penanam modal asing tidak 100 terbuka. Tidak 100 terbuka berarti di dalam perseroan yang hendak didirikan harus ada pihak Indonesia joint venture. Dalam
joint venture ini dapat saja penanam modal asing diizinkan untuk memiliki saham mayoritas di atas 50 atau dapat juga penanam modal asing hanya dapat
memilik saham minoritas di bawah 50. Jalan keluar yang diambilnya adalah pemegang saham asing mendirikan perusahaan joint venture dengan pihak
Indonesia, tetapi di samping dokumen yang ditandatangani berupa anggaran dasar perseroan dan joint venture agreement terdapat juga dokumen yang
ditandatangani diantara penanam modal asing dengan pemegang saham Indonesia yang ditunjuk berupa dokumen yang dibuat di bawah tangan yang pada pokoknya
menentukan bahwa saham tersebut sebenarnya adalah milik penanam modal asing, dengan maksud agar pihak asing menguasi lebih banyak dari yang
diizinkan atau memegang kedudukan pemegang saham mayoritas.
B. Permasalahan
1. Bagaimana pengaturan tentang pemegang saham dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007? 2.
Bagaimana larangan terhadap pemegang saham nominee dalam perseroan terbatas?
3. Bagaimana kedudukan pemegang saham nominee sebelum dan setelah
adanya larangan undang-undang?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan
Universitas Sumatera Utara
a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan tentang pemegang
saham di Indonesia b.
Untuk mengetahui dan menganalisis larangan terhadap pemegang saham nominee dalam perseroan terbatas
c. Untuk mengetahui kedudukan pemegang saham nominee sebelum dan
setelah adanya larangan undang-undang
2. Manfaat
a. Teoritis
1 Penelitian ini dapat menambah referensi atau khasanah
kepustakaan di bidang ilmu pengetahuan, khususnya hukum perseroan
2 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan
bagi penelitian yang akan datang apabila sama bidang penelitiannya.
b. Praktis
Dapat diajukan sebagai pedoman dan bahan rujukan bagi rekan-rekan mahasiswa, masyarakat, lembaga kenotariatan, praktisi hukum dan
pemerintah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan larangan terhadap pemegang saham nominee dalam peraturan
perundang-undangan di Indonesia.
D. Keaslian Penulisan
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian
mengenai “Larangan Terhadap Pemegang Saham Nominee dalam Peraturan Perundang-undangan Indonesia” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat atau diambil dari skripsi lain. Semua ini merupakan
implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah, sehingga penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ternyata ada
skripsi yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian saham
Saham merupakan bukti penyertaan modal seseorang dalam sebuah perusahaan, pengertian ini terlihat dari bunyi Pasal 1 angka 1 Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Tebatas yaitu : “Perseroan Terbatas,
yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Undang-Undang ini serta peraturan
perlaksanaanya.” Dari ketentuan tersebut dapat diambil pengertian bahwa saham merupakan
bukti persekutuan modal perusahaan. Hal ini ditegaskan juga oleh M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya dalam bukunya yang mengatakan bahwa saham pada
dasarnya merupakan instrument penyertaan modal seseorang atau lembaga dalam
Universitas Sumatera Utara
sebuah perusahaan.
14
2. Kepemilikan saham
Ketentuan tersebut sesuai dengan aturan yang terdapat dalam Pasal 31 ayat 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas yang berbunyi: “modal dasar perusahaan terdiri atas seluruh nominal saham.”
Para pemegang saham diberikan bukti kepemilikan atas saham yang dimilikinya. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 51 Undang-undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas yang berbunyi: “pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya.” Dalam penjelasan Pasal yang
sama diterangkan bahwa penggaturan bentuk bukti pemilikan saham ditetapkan dalam anggaran dasar sesuai dengan kebutuhan.
