b. Fase Resistance Melawan Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan
pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba
mengatasi faktor-faktor penyebab stres. Gejala stres menurun atau tubuh kembali stabil bila denyut jantung, termasuk hormon, tekanan darah, cardiac output dan
lain-lain kembali normal. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stresor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel-sel yang rusak. Bila gagal maka
individu tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
c. Fase Exhaustion Kelelahan Merupakan fase perpanjangan stres yang belum dapat tertanggulangi pada fase
sebelumnya. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner dan lain-lain. Bila usaha
melawan tidak dapat diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu
lagi menghadapi stres.
2.2. Sistem Saraf Simpatis
Guyton 2006 menuliskan bahwa sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang mengatur kebanyakan fungsi viseral tubuh.
Serabut sistem saraf simpatis dimulai dari medulla spinalis diantara segmen T-1 dan L-2. Serabut ini berjalan sampai ke jaringan dan organ yang dirangsang oleh
saraf simpatis. Sifat saraf simpatis yang menonjol yaitu kecepatan dan intensitasnya yang
dapat mengubah fungsi viseral dalam waktu singkat. Contohnya, dapat meningkatkan denyut jantung sebesar dua kali lipat dalam waktu tiga sampai
dengan lima detik. Sistem saraf simpatis juga memiliki sifat khusus pada serabut- serabut saraf yang berada dalam medula adrenal.
Universitas Sumatera Utara
Serabut-serabut saraf ini langsung berakhir pada sel-sel neuron khusus yang mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin ke dalam sirkulasi darah Guyton,
2006. Rangsangan simpatis dapat timbul bila hipotalamus diaktivasi oleh rasa
cemas, takut, atau merasakan nyeri yang berat. Dengan kata lain rangsangan simpatis dapat timbul jika terjadi respon stres. Baik stres fisik maupun stres
mental dapat meningkatkan rangsangan simpatis Guyton, 2006. Perangsangan serabut simpatis pada berbagai organ tubuh akan
menimbulkan suatu efek. Efek yang diperoleh organ tubuh tersebut ditimbulkan secara langsung oleh perangsangan serabut saraf simpatis dan secara tidak
langsung oleh perangsangsangan hormon-hormon medula adrenal: epinefrin dan norepinefrin. Salah satu organ yang dapat dikenai efek perangsangan serabut
simpatis dan hormon medula adrenal adalah jantung. Perangsangan simpatis pada umumnya akan meningkatkan kerja jantung. Keadaan ini tercapai dengan naiknya
frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Perangsangan simpatis akan meningkatkan keefektifan jantung sebagai pompa, yang diperlukan saat bekerja
berat. Perangsangan epinefrin akan meningkatkan curah jantung Guyton, 2006 .
STRES SYMPHATHETIC NERVOUS
SYSTEM SAM PITUITARY GLAND
MEDULA ADRENAL KORTEX ADRENAL
PENGELUARAN KATEKOLAMIN EPINEFRIN
DAN NOREPINEFRIN -Peningkatan denyut jantung
dan dilatasi kapiler jantung; -Peningkatan tekanan darah
karena vasokonstriksi -Frekuensi
pernapasan meningkat
-Pencernaan melambat -Pupil dilatasi
PENGELUARAN KORTIKOSTREROID
-Peningkatan mobilisasi protein dan lemak
-Peningkatan akses ke simpanan energi
-Penghambatan pembentukan antibodi dan inflamasi
-pengaturan retensi sodium
Universitas Sumatera Utara
2.3. Cold Pressor test CPT