masalah yang diteliti oleh penulis yakni teori tentang kebijakan ekonomi dan politik pasca IMF kembali lagi masuk ke
Indonesia. Melalui pemamparan dari teori ini diharapkan mampu memberikan masukan pemikiran – pemikiran baru bagi
para civitas akademika yang nantinya juga akan melakukan penelitian perihal pengaruh IMF dalam kebijakan politik dan
ekonomi Indonesia.
F. Kerangka Teori
F.1. Teori Organisasi Internasional
Organisasi internasional merupakan sebuah wadah yang mampu menyatukan kepentingan – kepentingan nasional oleh sebuah negara dan dicoba
untuk dijewantahkan ke dalam sebuah wadah hubungan bersama antar negara – negara tersebut. Jika ditinjau dari sejarah pertama kali, gagasan pemikiran
organisasi internasional telah ada sejak zaman Yunani Kuno, dimana pada saat itu tengah berkembang sistem negara – kota di Yunani Kuno. Hal ini bisa dibuktikan
dari tulisan Thuycides yang menulis tentang Perang Peloponesia 431-404 SM antara Sparta dan Athena. Dalam beberapa tulisannya mengenai perang tersebut,
digambarkan hal-hal seperti perundingan, perjanjian, aliansi, dan pola kerja sama, serta adanya ketergantungan untuk bertahan dari masing – masing bangsa untuk
mempertahankan kepentingan bangsanya. Yang menjadi penting dari makna tulisan tersebut adalah cikal bakal dari hubungan diplomatik yang secara tidak
langsung diperkenalkan dalam penyelesaian perang tersebut. Dapat dikatakan hal tersebut sebagai bentuk sederhana dari kerja sama internasional yang selalu
dibutuhkan dalam organisasi internasional. Organisasi internasional dalam kapasitasnya sebagai salah satu aktor
dalam pergaulan internasional memegang peranan penting dalam dinamika
kehidupan antar negara-negara di dunia.
14
Organisasi internasional menjadi wadah bagi negara-negara di dunia untuk menyalurkan aspirasi institusionalnya maupun
wadah untuk membangun relasi yang lebih luas dengan negara-negara lain. Organisasi internasional dalam dinamikanya harus dibarengi dengan
diberlakukannya peraturan-peraturan hukum yang lebih kita kenal sebagai hukum internasional agar tidak bergesekan dengan kepentingan negara atau komunitas
lain dalam hubungan internasional tersebut. Organisasi Internasional adalah pola kajian kerjasama yang melintasi batas
– batas negara dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya
secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan – tujauan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah
dengan pemerintah maupun antar sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda.
15
Tujuan – tujuan yang dimaksudkan dalam hal ini berupa kepentingan nasional yang harus dibawa institusi negara ke dalam hubungannya
dengan organisasi internasional tersebut. Menurut Rudy, organisasi internasional memiliki peran yaitu wadah atau
forum untuk menggalang kerjasama serta untuk mengurangi intensitas konflik antar sesama anggota.
16
14
Natsir Asnawi , “Hukum Organisasi Internasional”, diakses dari
Wadah ini kemudian memiliki peran sebagai sarana perundingan untuk menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan
dan ada kalanya bertindak sebagai lembaga yang mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan antara lain kegiatan yang berkaitan dengan masalah
sosial, bantuan untuk pelestarian lingkungan hidup, ataupun kegiatan – kegiatan yang bekaitan dengan masalah yang dihadapi negara – negara yang tergabung
dalam organisasi tersebut.
http:natsirasnawi.blogspot.com200711hukum-organisasi-internasional.html , pada tanggal 19 Juli 2012
pukul 17.05.
15
T. May Rudy, Administrasi dan Organisasi Internasional, Bandung, Refika Aditama, 2005, hal 3.
16
Ibid., hal. 27.
