BAB II DESKRIPTIF IMF DAN INDONESIA
A. IMF Sebagai Organisasi Internasional
IMF International Monetary Fund atau dalam bahasa Indonesia disebutkan sebagai Dana Keuangan Internasional merupakan sebuah
organisasi internasional dibawah naungan organisasi PBB. IMF merupakan salah satu orgasnisasi internasional yang bergerak di bidang ekonomi dengan
tujuan utama untuk membantu negara – negara anggotanya yang mengalami krisis dalam bidang ekonomi khususnya untuk menjaga stabilitas keuangan
dalam posisi terkendali, mendorong kerjasama moneter, serta memfasilitasi perdagangan internasional. IMF juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan. Serta mengurangi kemiskinan negara anggotanya menjadi agenda utama dari berdirinya organisasi ini.
Kerjasama yang dilakukan oleh negara – negara anggota IMF tentu saja memiliki dampak terhadap negara tersebut dengan organisasi ini ataupun
negara – negara yang bersedia memberikan bantuan terhadap negara yang memerlukan. Peranan pemerintah sebagai pihak yang tentu saja mengetahui
apa yang menjadi kepentingan nasional dalam negaranya merupakan fokus yang harus dibawa ke tengah – tengah hubungan kerjasama dengan organisasi
ini. Dan tentu sebaliknya, pihak yang memberikan bantuan tetap mengedepankan kepentingan nasionalnya.
Kepentingan yang pada akhirnya tentu saja menjadi bekal bagi sebuah negara untuk hadir dan ikut berperan serta aktif dalam sebuah kerjasama
internasional haruslah didasarkan kepada apa yang menjadi tujuan untuk kesejahteraan masyarakat banyak. Pemerintah melalui sebuah mekanisme
seharusnya mampu menganalisis apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mencoba untuk mengagregasi kepentigan tersebut dalam kerjasama dengan
organisasi internasional ataupun kerjasama dengan negara – negara lain.
Bantuan yang diberikan oleh IMF adalah berupa pencairan dana atau bantuan dana terhadap negara – negara yang membutuhkan bantuan tersebut.
Dana yang tentu saja berasal dari negara – negara anggotanya untuk kemudian diberikan kepada negara anggota yang sedang mengalami krisis.
IMF memfasilitasi bantuan – bantuan tersebut melalui mekanisme yang diatur dalam organisasi ini.
Sebagai sebuah organisasi internasional, IMF jelas memiliki anggota yang terdiri dari negara – negara. Negara – negara anggota ini tentu saja harus
menyepakati tujuan bersama dari didirikannya IMF. Negara tersebut juga berhak untuk merumuskan ketentuan – ketentuan bersama dalam anggaran
dasar dari IMF. Dalam Anggaran Dasar Articles of Agreement organisasi ini jelas
termuat poin – poin yang menjadi tujuan dari dibentuknya organisasi ini. Dalam hal ini, pasal 1 dari Anggaran Dasar tersebut yang berisikan “ Tujuan
Pendirian” menyebutkan : • Untuk mendorong kerjasama moneter internasional melalui
suatu lembaga yang permanen yang menyediakan mekanisme untuk konsultasi dan kerjasama dalam pemecahan permasalahan
moneter internasional. • Untuk membantu tercapainya perluasan dan keseimbangan
pertumbuhan perdagangan internasional, dan untuk menyumbang tercapainya tingkat employment dan tingkat
pendapatan nasional yang tinggi serta untuk pengembangan sumber daya produktif dari semua negara anggota sebagai
tujuan utama kebijakan ekonomi.
• Untuk mendorong stabilitas nilai tukar, mempertahankan sistem nilai tukar yang teratur antar negara anggota serta untuk
mencegah terjadinya persaingan untuk melakukan depresiasi mata uang.
• Untuk membantu penciptaan dari sistem pembayaran multilateral antarnegara anggota dan penghapusan hambatan
transaksi valuta asing yang menghambat pertumbuhan perdagangan dunia.
• Untuk menciptakan kembali kepercayaan di negara anggota dengan memberikan bantuan keuangan secara temporer dengan
tetap memperhatikan unsur keamanan dana tersebut, sehingga
dapat memberikan kesempatan untuk memperbaiki ketidakseimbangan neraca pembayaran tanpa harus
menggunakan cara – cara yang merusak kemakmuran nasional atau internasional.
• Berkaitan dengan hal – hal di atas, untuk memperpendek jangka waktu dan mengurangi tingkat kesulitan yang terjadi dalam
permasalahan ketidakseimbangan neraca pembayaran negara – negara anggota.
38
Melalui uraian tujuan dari organisasi ini kita dapat melihat bahwa IMF juga memiliki kepentingan terutama yang berkaitan dengan eksistensi
organisasi tersebut di tengah – tengah negara anggotanya. IMF sebagai organisasi keuangan fokus menganalisa mengenai apa yang menjadi
permalasahan perekonomian negara anggotanya. Kemudian IMF mencoba untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menyampaikan dan
membahasnya dalam forum – forum yang dilakukan antar negara anggota. Mengingat bahwa IMF merupakan sebuah organisasi yang
memberikan bantuan terhadap negara anggotanya, tentu kita perlu memahami darimana bantuan tersebut berasal. Hal tersebut dikarenakan agar kita
mengetahui bagaimana sifat dan lembaga ini bekerja dalam memberikan bantuannya kepada negara – negara anggotanya.