Pada ketentuan lain dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tepatnya dalam Pasal 48 ayat 1 disebutkan bahwa saham
perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan juga, bahwa bukti kepemilikan saham adalah adanya nama yang
terteratertulis dalam sertifikat saham yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Nama yang tercantum dalam sertifikat saham merupakan bukti, bahwa pemilik
sertifikat saham itu adalah sesuai dengan nama yang tercantum. Selain itu bukti kepemilikan lain, adalah adanya catatan kepemilikan
saham yang dimiliki oleh perusahaan yang mengeluarkan saham yang dibuat oleh Direksi Perseroan. Dalam catatan tersebut dapat dilihat pihak-pihak yang
memiliki saham dan hal-hal yang tersangkut dengan saham-saham, misalnya apakah saham itu dijadikan jaminan utang atau tidak, serta perubahan pemilikan
14
Nasarudin, M. Irsan dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Prenada, 2006, hal. 188.
Universitas Sumatera Utara
saham dan klasifikasi sahamnya. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 50 ayat 1 dan ayat 2 dan ayat 3 yang berbunyi:
Ayat 1: direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham, yang sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama dan alamat pemegang saham;
b. Jumlah, nomor, dan tanggal perolehan saham yang dimiliki pemegang
saham, dan klasifikasinya dalam hal dikeluarkan lebih dari satu klasifikasi; c.
Jumlah yang disetor atas setiap saham; d.
Nama dan alamat dari orang perseorangan atau badan hukum yang mempunyai hak gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia
saham dan tanggal perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran jaminan fidusia tersebut;
e. Keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 ayat 2 Ayat 2: selain daftar pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat
1, direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar khusus yang memuat keterangan mengenai saham anggota Direksi dan Dewan Komisaris
berserta keluarganya dalam perseroan danatau pada perseroan lain serta tanggal saham itu diperoleh.
Ayat 3: dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 di catat pula setiap perubahan kepemilikan
saham.
3. Jenis dan Klasifikasi Saham
a. Jenis Saham
Berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas hanya dikenal satu jenis saham yaitu saham atas nama. Hal ini diatur
dalam Pasal 48 ayat 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu: saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Dan tidak
dikenal lagi adanya saham atas unjuk sebagaimana pernah diatur dalam Undang- undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
15
b. Klasifikasi saham
15
Lihat Pasal 42 ayat 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
Pada Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang dikeluarkan pada 16 Agustus 2007 dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 106 dan tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756 Tahun 2007 ditentukan ada beberapa klasifikasi saham, sebagaimana
diatur dalam Pasal 53 ayat 4 yang berbunyi : klasifikasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat 3, antara lain :
a. Saham dengan hak suara atau tanpa hak suara;
b. Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi
danatau anggota Dewan Komisaris; c.
Saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan klasifikasi saham lain;
d. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima
dividen lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian dividen secara kumulatif atau non kumulatif;
e. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima
lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan Perseroan dalam Likuidasi
Selain dari jenis saham di atas, umumnya saham juga diklasifikasikan sebagai berikut:
16
a. Saham biasa common stock
Saham Biasa adalah suatu sertifikat atau piagam yang memiliki fungsi sebagai bukti pemilikan suatu perusahaan dengan berbagai aspek-
aspek penting bagi perusahaan. Pemilik saham akan mendapatkan hak
16
http:organisasi.orgpengertian-arti-definisi-saham-biasa-dan-saham-preferen-ilmu- pengetahuan-dasar-investasi-ekonomi-keuangan. Diakses tanggal 7 Desember 2010.
Universitas Sumatera Utara
untuk menerima sebagaian pendapatan tetap deviden dari perusahaan serta kewajiban menanggung resiko kerugian yang diderita
perusahaan. b.
Saham preferen Saham preferen adalah saham yang pemiliknya akan memiliki hak
lebih dibanding hak pemilik saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapat dividen lebih dulu dan juga memiliki hak suara lebih
dibanding pemegang saham biasa seperti hak suara dalam pemilihan direksi sehingga jajaran manajemen akan berusahan sekuat tenaga
untuk membayar ketepatan pembayaran dividen preferen agar tidak lengser.