Semakin berkembangnya tingkat interaksi di antara negara-negara serta individu, telah menghasilkan implikasi-implikasi yang sangat besar kaitannya
dengan hubungan intenasional. Le Roy Bennet memprediksi penyebabnya dalam tulisannya yaitu,
“Since the states of the modern world must, in so many areas, cooperate, adjust, accommodate, and compromise to promote their common welfare, to solve
problems not limited to national boundaries, and to lessen conflict, it is entirely logical for them to create elaborate agencies of international organization for
these ends.”
17
Yang dimaksudkan Bennet adalah ketika modernitas dari negara – negara merupakan sebuah keharusan, di banyak wilayah, kerja sama, penyesuaian,
pengakomodasian, dan kompromi untuk memajukan kesejahteraan umum mereka dan untuk memecahkan masalah tidak terbatas pada batas-batas nasional. Serta
pengurangan konflik sangatlah logis bagi negara – negara tersebut untuk menciptakan lembaga rumit organisasi internasional untuk tujuan ini
1. Organisasi ini bersifat permanen dan dijalankan fungsinya secara
berkelanjutan. Dari pernyataan Bennet di atas, dapat dibuat beberapa karakteristik dari
organisasi internasional, yaitu :
2. Keanggotaan dari organisasi ini bersifat sukarela sesuai dengan kebutuhan
masing – masing negara dan anggotanya bersedia untuk memenuhi persyaratan.
3. Organisasi internasional memiliki instrumen – instrumen dasar dan pasti
memiliki struktur, tujuan, dan metode dalam pengoperasiannya. 4.
Organisasi internasional digunakan sebagai alat perundingan yang dapat menyelesaikan permasalahan hubungan antar anggotanya.
5. Organisasi internasional memiliki sekretariat tetap tempat dimana struktur
organisasi tersebut bekerja.
17
Bennet,A.LeRoy. 1984. International Organizations. New Jersey: Prentice-Hall,Inc. hal.4
Dengan kata lain, organisasi internasional dapat dilihat sebagai alat, yaitu alat untuk memperjuangkan kepentingan nasional negara anggotanya, dan sebagai
proses, yaitu proses menuju integrasi di mana terbentuk unit politik baru yang merupakan fungsi dari unit-unit politik yang sebelumnya terpisah. Organisasi
internasiona dalam penelitian ini yaitu organisasi IMF International Monetary Fund yang disebut juga sebagai Dana Moneter Internasional, memiliki arti
penting karena negara-negara anggotanya pasti membutuhkan bantuan dari organisasi tersebut.
Suatu negara memasuki suatu organisasi internasional karena alasan- alasan tertentu, di antaranya alasan ekonomi, politik, dan keamanan. Keanggotaan
suatu negara dalam organisasi internasional dapat menguntungkan negara tersebut secara ekonomis, misalnya pada keanggotaan IMF ini yang memungkinkan para
anggotanya mendapatkan akses pada bantuan utang luar negeri secara berkelanjutan.
Munculnya organisasi ini pada sekitar tahun 1944 juga dapat kita lihat sebagai sebuah bentuk permasalahan bersama antar negara terutama ketika pada
tahun 1929 terjadi depresi perekonomian global yang menyebabkan hancurnya perekonomian dunia pada saat itu. Hal ini kemudian membuat banyak negara
untuk membangun kembali perekonomiannya dan memperkuat sistem perekonomian negaranya masing – masing.
Dalam hal ini, ekonomi politik merupakan sebuah perpaduan ilmu yang mempelajari bagaimana ekonomi dan politik dapat saling mempengaruhi ataupun
sebaliknya. Pada dasarnya pelaksanaan dari sistem ekonomi oleh pemerintah tidak akan terlepas dari sikap politik pemerintahan tersebut. Konsep ekonomi pada
dasarnya berkaitan dengan konsep – konsep politik misalnya bagaimana faktor dari industri, ataupun bagaimana sistem ekonomi dilaksanakan oleh pemerintahan.