Negara anggota yang terdiri dari negara – negara pemberi pinjaman dan penerima pinjaman tentu saja memiliki peranan besar. Pada akhirnya kembali
lagi peranan dari masing – masing utusan pemerintah ataupun kepala pemerintah menjadi sangat disoroti mengingat bahwa IMF sebelumnya
menyampaikan apa yang menjadi permasalahan ekonomi secara menyeluruh terhadap forum antar – negara dalam organisasi ini. Negara – negara
kemudian melakukan analisis terhadap apa yang terjadi pada negara mereka
38
Cyrillus Harinowo, IMF Penanganan Krisis Indonesia Pasca – IMF, Jakarta, P.T. Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal. 80.
dan coba untuk meleburkan permasalahan tersebut terhadap apa yang menjadi kepentingan negara lainnya.
Dalam proses yang demikian, tentu saja IMF memiliki peranan yang sesuai dengan tujuannya. Proses yang terjadi haruslah sesuai dengan aturan
main yang ada dalam organisasi ini. Sebagai sebuah organisasi internasional, prosedur – prosedur inilah yang harus diikuti jika sebuah negara tergabung
dalam keanggotaan IMF dan juga ikut bekerjasama dengan IMF melalui tujuan – tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi ini.
A.1. Sejarah Terbentuknya IMF dan Perkembangannya Sampai Saat Ini
IMF adalah salah satu organisasi ekonomi internasional yang membantu anggota – anggotanya keluar dari permasalahan ekonomi terutama yang
menyangkut masalah pembangunan dalam negara tersebut. IMF menjadi organisasi yang digunakan oleh beberapa negara sebagai ‘penyelamat’
mereka dari masalah – masalah ekonomi yang menghimpit negara tersebut. Pada awal berdirinya organisasi ini sebenarnya sudah konsisten dalam
menjaga perekonomian internasional dalam keadaan stabil serta tidak terpengaruh oleh keadaan – keadaan yang dapat mengancam arus berjalannya
ekonomi dunia. IMF menjadi organisasi yang bergerak dalam bidang perekonomian untuk menyelamatkan negara – negara dari keterpurukan
krisis. IMF hadir untuk membantu negara terutama negara yang telah menjadi
anggota dari organisasi ini. Kesediaan IMF untuk membantu suatu negara dalam mengahadpi krisis, misalnya, sering menjadi suatu bahan spekulasi
sehingga akhirnya sangat menentukan turun naiknya nilai tukar negara yang bersangkutan.
39
39
Ibid., hal. 81.
Sebuah keadaan yang mempertanyakan sebenarnya bagaimanakah ketentuan yang ada berdasarkan peraturan dalam organisasi ini
untuk membantu perekonomian sutu negara.
Yang menarik dari awal terbentuknya IMF adalah bahwa sebenarnya negara – negara mengirimkan para pengambil kebijakan di bidang
perekonomian untuk berkumpul membicarakan bagaimana menyelesaikan permasalahan ekonomi di masing – masing negara setelah terjadinya perang
dunia kedua tersebut. Jadi para pemikir dari IMF sendiri adalah memang mereka yang memahami permasalahan perekonomian dari masing – masing
negaranya untuk kemudian dibahas dan dibicarakan dalam pertemuan tersebut.
Konferensi Keuangan Internasional tersebut berlangsung pada tanggal 1 Juli dan berakhir pada tanggal 22 Juli tahun 1944.
40
Konferensi yang berlangsung di Bretton Woods, Amerika Serikat ini dihadiri oleh perwakilan
44 negara. Salah satu negara yang mengutus ekonom terkenal dari negaranya yaitu Amerika Serikat dan Inggris, dimana delegasi Amerika Serikat dipimpin
oleh Harry Dexter White, sedangkan delegasi Inggris dipimpin oleh John Maynard Keynes.
41
Keynes memberikan sumbangan pemikiran yang pada saat itu menjadi perkembangan perekonomian dunia sebagai acuannya. Menurut
Keynes dalam sistem ekonomi pasar bebas, pasar tidak boleh ditinggalkan pada
kehendaknya sendiri, tetapi disini semua negara harus berpartisipasi untuk meregulasi agar tidak terjadi kegagalan pasar, free-riding penunggang
bebas dan monopoli. Harus terdapat kontrol yang dapat meminimalisir terjadinya permasalahan dalam sistem ekonomi pasar ini. Semuanya adalah
bentuk untuk mengurangi kebijakan perdagangan, pembayaran dan nilai tukar yang memiliki dampak yang menghambat perdagangan internasional.
40
Ibid., hal. 73.
