Undang-undang Penanaman Modal Kedudukan Pemegang Saham Nominee sebelum Adanya Larangan oleh Undang-Undang

Undang-undang No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, tidak ditemukan larangan pemegang saham nominee, namun demikian ketentuan tentang larangan pemegang saham nominee ini juga dapat dianggap berlaku untuk semua penanaman modal asing yang dilakukan dalam bentuk perseroan terbatas, baik itu merupakan penanaman modal dalam bidang-bidang usaha berdasarkan Undang- undang No 25 Tahun 2007 melalui BKPM maupun bidang-bidang usaha yang lain yang dilakukan tidak melalui BKPM, yaitu Bank, dan Perusahaan Sekuritas, dengan alasan-alasan sebagai berikut: i. penanaman modal baik dalam negeri maupun modal asing dalam bentuk perseroan terbatas tidak hanya mencakup perseroan terbatas yang didirikan melalui BKPM namun juga mencakup penanaman modal yang dilakukan di luar BKPM, ii Larangan tentang pemegang saham nominee ini hanya merupakan suatu penegasan mengenai ketidakabsahan suatu perjanjian atau kesepakatan mengenai pemegang saham nominee yang menurut hukum adalah merupakan suatu kebohongan atas suatu fakta hukum yang tentunya merupakan suatu kausa yang tidak halal.

1. Undang-undang Penanaman Modal

Larangan perjanjian pemegang saham nominee dalam Undang-Undang di Indonesia terdapat di dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang menyatakan: Ayat 1 “Penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dilarang membuat perjanjian danatau pernyataan yang menegaskan bahwa kepemilikan saham dalam perseroan terbatas untuk dan atas nama orang lain.” 97 Ayat 2 97 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 33 ayat 1 Universitas Sumatera Utara “Dalam hal penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing membuat perjanjian danatau pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, perjanjian danatau pernyataan itu dinyatakan batal demi hukum.” 98 Dengan adanya penegasan larangan pemegang saham nominee dalam Pasal 33 ini, maka setiap dokumen pemegang saham nominee yang dibuat sesudah berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, tanpa diperlukan analisis hukum, adalah batal demi hukum. Keadaan batal demi hukum ini mengakibatkan bahwa dokumen pemegang saham nominee tidak mempunyai kekuatan hukum dan kedudukan para pihak akan kembali kepada keadaan semula sebelum adanya dokumen pemegang saham nominee. 99

2. Undang-Undang Perseroan Terbatas