Jika dikaitkan antara konsep ekonomi dan politik maka dapat dikatakan bahwa ekonomi politik adalah kajian tentang relasi sosial, khususnya relasi kekuasaan,
F.2. Kebijakan Ekonomi Politik di Indonesia
yang bersama – sama membentuk produksi, distribusi dan konsumsi sumber daya – sumber daya, termasuk sumber daya komunikasi.
18
Politik dalam kajian terhadap penelitian ini menetukan alur bergerak dari kegiatan ekonomi dan mengarahkannya untuk mengikuti kepentingan –
kepentingan kelompok mayoritas, pengunaan kekuasaan dalam bentuk yang sangat dominan pada suatu sistem ekonomi. Proses kontrol secara luas terkait
dengan politik karena melibatkan relasi – relasi organisasi sosial dalam sebuah hubungan kelompok. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekonomi dan politik
akan mempengaruhi satu dengan yang lain. Sumbangan dari masing –masing ilmu berupa gagasan, aliran pemikiran, dan juga teknik analisisnya. Ilmu ini maka akan
berkaitan dengan perubahan – perubahan sosial yang dipengaruhi oleh kedua aspek ilmu tersebut.
Ekonomi politik biasanya dapat diartikan sebagai analisis menyeluruh terhadap proses – proses politik yang berkaitan dengan bidang ekonomi ataupun
proses pengambilan kebijakan yang terkait dengan masalah ekonomi. Batasan lainya mengatakan bahwa ekonomi politik merupakan kajian sistematis terhadap
hubungan antara proses ekonomi serta proses politik dalam pembuatan suatu undang – undang. Banyak lagi makna yang bisa diajukan terhadap antusiasme
para ahli untuk mengembangkan instrumen analisis ekonomi politik terhadap suatu fenomena masyarakat, yang sebenarnya berada disuatu wilayah tetapi
terpisahkan oleh kotak – kotak disiplin ilmu ekonomi dan ilmu politik.
19
Ketika kita akan membahas masalah ekonomi maka biasanya hal tersebut akan terkait dengan kebijakan – kebijakan yang terkait dengan masalah politik.
Kebijakan yang dibuat oleh lembaga – lembaga politik dalam pemerintahan pasti ada yang langsung bersinggungan dengan permasalahan ekonomi. Kajian dalam
ekonomi politik yang menyeluruh lebih menggunakan analisis terhadap sistem
18
Vincent Mosco, “ Apa Itu Ekonomi – Politik Komunikasi? Definisi dan Karakteristik “, diakses dari http:eprints.undip.ac.id97951APA_ITU_EKONOMI-
POLITIK_KOMUNIKASI_[Compatibility_Mode].pdf , pada tanggal 19 Juli 2012 pukul 20.26.
19
Prof. Didik J. Rachbani, 2002, Ekonomi Politik : Paradigma dan Teori Pilihan Publik, Jogjakarta, Penerbit Ghalia Indonesia, hal. 14.
kekuasaan di dalam suatu negara, yang mungkin atau potensial memberikannya ruang kebebasan atau tidak terhadap bekerjanya mekanisme pasar. Hal ini
menjadikan pemerintah sebagai pihak yang menentukan jalannya perekonomian baik dalam pelaksanaan ataupun kebijakannya. Negara memiliki kewenangan dan
akses penuh untuk melakukan analisis terhadap jalannya mekanisme pasar serta memformulasikan sebuah kebijakan sesuai dengan analisis yang mereka lakukan.
Selain itu, tindakan – tindakan dalam pengambilan keputusan harus sesuai dengan pertimbangan proses politik yang dilakukan oleh negara.
Penjelasan diatas misalnya dapat kita lihat pada Teori Keynesian tentang konsep pasar. Pada penganut mahzab Keynesian beranggapan bahwa jika regulasi
pasar tidak diciptakan oleh negara pasti akan menyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap sumber daya produktif masyarakat tertentu. Berpijak pada hal inilah
maka keynesian berpandangan bahwa dalam derajat tertentu menhendaki adanya peran negara dalam aktifitas ekonomi.