Dalam konferensi tersebut perdebatan – perdebatan mengenai keberlangsungan perekonomian dunia berlangsung sengit terutama pada
bagian pengawasan dari berlangsungnya sistem perdagangan bebas tersebut. Keynes menyebutkan kemudian, keyakinan bahwa pemerintah harus memikul
41
Ibid., hal. 74.
tanggung jawab bersama untuk mengatur sistem ekonomi internasional pun tumbuh dan satu negara ditunjuk untuk memangku tanggung jawab sebagai
pemimpin global yang dianggap mampu untuk mengemban tugas untuk mengawasi jalannya perekonomian dunia.
Konferensi yang berlangsung pada saat itu jelas mengutamakan penyelesaian permasalahan ekonomi yang terjadi terutama setelah meletusnya
Perang Dunia II yang mengeluarkan biaya perang yang tinggi dari masing – masing negara yang berseteru. Kebijakan ekonomi liberalis yang ditetapkan
oleh mekanisme pasar serta banyaknya biaya yang dikeluarkan akibat perang menyebabkan dunia ekonomi kapitalis mengalami masa sulit dengan adanya
inflasi tinggi dan banyaknya pengangguran. Konferensi yang terjadi di Bretton Woods juga adalah sebagai reaksi
dari negara – negara atas kebijakan proteksionisme pada tahun 1930-an. Pada saat itu negara – negara liberalis dalam sistem perdagangan bebas berusaha
untuk menyelamatkan produk – produk mereka sehingga tidak mengalami kerugian yang sangat besar. Negara – negara yang menganut paham liberalis
kemudian tidak dapat mengontrol perekonomian ketika lahir negara – negara dominan lainnya selain Inggris dan Amerika Serikat.
Industri yang sebelumnya dikuasai oleh Inggris sebagai salah satu negara dengan perkembangan industri yang cukup pesat menjadi tidak lagi
diakui sebagai kiblat perekonomian dunia ketika konstalasi politik dunia berubah pada sekitar tahun 30 – an tersebut. Perkembangan dari ekonomi
liberalis juga terganggu manakala negara – negara seperti Amerika Serikat harus mengurusi permasalahan – permasalahan perang yang timbul pasca
Perang Dunia II sambil harus terus memantau bagaimana perkembangan perekonomian dunia.
Pola perekonomian internasional tersebut secara drastis berubah ketika terjadi Great Depression pada 1929 hingga 1934 yaitu krisis besar yang
terjadi karena krisis yang sifatnya struktural. Pada saat itu perekonomian dunia runtuh, perdagangan internasional mandek, terjadi inflasi dan
pengangguran yang massif dan sporadis yang dipicu oleh proteksi perdagangan serta devalusai mata uang yang dilakukan banyak negara.
42
Yang menarik adalah ketika beberapa kalangan dalam bukunya menyebutkan bahwa Inggris dan Amerika Serikat dalam konferensi ini
memiliki kepentingan laten. Kedua negara ini ingin mengetahui perkembangan perekonomian dunia pasca terjadinya Perang Dunia II dengan
mengundang beberapa negara untuk membicarakan permasalahan ekonomi mereka. Konferensi yang terjadi di
Konferensi Bretton Woods menjadi salah satu jalan keluar dalam menyikapi permasalah yang terjadi pada waktu itu terutama bagi negara –
negara dalam memikirkan jalan keluar untuk permasalahan – permasalahan ekonomi mereka. Dalam negosiasi – negosiasi yang terjadi di Bretton Woods
ini sebenarnya ingin mengurai krisis yang sedang terjadi yang dianggap salah satu penyebab utamanya adalah proteksionisme perdagangan negara – negara
pada waktu itu. Kemudian negara Amerika Serikat dan Inggris sebagai pelopor berlangsungnya konferensi ini, terutama Amerika Serikat
mengundang beberapa negara untuk dapat berdiskusi dan memutuskan rencana yang akan diambil untuk menyelesaikan krisis tersebut dengan
mengadakan konferensi.
Bretton Woods dikatakan sebagai suatu formalitas belaka atas kesepakatan sebelumnya antara Inggris dan Amerika
yang telah berjalan negosiasinya selama dua setengah tahun dalam rangka untuk mengontrol kebijakan perekonomian internasional.
43
Apa yang menjadi kepentingan dari kedua negara ini tentu saja terkait dengan proses pengagregasian kepentingan nasional dari masing – masing
negara. Kepentingan nasional yang mungkin saja menjadi tujuan dari negara tersebut mengingat bahwa Amerika dan Inggris pada saat itu menginginkan
adanya sebuah tatanan dunia yang dikuasai oleh mereka. Kedua negara
42
Richard, Peet, Bretton-Woods: Emergence of a Global Economic Regime, London: Zed Books, 2003, hal. 30.
43
Ibid., hal. 40.
tersebut menginginkan eksistensi mereka di dunia internasional tetap berjalan dan mereka juga dapat melaksanakan apa yang menjadi kepentingan nasional
negara mereka sehingga tercipta kesinambungan dalam hubungan internasional dan kerjasama dalam organisasi tersebut.
