pribadi pemegang saham
terhadap berbagai bentuk kerugian perseroan dan prinsip piercing the corporate veil bagi pemegang saham perseroan berlaku dalam hal ini, tetapi terhitung sejak
lewat masa enam bulan yang diizinkan oleh UUPT. Konsekuensi lain dari pemilikan tunggal adalah dapat menyebabkan
dibubarkannya perseroan tersebut oleh pengadilan negeri atas permohonan pihak yang berkepentingan, termasuk kejaksaan untuk kepentingan umum, pemegang
saham, direksi, dewan komisaris, karyawan perseroan, kreditur dan atau pemangku kepentingan shareholder lainnya.
Pengecualian terhadap pemilikan tunggal terdapat dalam ketentuan Pasal 7 ayat 7 yang mengizinkan perseroan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara
dan perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpangan dan penyelesaiann, lembaga lain sebagaimana diatur
Universitas Sumatera Utara
dalam undang-undang tentang pasar modal untuk didirikan oleh satu orang saja, dan tentu saja prinsip piercing the corporate veil tidak berlaku di sini.
C. Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Saham