20
Tampak pada penjelasan teori di atas telah menelaah kontrol pemerintah sebagai variabel politik dalam membuat
kebijakan – kebijakan pasar sebagai sebuah perangkat ekonomi. Dibawah pemerintahan Orde Baru terdapat ketimpangan terhadap
terlaksananya ekonomi politik. Institusi ini bersifat primitif karena aturan main untuk mendukung sistem sangat elitis dan tergantung pada perilaku elite yang
berkuasa.
21
20
Ahmad Erani Yustika,2009, Ekonomi Politik, Kajian Teoritis dan Kajian Empiris, Jogjakarta, Pustaka Pelajar, hal. 31.
Masyarakat tidak mendapatkan akses untuk mengetahui informasi mengenai kegiatan – kegiatan perekonomian yang dilakukan oleh pemerintah.
Perilaku ini secara bertahap menjadi sebuah lembaga, yang beperan menyelesaikan masalah, tetapi bias dan mengabaikan kepentingan – kepentingan
kelompok kecil. Proses pengambilan keputusan masalah-masalah publik yang besar tidak terbuka termasuk di dalmnya pada pengambilan keputusan ekonomi
makro, investasi dan lainnya. Masyarakat diberikan pemaparan yang sederhana
21
Prof. Didik J. Rachbini, Op. Cit., hal. 151.
tentang hasil dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tanpa penjelasan yang dapat diterima oleh mereka.
Pada pembahasan teori kali ini maka teori ekonomi politik difokuskan kepada kebijakan dan utang luar negeri. Fenomena ini menjadikan studi ekonomi
dan studi politik bersifat kausal sebab – akibat Dikatakan demikian karena dalam pembahasan utang luar negeri tentu saja negara memiliki peranan yang
cukup besar. Otoritas negara sebagai lembaga yang terlegitimasi untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi dalam negeri menjadi salah satu objek
penelitian dalam teori ini. Kebijakan ekonomi didasarkan pada upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan negara berusaha untuk mencari
alternatif bantuan dalam membangun perekonomian negara. Kwik Kian Gie juga menjelaskan bahwa ekonomi politik merupakan
sebuah formula yang dapat dipergunakan dalam kaitan terhadap pembuatan kebijakan terhadap utang luar negeri. Kwik menjadikan negara sebagai fokus
utama dalam pelaksanaan kontrol atas utang luar negeri sebuah negara. Dia juga meembahas secara tuntas kaitan politik dengan ekonomi yang berkaitan dengan
kebijakan fiskal dan utang luar negeri Indonesia yang mengakibatkan krisis moneter dan berpengaruh terhadap kondisi sosial Indonesia pada saat itu. Kwik
menjelaskan secara jelas bagaimana perubahan – perubahan yang terjadi di tengah – tengah masyarakat pada saat itu terutama ketika pemerintah mulai membuka diri
terhadap bantuan luar negeri. Kutipan pada pengantar bukunya yaitu “ The best government is the least
government “
22
22
Kwik Kian Gie, Kebijakan Ekonomi Politik dan Hilangnya Nalar, Jakarta, PT.Kompas Mediatama Nusantara, 2009, hal. ix.
menjelaskan kepada kita bagaimana peranan pemerintah harus diminimalisir dalam sebuah hubungan internasional jika hal tersebut tidak mampu
menjadikan permasalahan ataupun kepentingan masyarakat terlaksana. Dalam bukunya juga Kwik menilai bahwa pemerintah menjadi sosok yang sangat baik
terhadap pengaturan mekanisme pasar tanpa memperhatikan kebutuhan
masyarakat Indonesia secara luas. Hal ini terletak pada penjelasannya mengenai BBM serta subsidinya.