Di balik berbagai pendapat dari kalangan tersebut IMF pada akhirnya dapat menjadi sebuah organisasi internasional yang sampai saat ini diminati
oleh negara – negara dunia. Terbukti sampai saat ini negara yang menjadi anggota IMF adalah sebanyak 187 negara.
44
IMF sendiri, setelah melalui persiapan yang lama, termasuk proses ratifikasi di DPR Kongres dari masing – masing negara anggota , akhirnya
mulai berdiri dan beroperasi pada tanggal 1 Maret 1947. Negara – negara tersebut tentu
saja mengalami kerjasama yang menguntungkan bagi negaranya ketika masuk menjadi anggota IMF serta melakukan perjanjian – perjanjian dengan
organisasi tersebut.
45
Saat ini negara – negara anggota bekerjasama untuk mengurangi dampak – dampak krisis yang terjadi di dunia. Negara – negara tersebut
bersedia melakukan kerjasama dengan IMF dan menjadikan organisasi ini sebagai salah satu bentuk jalan keluar untuk mengatasi masalah yang
terutama terkait dengan masalah pembangunan pada masing – masing negara tersebut. Berbagai bentuk ratifikasi undang – undang juga dilaksanakan
sebagai bentuk persetujuan kerjasama dengan IMF. Tentu saja negara –
negara yang menjadi founding father dari organisasi ini dan yang tergabung ke dalam keanggotaan harus menandatangani Anggaran Dasar dari IMF
tersebut dan segera meratifikasi undang – undang yang ada pada negaranya sesuai Anggaran Dasar tersebut.
IMF juga mulai membenahi diri dengan menghasilkan kebijakan – kebijakan baru yang sesuai dengan kondisi perekonomian dunia saat ini. IMF
44
http:id.wikipedia.orgwikiDana_Moneter_Internasional diakses pada tanggal 18 Oktober 2102 pukul
6.42.
45
Harinowo, Op. Cit., hal. 74.
melalui direktur pelaksana utamanya saat ini, Christine Lagarde menggagas agar negara – negara anggotanya saat ini lebih mengutamakan kejasama
multilateral terutama dalam permasalahan krisis global yang terjadi. Kerjasama tersebut tentu saja mendorong proses terjadinya mekanisme
perdagangan yang menguntungkan masing – masing negara anggota. Dalam hal kebijakan, IMF melakukan perubahan dalam proses
pemberian pinjaman terhadap negara anggotanya. Hal yang dibahas dalam sidang tahunan IMF pada 9 – 14 Oktober 2012 yang lalu di Tokyo
mengisyaratkan IMF benar – benar harus membenahi diri melalui kebijakannya. Menurut Ligarde, IMF akan lebih memiliki dimensi
kemanusiaan dalam kebijakannya. Pertumbuhan ekonomi yang bersifat inklusif atau melibatkan seluruh sektor ekonomi, termasuk UMKM, adalah
kunci penting untuk keluar dari krisis saat ini.
46
Kebijakan inilah yang diharapkan mampu mengatasi krisis kepercayaan negara – negara di dunia
terhadap isu tentang dampak buruk yang terjadi jika bekerjasama dengan IMF.
Berbagai perombakan dalam sistem kebijakan dan proses bantuan yang dilakukan oleh IMF ini menunjukkan kepada kita bahwa memang saat ini
mengalami sebuah kemunduran terutama jika berkaitan dengan bantuan – bantuan dalam bentuk kucuran dana dari negara – negara dengan modal yang
besar.
46
Diakses dari
Kita lihat bahwa keputusan yang kontroversial dari negara Indonesia ketika Indonesia pada akhirnya memberikan pinjaman kepada IMF ketika
organisasi ini mengalami kesulitan terutama sejak krisis global. Mekanisme yang dilakukan IMF dalam mengharapkan bantuan dari Indonesia adalah
dengan menerbitkan surat obligasi lalu kemudian ditawarkan kepada negara anggota G – 20 dimana Indonesia termasuk di dalamnya. Dalam hal inilah
http:internasional.kompas.comread2012101217323836Sidang.IMF.Didominasi.Pembahasan.Krisis.Glo bal.pada
tanggal 17 Oktober pukul 8.10.
Indonesia memiliki peranan yang cukup penting mengingat Indonesia bukanlah sebagai negara dengan dominasi kuat pada organisasi ini.
Kontroversi dari bantuan ini pada saat itu adalah ketika DPR mempertanyakan apakah bentuk kesepakatan yang terjadi antara negara –
negara anggota G – 20 sesuai pada saat itu, dimana surat obligasi yang ditawarkan oleh IMF adalah berhubungan langsung dengan Bank Indonesia
sebagai bank sentral dan bukan seperti kerjasama G to G dalam organisasi G- 20. Memang pada saat itu, IMF tidak mempertimbangkan bagaimana
mekanisme sebuah negara untuk memberikan bantuan terhadap IMF. Yang diperlukan oleh IMF adalah dana segar untuk menyelamatkan krisis Eropa
dan krisis global pada saat itu.