4. Pemindahan saham
Pemindahan hak atas saham dilakukan melalui akta pemindahan hak. Hal tersebut diatur dalam Pasal 56 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan akta pemindahan hak adalah bisa berupa akta yang dibuat di hadapan
Notaris maupun akta bawah tangan. Pada ayat 2 Pasal 56 ditentukan bahwa akta pemindahan hak tersebut atau salinannya disampaikan secara tertulis kepada
perseroan. Tujuan dilakukan pemberitahuan kepada Perseroan adalah untuk dilakukan
pencatatan terhadap perubahan hak yang terjadi pada pemegang saham yang wajib dicatat oleh Direksi Perseroan sebagaimana diatur pada Pasal 50 Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Akan tetapi dalam Undang- undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas juga ditentukan bahwa
Universitas Sumatera Utara
untuk saham Perseraon Terbatas yang diperdagangkan di bursa efek atau Pasar Modal, pemindahan haknya ditentukan menurut ketentuan yang berlaku dalam
undang-undang Pasar Modal, hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 56 ayat 3 yaitu: ketetuan mengenai tata cara pemindahan hak atas saham yang
diperdagangkan di Pasar Modal, diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.
Saham dalam sebuah perusahaan dapat dialihkan transfer tanpa mengubah kepemilikan hukum dan bisnis dasar perusahaan. Bagaimanapun,
penjualan saham dalam sebuah perusahaan patungan adalah umum dan tunduk kepada ketentuan-ketentuan dan pembatasan yang diperlukan. Tidak semua
pengalihan saham dapat dilakukan begitu saja oleh salah satu pihak, melainkan harus memenuhi ketentuan-ketentuan dan pembatasan yang disepakati.
Pengalihan saham secara langsung akan mengakibatkan berubahnya komposisi kepemilikan saham, jika saham dialihkan kepada pihak yang sudah
memiliki saham di dalam perusahaan internal transfer, maka ketentuan yang sudah ada tidak akan banyak mengalami perubahan, itupun masih tergantung dari
jumlah saham yang di alihkan. Jika jumlah saham yang dialihkan mempengaruhi dan menyebabkan penggantian kontrol perusahaan, maka akan merubah
perjanjian sebelumnya. Namun jika pengalihan saham tersebut dialihkan kepada pihak di luar
perusahaan external transfer, maka hal tersebut menyebabkan masuknya investor baru ke perusahaan. Ketentuan masuknya investor baru atau pemegang
saham baru biasanya melalui proses yang sangat ketat. Hampir semua joint
Universitas Sumatera Utara
venture agreement mengandung ketentuan yang membatasi pengalihan saham. Pendekatan yang dapat diambil dalam pembatasan pengalihan saham diantaranya:
a. Pengalihan saham tidak diperbolehkan tanpa persetujuan para pihak.
b. Pengalihan saham tidak boleh dilakukan dalam periode tertentu,
misalnya selama 3 tahun pertama. c.
Pengalihan saham kepada pihak asing diperbolehkan dangan persyaratan bahwa pemegang saham baru menyetujui ketentuan-ketentuan bisnis
joint venture company yang telah ditetapkan sebelumnya. d.
Dalam banyak ketentuan joint venture company yang terdiri banyak pihak, para pihak diberikan hak untuk dapat membeli kembali saham-
saham yang ada terutama saham yang akan dialihkan, sebelum dijual kepada pihak asing, saham tersebut harus ditawarkan kepada pemegang
saham lainnya terlebih dahulu dengan harga yang telah ditetapkan dan disetujui.
Untuk melindungi permodalannya, perseroan dapat mengeluarkan ketentuan pembelian kembali saham yang telah dijual, penjualan saham, penjaminan dan
atau gadai saham. berikut ini salah satu pasal UUPT yang menjelaskan pemindahan hak atas saham:
Pasal 57 1
Dalam anggaran dasar dapat diatur persyaratan mengenai pemindahan hak atas saham, yaitu:
a. keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemengang saham
dengan klasifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya; b.
keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari organ perseroan; danatau
c. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
17
17
Ibid., Pasal 57
Universitas Sumatera Utara
F. Metode Penelitian