Pemerintah melihat bagaimana pasar bekerja dalam bidang ekonomi. Pasar kemudian dipakai secara berlanjut oleh pemerintah secara berkelompok dan saling
berkaitan sebagai instrumen politik yang paling tepat dalam rangka pembuatan kebijakan tersebut. Dan pemerintah dalam pelaksanaan kebijakannya menjadikan
kontrol atas pasar menjadi dasar bagi para pelaku politik untuk member kesinambungan antara pelaku pasar baik sebagai produsen, distributor, ataupun
konsumen sehingga kesempatan bagi masyarakat untuk tidak mendapatkan keuntungan yang merata dalam kegiatan ekonominya. Biasanya analisis ekonomi
tidak pernah keluar dari lingkup mekanisme pasar dan analisis politik sulit menjangkau fenomena-fenomena ekonomi masyarakat.
Kebijakan – kebijakan politik yang dibuat pemerintah lahir dari pergolakan ekonomi yang terjadi di dunia. Dalam hal ini teori ekonomi politik
menggambarkan dua bidang hubungan yang saling berkaitan atau bahkan dikaitkan antara suatu keadaan, kejadian, peristiwa, gejala, ataupun fenomena
dalam dunia ekonomi maupun politik. Peran pemerintah dalam membuat sebuah kebijakan yang berkaitan dengan masalah utang luar negeri merupakan salah satu
bidang yang menjadi pembahasan teori ekonomi politik.
23
Yang menjadi kriteria dari pengertian tentang ekonomi politik dapat diidentifikasikan dari beberapa pokok perhatian yakni :
Dalam penelitian yang terkait dengan maslah ekonomi politik ini ditunjukan secara langsung bagimana
pasar berhubungan dengan negara, produsen, distributor ataupun konsumen melakukan interaksi langsung dengan pemerintah sebagai pembuat kebijakan.
1. Ekonomi Politik dapat dipahami sebagai suatu bidang pengetahuan
dan atau ilmu pengetahuan yang berhubungan antara disiplin ilmu ekonomi dan politik atau hanya merupakan perluasan konsep teori
daripada masing – masing disiplin ilmu tersebut atau pula hanya sebagai perspektif belaka.
23
Prof. Didik J. Rachbini, Op. Cit., hal. 41.
2. Ekonomi politik dapat dipahami sebagai suatu metode dan
pendekatan atau suatu cara dan jalan bagi suatu ilmu pengetahuan sebagai alat analisis penelitian atau penyelidikan masalah –
masalah sosial, ekonomi, politik, budaya serta lingkungan hidup manusia.
3. Ekonomi politik dapat dipahami sebagai kajian dari berbagai
peristiwa, fakta, fenomena, dan gejala yang ditimbulkan oleh efek kebijaksanaan public strategy pemerintah dalam berbagai aspek
yang langsung berkaitan dengan proses hubungan dimensial antara negara, rakyat, dan lingkungan hidupnya.
24
Selain mengenai utang luar negeri dalam pembahasan teori ekonomi ini erat kaitannya dengan pembangunan ekonomi melalui kondisi politik.
Pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keadaan ekonomi menyebabkan perubahan – perubahan politik yang terjadi dalam sebuah
negara. Indikator – indikator yang mencerminkan pembangunan ekonomi dipilih
berdasarkan beberapa pertimbangan : sifat universalitas dari indikator yang biasa dipakai di pelbagai negara ; tersedianya data ekonomi tentang indikator tersebut
dalam kedua periode yang dipilih ; dan akhirnya relevansi indikator tersebut pada sistem ekonomi di Indonesia.
25
F.3. Teori Kebijakan
Indikator ini kemudian dipergunakan oleh menilai apakah sebuah negara mampu bertumbuh secara ekonomi atau tidak yang
mengakibatkan negara tersebut digolongkan ke dalam sebuah indikator politik tertentu. Pembangunan ekonomi dan perubahan politik merupakan hal yang kerap
kali dijelaskan dalam teori ekonomi politik.
F3.1. Konsep Dan Pengertian Kebijakan
Pada penelitian ini yang mengambil rentan waktu pada masa Orde Baru bisa dilihat bahwa peran pemerintah dalam keadaan tersebut sangatlah dominan
terutama yang berkaitan dengan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dan sering mengalami neraca
24
Yanuar Ikbar, Ekonomi Politik Internasional 2, Bandung, Refika Aditama, 2007, hal. 7.