A.2. Letter of Intent Sebagai Prasyarat Sebagai Anggota IMF
Indonesia yang memanfaatkan cadangan devisanya untuk membantu IMF pada saat itu berkeyakinan negara dapat berperan aktif dalam
menyelamatkan krisis global. Pemerintah menjelaskan bahwa dengan membantu IMF tidak akan mengurangi cadangan devisa, malah Indonesia
dapat berinvestasi dikarenakan Indonesia membeli surat obligasi IMF yang sewaktu – waktu dapat dijual kembali jika Indonesia sedang mengalami
masalah. Hal inilah yang menjadi alasan pemerintah untuk membantu IMF ketika manajer IMF, Christin Ligarde, mengunjungi Indonesia pada
pertengahan tahun 2012 kemarin.
Dengan mengetahui apa saja yang menjadi syarat sebuah negara untuk masuk ke dalam organisasi ini, maka kita akan mengetahui sebagian dari
mekanisme pelaksanaan dari organisasi IMF tersebut. Syarat merupakan hal – hal yang harus dipenuhi oleh suatu anggota organisasi sebelum ia resmi
menjadi anggota dari organisasi tersebut. Dalam sebuah organisasi tentu saja, syarat – syarat sebagai anggota
diatur dalam sebuah anggaran dasar yang telah disusun oleh para pendirinya ataupun anggaran dasar yang telah direvisi dan disepakati anggota pada saat
rapat – rapat anggota organisasi ini berlangsung. IMF sebagai organisasi tentu
saja memiliki utusan – utusan yang berasal dari setiap negara anggota untuk menjabat dalam struktur IMF dan membantu kepengurusan IMF dalam
pelaksanaannya pada setiap negara anggota. Untuk Indonesia, kedudukan sebagai Gubernur IMF dipegang oleh
Gubernur Bank Indonesia, sedangkan wakilnya penggantinya, yang resminya disebut Alternate Governor adalah Sekretaris Jenderal Departemen
Keuangan.
47
Syarat – syarat yang diberlakukan oleh IMF tentu saja harus dipatuhi oleh seluruh negara anggota. Apakah kemudian syarat tersebut menyangkut
ke dalam rangkaian penyusunan kebijakan perekonomian sebuah negara merupakan tugas para utusan pemerintah dalam organisasi tersebut untuk
mengawasinya. Tugas – tugas yang diemban oleh para delegasi seharusnya lebih kepada aktualisasi dari kepentingan – kepentingan ekonomi negara baik
secara makro ataupun mikro yang tentu saja harus dipenuhi. Hal – hal yang berkaitan dengan pengesahan syarat – syarat
dalam keanggotaan IMF untuk kemudian disesuaikan dengan kondisi Indonesia dan undang – undang yang berlaku di Indonesia menjadi
tanggungjawab dari kedua pelaksana tugas IMF tersebut di Indonesia.
Pembangunan – pembangunan akan terbentur terhadap masalah pengadaan dari sumber modal baik yang direncanakan dalam penyusunan
anggaran ataupun yang direncanakan dalam daftar pinjaman luar negeri sebuah negara. Gubernur Bank Indonesia dalam hal ini mengupayakan hal –
hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan keputusan bersama dalam rapat bersama lembaga politik lainnya. Hasil
keputusan dalam rapat tersebutlah yang kemudian disusun sebagai sebuah kebijakan untuk menyiasati permasalahan modal dalam pembangunan
tersebut. IMF tentu saja bukan sebuah organisasi tanpa syarat. Paket reformasi
IMF yang menyertai bantuan dana, terdiri dari pembenahan sektor keuangan,
47
Harinowo, Op. Cit., hal. 85.
kebijakan fiskal, kebijakan moneter, termasuk kurs mata uang , dan sektor riil yang disebut “penyesuaian struktural sebagai perluasan dan pendalaman dari
program deregulasi”.
48
IMF sebagai suatu badan keuangan dunia yang dikuasai oleh negara – negara – negara maju selalu menyodorkan perangkat kebijakan kepada negara
– negara sedang berkembang yang mengalami persoalan neraca pembayaran, sebagai berikut.
Beberapa ketentuan – ketentuan tersebutlah yang harus diadaptasi oleh sebuah negara dalam pelaksanaan kerjasama dengan
organisasi ini. Sebuah ketentuan yang harus diatur dalam revisi ataupun pembuatan paket kebijakan baru sesuai dengan paket reformasi IMF tersebut.
1. Liberalisasi impor dan pelaksaan aliran uang yang bebas;
2. Devaluasi;
3. Pelaksanaan kebijakan moneter dan fiskal di dalam negeri, yaitu
: a pembatasan kredit; b pengenaan tingkat bunga kredit yang tinggi; c penghapusan subsidi; d peningkatan kadar pajak; e
peningkatan harga public utilities; dan f penekanan tuntutan kenaikan upah;
4. Pemasukan investasi asing yang lebih lancar.
49
Pelaksanaan dari perangkat – perangkat kebijakan di atas tentu saja akan bersinggungan langsung dengan undang – undang yang berlaku dalam
sebuah negara. Hal ini menggambarkan bahwa proses kerjasama suatu negara dengan IMF mengharuskan negara tersebut melakukan ratifikasi kebijakan
IMF dalam penyusunan undang – undang negara. Hal ini tentu saja berkaitan dengan anggaran dasar yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Yang menarik yang menjadi pembahasan nantinya dalam penelitian skripsi ini adalah yang berkaitan dengan poin ke – 4 dalam kebijakan di atas
yang jika diteliti mendalam terdapat hal – hal yang berlawanan dengan undang – undang yang berlaku di Indonesia. Tentu saja Indonesia sebagai
negara anggota IMF harus mengikuti dan mematuhi keputusan – keputusan
48
Kwik Kian Gie, Gonjang – Ganjing Ekonomi Indonesia : Badai Belum Akan Segera Berlalu, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama STIE IBBI, 1998, hal. 65.
49
Prof. Dr. Sritua Arief, IMF Bank Dunia Indonesia, Jakarta : Muhammadiyah University Press, 2001, hal. 2.
dalam rapat tertinggi organisasi tersebut. Tetapi apakah selanjutnya keputusan tersebut kemudian mencederai kepentingan nasional dalam negara kemudian
menjadi fakta yang harus ditemukan terutama jika hal tersebut berkaitan dengan kepentingan nasional secara keseluruhan.
Syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah negara untuk mendapatkan permintaan bantuan keuangan terhadap IMF adalah berupa LOI
Letter of Intent yang ditandatangani oleh presiden secara langsung sebagai bentuk persetujuan terhadap kerjasama dengan IMF. LOI berisikan program
yang disusun oleh IMF dan harus diimplementasikan dalam kebijakan di sebuah negara jika ingin memulai kerjasama dengan IMF dan sesuai dengan
pengawasan organisasi tersebut. IMF dalam penyusunan LOI menggunakan jangkauan – jangkauan yang
berkenaan dengan bantuan yang akan diberikan. Bantuan yang diberikan tidak serta merta hanya diberikan secara langsung melainkan harus sesuai
dengan apa yang menjadi agenda dari IMF terhadap negara peminjam tersebut. Oleh karena itu, LOI ini mengatur syarat yang bersifat sesuai dengan
kondisi peminjaman yang harus dipatuhi oleh negara peminjam setiap pencairan pinjaman berlangsung.
Kondisi – kondisi yang dimaksudkan adalah agar ketika sebuah negara melakukan sebuah pinjaman, apa yang merupakan tujuan dari IMF juga akan
terlaksana terutama yang berkaitan langsung dengan paket reformasi IMF. Letter of Intent
merupakan kesanggupan formal untuk menjalankan program penyesuaian yang memungkinkan penghapusan defisit neraca pembayaran.
50
Jika sebuah negara tidak mampu menutupi pembayaran sesuai dengan perjanjiannya dengan IMF, maka organisasi ini tentu saja memiliki
wewenang untuk memberikan pinjaman berikutnya atau tidak.
50
Indra Ismawan, Di Bawah Cengkraman IMF : Peran IMF dalam Krisis Ekonomi Indonesia, Solo : Pondok Edukasi, 2002, hal. 24.
“ If any time any limit in i above would prevent a purchase under the stand – by arrangement that would not increase the Fund’s holding of member’s
currency beyond the first credit tranche, the limit will not apply to that purchase.”
51
Dari kutipan standar persetujuan di atas, dapat dilihat bahwa ada bentuk syarat yang mengharuskan sejumlah keadaan jika negara peminjam
menginginkan bentuk kredit yang berkelanjutan. Maka ada sejumlah pembayaran yang harus diselesaikan dan IMF akan memberikan tambahan
pencairan dana pinjaman terhadap negara tersebut. Dalam penelitian ini, butir dalam LOI yang paling berkenaan langsung
adalah berupa penghapusan peraturan – peraturan atau kebijakan yang dapat menghambat investor asing masuk ke Indonesia. Hal ini dapat dilihat melalui
paket reformasi IMF yang telah disebutkan bahwa investasi asing diperkenankan untuk melakukan kegiatan perekonomian di Indonesia.
Prasyarat yang diberlakukan IMF yang mengakibatkan sebuah bentuk kerjasama yang berkelanjutan sebenarnya dapat dianalisis sebgai suatu bentuk
adanya keinginan IMF untuk terus menjalin kerjasama. Hal ini tentu saja akan memberatkan negara peminjam apabila tidak mempersiapkan negaranya
terhadap prasyarat yang tentu saja akan memberatkan perekonomian melalui neraca pembayaran utang luar negerinya.
A.3. IMF dan Kepentingannya Sebagai Organisasi Internasional
Catatan tentang pengaruh IMF terhadap Indonesia memang dirasakan hanyalah sebuah perangkap yang sebenarnya menjebak perekonomian
Indonesia. Banyak para ekonom mengatakan bahwa turut campurnya IMF dalam menangani masalah perekonomian di Indonesia lebih tepat disebut
sebagai langkah awal menuju kepada sebuah ketergantungan berkelanjutan. Hak pemerintah sebagai pengawasan terhadap lalu lintas utang juga dirasa
sangat minim. Ditambah lagi dengan transaksi utang luar negeri yang dapat
51
Mary Sutton,Graham Bird,Tony Killick, Jennifer Sharpley , The Quest for Economic Stabilisation : The IMF and The Third World
, England : Gower Publishing Company Limited, 1985, hal. 144.
menjadi berlebihan terutama berasal dari pihak swasta dan birokrasi tidak dapat mengelola keuangannya.