25
Albert Wijaya, Budaya Politik dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta, LP3ES, 1982, hal. 160.
ekonomi yang defisit merupakan negara yang selama ini dikenal sebagai negara dengan jumlah pinjaman luar negeri yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat
melalui semakin meningkatnya jumlah pinjaman terhadap luar negeri guna menutupi defisit neraca anggaran pemerintah Indonesia.
Kebijakan – kebijakan yang dilakukan pemerintah dominan sekali terlihat melalui peran Indonesia dalam menghadapi masalah – masalah pembangunan
pada saat itu. Kebijakan, menurut Titmuss, senantiasa berorientasi kepada masalah problem-oriented dan berorientasi kepada tindakan action-oriented
dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat
secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu.
26
Kebijakan policy adalah sebuah instrumen pemerintahan yang tidak saja diartikan sebagai
‘government’ menyangkut aparatur negara tetapi juga ‘governance’ yang menyangkut pengelolaan sumber daya publik.
Aturan atau peraturan tersebut secara sederhana kita pahami sebagai kebijakan publik, jadi kebijakan publik ini dapat kita artikan suatu hukum. Aturan
ataupun kebijakan ketika sudah menjadi sebuah hukum yang harus ditaati maka peran kontrol dari lembaga pemerintahan juga mutlak harus dijalankan.
Ketika suatu isu yang menyangkut kepentingan bersama dipandang perlu untuk diatur maka formulasi isu tersebut menjadi kebijakan publik yang harus
dilakukan dan disusun serta disepakati oleh para pejabat yang berwenang. Ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan menjadi suatu kebijakan publik; apakah
menjadi Undang-Undang, apakah menjadi Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden termasuk Peraturan Daerah maka kebijakan publik tersebut berubah
menjadi hukum yang harus ditaati. Dari penjelasan di atas maka dapat disebutkan bahwa keputusan
pemerintah merupakan kebijakan publik. Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai apa yang dilakukan pemerintah, bagaimana mengerjakannya, mengapa
26
Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik, Bandung, Alfabeta, 2008, hal. 7.
perlu dikerjakan dan perbedaan apa yang dibuat. Dye seperti yang dikutip Winarno, berpandangan lebih luas dalam merumuskan pengertian kebijakan yaitu,
sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu whatever governments choose to do or not to do
27
Pemerintah memiliki alasan mengapa suatu kebijakan harus dilakukan dan
apakah manfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi pertimbangan yang holistik agar kebijakan tersebut mengandung manfaat yang besar bagi warganya
dan berdampak kecil dan sebaiknya tidak menimbulkan persoalan yang merugikan. Kemudian disinilah pemerintah harus memperhatikan aspek – aspek
yang dimiliki masyarakat dan negaranya dalam menetapkan suatu kebijakan. Karakteristik masalah publik yang harus diatasi selain bersifat
interdependensi dan juga bersifat dinamis, sehingga pemecahan masalahnya memerlukan pendekatan holistik holistic approach yaitu pendekatan yang
memandang masalah sebagai kegiatan dari keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan atau diukur secara terpisah dari yang faktor lainnya.
James E. Anderson secara lebih jelas menyatakan bahwa yang dimaksud kebijakan adalah kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-
pejabat pemerintah. Pengertian ini, menurutnya, berimplikasi: 1bahwa kebijakan selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang berorientasi pada
tujuan, 2bahwa kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah, 3bahwa kebijakan merupakan apa yang benar-benar
dilakukan oleh pemerintah, 4bahwa kebijakan bisa bersifat positif dalam arti merupakan beberapa bentuk tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentu
atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu, 5bahwa kebijakan, dalam arti positif, didasarkan pada
peraturan perundang-undangan dan bersifat memaksa otoritatif
28
27
Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta, Media Presindo, 2002, hal. 25.
28
James E. Anderson, Public Policy Making, New York: Holt, Rinehart and Winston, 1984, cet. ke-3, hal. 3.
F.3.2. Analisis Kebijakan
Penjelasan mengenai definisi kebijakan di atas merupakan sebuah uraian dari bagaimana proses – proses munculnya sebuah kebijakan. Selain itu, pada
penjelasan konsep kebijakan sebelumnya kita dapat mengetahui siapa atau lembaga – lembaga mana yang bekerja untuk menciptakan sebuah kerangka
kebijakan untuk selanjutnya dirangkai sedemikian rupa dan menghasilkan sebuah kebijakan.
Dalam pengertian yang lebih rinci kemudian, analisis kebijakan dijelaskan sebagai sebuah proses dalam menguraikan sebuah kebijakan. Kegiatan
menguraikan ini dapat dikatakan untuk mencari inti ataupun detail dari sebuah kebijakan sehingga kita dapat menguraikan keterangan bagaimana sebuah
kebijakan tersebut dibuat. Melakukan analisis terhadap sebuah kebijakan merupakan salah satu cara
agar kita mengerti langkah ataupun dasar – dasar dari sebuah kebijakan tersebut dirancang. Dalam penelitian ini misalnya, analisis terhadap Kepmenperindag
nomor 402 tahun 1997 dilakukan untuk menggali kembali alasan atau penyebab yang mempengaruhi kebijakan tersebut diambil.
Selain itu melalui penjelasan analisis jugalah kita dapat mengidentifikasi sebuah kebijakan. Identifikasi tersebut kemudian membantu kita dalam hal
pengelompokan kebijakan tersebut. Apakah termasuk ke dalam kebijakan ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya. Analisis kebijakan memberikan sebuah
penjelasan ataupun pengertian yang mendalam terhadap sebuah kebijakan. Carl W. Patton dan David S. Savicky, menjelaskan bahwa analisis
kebijakan adalah tindakan yang diperlukan untuk dibuatnya sebuah kebijakan, baik kebijakan yang baru sama sekali, atau kebijakan yang baru sebagai
konsekuensi dari kebijakan yang ada.
29
29
Riant Nugroho, Kebijakan Publik Formulasi , Implementasi, dan Evaluasi, Jakarta : Elex Media Komputindo, 2003, hal. 88.
Informasi kebijakan yang kita peroleh melalui langkah menganalisis paling tidak membantu kita menilai kebijakan
tersebut secara mendalam sehingga kita dapat membuat revisi – revisi yang diperlukan jika kita ingin merubah kebijakan tersebut.
Analisis kebijakan dapat diharapkan untuk menghasilkan informasi dan argumen – argumen yang masuk akal mengenai tiga macam pertanyaan yaitu
30
1. :
2. Nilai yang pencapaiannya merupakan tolak ukur utama yang melihat
apakah masalah telah teratasi.
3. Fakta yang keberadaanya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian
nilai – nilai, dan Tindakan yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaian nilai – nilai.
Penjelasan yang tertuang dalam analisis kebijakan diharapkan mampu memberikan keterangan ataupun informasi yang menyeluruh sehingga dengan
mudah mengidentifikasi kebijakan tersebut. Pencapaian, fakta, ataupun tindakan penerapan memberikan gambaran apakah suatu kebijakan tersebut cocok ataupun
telah berhasil dilaksanakan. Sebagai sebuah objek yang dianalisis, isi dan proses kebijakan menjadi
sebuah studi yang sepertinya tidak dapat dipisahkan. Analisis studi kebijakan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
31
1. :
2. Analisis untuk kebijakan analysis for policy, yaitu analisis isi kebijakan
dalam rangka perumusan kebijakan policy formulation. Analisis dari kebijakan analysis of policy, yaitu analisis isi kebijakan
dalam tahap pelaksanaan kebijakan policy implementation dalam rangka evaluasi kebijakan policy evaluation.
30
William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2000, hal. 97.