Dalam hal ini, IMF sebagai sebuah organisasi internasional yang beranggotakan negara – negara kreditur yaitu negara – negara maju dan besar
seperti AS, Inggris, dan yang lainnya tentu memiliki sebuah kepentingan yang diusung dalam lembaga ini. Yang harus dipahami adalah bagaimana
IMF ini bekerja dalam membantu negara – negara yang melakukan pinjaman. Apakah IMF memmbuat syarat – syarat berdasarkan keadaaan ekonomi dari
negara debitur tersebut ataukah berdasarkan kepada syarat yang diberlakukan atas keadaan ekonomi global. Persoalannya tidak lain karena ancaman IMF
memang terlalu berat dan AS berada di belakang IMF, sebagai “pemilik modal” sekaligus pemilik pengaruh terbesar di lembaga tersebut.
52
Pengambilan keputusan di IMF dilakukan berdasarkan suara votes , dimana konstituensi Asia Tenggara, termasuk Indonesia, memiliki 3,18
suara.
53
Sebuah angka yang memiliki suara akan tetapi kurang cukup untuk dipertimbangkan dalam setiap pengambilan keputusan organisasi. Sementara
itu Amerika Serikat yang merupakan negara anggota terbesar, memiliki kekuatan sebesar 17,10 dari seluruh suara.
54
Negara – negara Eropa secara keseluruhan memiliki kekuatan sekitar 40 dari seluruh suara di IMF, sementara selebihnya terbagi pada negara –
negara berkembang. Jelas bahwa Amerika sendiri
mendapatkan porsi yang cukup besar sebagai sebuah negara untuk memberikan keputusan dalam setiap voting yang dilakukan. Sangat signifikan
sebenarnya karena Amerika Serikat sendiri sebagai sebuah negara yang berdaulat dan bukan negara – negara di kawasan Latin ataupun kawasan utara
Amerika lainnya dalam mekanisme voting yang dilakukan.
55
52
Prof. DR. Didik J. Rachbini, Analisis Kritis Ekonomi Politik Indonesia, Jogjakarta, Pustaka Pelajar, 2001, hal. 164.
Itulah alasan mengapa pada saat terjadi krisis di
53
Harinowo, Op. Cit., hal. 86.
54
Ibid.,
55
Ibid.,
kawasan Eropa, dunia dan IMF menjadi pihak yang sangat diharapkan bantuannya mengingat Eropa memiliki persentase suara yang tinggi dalam
IMF. IMF terkesan memiliki tanggungjawab yang cukup besar untuk menyelamatkan Eropa karena selama ini Eropa telah menjadi kunci dalam
dinamika perekonomian internasional terutama dalam bidang industry yang sekarang telah dikuasai oleh Cina.
IMF dalam kapasitasnya sebagai organisasi internasional dianggap mampu dalam menyelesaikan permasalahan utang Indonesia melalui
restrukturisasi utang pemerintah. Melalui beberapa langkah yang digunakan mengingat presiden Sukarno meninggalkan utang luar negeri yang cukup
besar pada saat itu. Utang pemerintah yang menjadi beban yang hampir tidak tertanggungkan, dan adanya risiko kebangkrutan pemerintah di awal Orde
Baru, pada akhirnya berhasil ditata dengan lebih baik melaui serangkaian perundingan di Paris Club, dimana IMF adalah salah satu motornya.
56
Hal ini adalah keberhasilan IMF dalam melakukan tugasnya sebagai lembaga keuangan. Akan tetapi yang perlu diingat setelahnya adalah
bagaimana IMF ketika telah berhasil menyelamatkan Indonesia pada saat itu. Terdapat beberapa peristiwa yang tentu saja menjadi menarik untuk dikaji.
Setelah sebelumnya Indonesia mengundang IMF melaui Technical Assistance Mission untuk mensurvei perkembangan yang terjadi di sektor perekonomian
dan perbankan pada tahun 1969 pada Sidang Tahunan IMF di kota Hongkong. Ini merupakan langkah pertama sebelum sebuah negara
melakukan kerjasama dengan IMF. Dalam perjalanan waktu yang begitu pendek, undangan untuk misi
Technical Assistance tersebut ternyata beubah menjadi undangan untuk memberikan bantuan ‘program’ ke Indonesia.
57
56
Ibid., hal. 33.
IMF mulai menawarkan program – program pinjaman jangka pendek yang bersifat kondisionalitas.
Kondisionalitas yang dimaksudkan disini adalah bahwa utang jangka pendek
57
Ibid .,
tersebut dapat terus diupgrade oleh IMF apabila Indonesia memenuhi tata cara yang ditentukan IMF sesuai dengan penjelasan prasyarat di atas.
Program – program pinjaman ini disesuaikan dengan kondisi ekonomi dan perbankan yang ada di Indonesia.
Pemerintah kemudian merespon bantuan dari IMF tersebut secara langsung dengan merancang kebijakan pembangunan. Sasaran dari kebijakan
tersebut terutama adalah untuk menekan kembali tingkat inflasi, mengurangi defisit keuangan pemerintah, dan menghidupkan kegiatan produksi yang
selama ini dirasa kurang, termasuk ekspor yang sempat mengalami stagnasi pada masa Orde Lama. Usaha pemerintah tersebut ditambah lagi dengan
penyusunan rencana pembangunan lima tahun Repelita secara bertahap dengan target-target pembangunan yang berkelanjutan.
IMF dan pemerintah Indonesia membangun sebuah kerjasama yang mulus. Sebuah penyatuan dari visi dan misi pembangunan serta visi dan
tujuan dari IMF. Kerjasama ini terlihat seperti sebuah bentuk kerjasama yang saling menguntungkan bagi kedua negara. Indonesia dengan konsep
pembangunannya serta IMF yang bertujuan untuk menyelamatkan negara dari ancaman krisis dan kehancuran keuangan. Sebuah kerjasama yang memang
dicita- citakan dari awal oleh kedua belah pihak. Akan tetapi jika kita melihat lagi bahwa sebenarnya adakah pemerintah
Orde Baru pada saat itu memasukkan apa yang menjadi kepentingan nasional terhadap kerjasama tersebut. Kepentingan yang pada akhirnya berguna untuk
tujuan hajat hidup masyarakat Indonesia. Hal ini tentu saja mendapatkan perhatian lebih karena pada akhirnya sampai saat ini mulai dari awal
Indonesia masuk kepada IMF, kita mengalami sebuah efek ketergantungan yang berlebihan. Kita seperti tidak bisa melakukan kegiatan ekonomi jika
tidak ditopang ataupun dibantu oleh lembaga pendonor seperti IMF. Antisipasi pemerintah terhadap kepentingan IMF dan negara – negara
kreditur sepertinya terabaikan dengan masalah pembangunan. Dalam kerjasama berkelanjutan dengan IMF tentu saja Indonesia harus terus
memperbaharui syarat – syarat sesuai dengan kondisi.Dalam jangka menengah sampai jangka panjang, yang lebih penting adalah paket
reformasinya.
58
Berbagai paket reformasi kebijakan yang ditawarkan IMF tentu saja harus dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia sesuai dengan syarat
– syarat yang telah disepakati. Paket reformasi yang dibuat sudah tentu berdasarkan kepada kepentingan dari pihak – pihak kuat yang berada di
belakang IMF. IMF melalui pinjaman – pinjaman dan syaratnya merupakan
kepentingan yang harus diakomodir juga oleh pemerintah Indonesia. Kita melakukan pinjaman terhadap lembaga tersebut. Mereka hanya memberikan
nasehat dengan harapan akan dilaksanakan,karena untuk itu, mereka memberikan insentif berbentuk utang.
59
IMF membantu pemerintah Indonesia membiayai program pembangunannya dengan sendirinya membuka
peluang bagi kedua lembaga tersebut untuk mempengaruhi kebijakan ekonomi Indonesia.
Pengaruh IMF setidak-tidaknya dapat dilihat dari kesungguhan upaya pemerintah Indonesia untuk merumuskan dan menjalankan suatu kebijakan
ekonomi yang sejalan dengan visi dan kebijakan organisasinya. Salah satu kebijakan IMF yang diikuti oleh pemerintah Indonesia adalah deregulasi di
sektor perdagangan dan investasi guna memacu pertumbuhan ekspor. Pertumbuhan ekspor merupakan upaya untuk meningkatkan pendapatan, yang
pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan Indonesia untuk membayar cicilan utang dan bunganya. Kebijakan-kebijakan besar yang menyangkut
program ekonomi banyak didasarkan pada acuan yang diberikan oleh para pengamat ekonomi IMF yang melakukan survei ke Indonesia.
58
Kwik Kian Gie, Op. Cit., hal. 60.
Kebijakan – kebijakan yang dilakukan IMF jika lebih kita lihat merupakan sebuah bentuk kebijakan kepada arah liberalisasi ekonomi di
Indonesia. IMF menginginkan Indonesia memperbaharui kebijakan –
59
Ibid., hal. 62.
kebijakan sebelumnya yang cenderung menutup akses masuknya pengaruh asing baik yang berasal dari sektor swasta ataupun pemerintah. Pemerintah
membuka akses yang selama ini tertutup untuk jalan masuk bagi asing. Berbagai produk kebijakan yang dipengaruhi oleh syarat – syarat yang
diberlakukan IMF akhirnya disahkan dan menjadi pedoman pemerintah dalam melaksanakan kegiatan ekonominya. Tentu saja hal ini merupakan
pengaruh yang sangat kuat akan kepentingan IMF.
B. Indonesia Pada Era Orde Baru