Dalam menganalisis kebijakan seharusnya kita dapat menilai dimulai dari substansi yang dibahas dalam kebijakan tersebut untuk kemudian dianalisis lagi
31
Erman Aminullah, Analisis Kebijakan Pendekatan, Metode, Dan Teknik Analisis, Warta Pengelolaan LITBANG Pengembangan IPTEK, Vol.8, No.20, 1997, hal. 6.
apakah pelaksanaan dari kebijakan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan isi kebijakannya. Selain itu, pengamat juga mampu menjelaskan isu – isu yang
menyertai munculnya sebuah kebijakan melalui analisis yang mendalam tersebut.
F3.3. Proses Pembuatan Kebijakan
Proses pembuatan kebijakan dapat dimulai dengan menganalisis sebuah masalah yang harus diselesaikan melalui pembuatan kebijakan. Mengamati
sebuah masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam kebijakan menjadikan sebuah kebijakan menjadi tepat sasaran ataupun tidak menyimpang dari
pemecahan permasalahan yang diinginkan pada awalnya. Kegiatan dalam proses pembuatan kebijakan biasanya berkaitan dengan
bagian politik dikarenakan lembaga – lembaga politik sangat sering bersinggungan dengan proses ini. Ruang lingkup dari proses pembuatan kebijakan
tidak serta merta hanya menjadi bagian politik karena kebijakan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan yang ingin dicapai melalui kebijakan. Akan tetapi,
biasanya proses pembuatan kebijakan tidak akan beranjak jauh dari kegiatan politik.
Proses pembuatan kebijakan ditunjukkan melalui serangkaian tahap yang saling bergantung satu dengan yang lain yang diatur menurut sesuai dengan urutan
waktu : penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Proses – proses inilah kemudian menjadi
rangkaian kritis yang mengantarkan pembuatan kebijakan menjadi bisa diterima dan dilaksanakan oleh semua kalangan dalam jangka waktu yang sesuai dengan
kondisi serta dalam lingkungan yang berbeda. Akan tetapi dalam cakupan masalah yang sama.
Penggunaan sumber daya yang mengerti akan sebuah masalah yang ingin diselesaikan melalui kebijakan seharusnya mampu mengefektifkan proses
pembuatan kebijakan juga. Pembuatan kebijakan merupakan proses sosial yang dinamis dengan proses intelektual yang lekat didalamnya.
32
32
Winarno, Op.Cit, hal. 68.
F.3.4. Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pembuatan Kebijakan
Dalam perumusan kebijakan paling tidak terdapat enam faktor yang dianggap strategis yang biasanya mempengaruhi. Dianggap strategis karena faktor
– faktor inilah yang sangat dasar dominan yang sering digunakan dalam pembuatan kebijakan. Faktor – faktor tersebut adalah :
Sebuah kebijakan tentu saja merupakan sebuah hal yang dapat menjawab masalah yang dihasilkan oleh sebuah keadaan. Perumusan masalah sebelum
tahapan pembuatan kebijakan tentu saja akan melahirkan sebuah kebijakan yang kondisional ataupun sesuai dengan masalah yang ingin diselesaikan.
a. Faktor politik, faktor ini perlu dipertimbangkan dalam perumusan suatu
kebijakan, karena dalam perumusan suatu kebijakan diperlukan dukungan dari berbagai aktor kebijakan policy actors, baik aktor – aktor dari
pemerintah maupun dari kalangan bukan pemerintah LSM, asosiasi profesi, media massa, dan lain – lain
b. Faktor ekonomi finansial, faktor inipun perlu dipertimbangkan terutama
apabila kebijakan tersebut akan mengunakan atau menyerap dana yang cukup besar atau akan berpengaruh pada situasi ekonomi dalam suatu
daerah.
c. Faktor administratif organisatoris, faktor ini perlu dipertimbangkan
terutama dalam pelaksanaan kebijakan apakah benar – benar akan didukung oleh kemampuan administratif yang memadai, atau apakah
sudah ada organisasi yang akan melaksanakan kebijakan itu.
d. Faktor teknologi, dalam perumusan kebijakan perlu mempertimbangkan
teknologi yaitu apakah teknologi yang ada dapat mendukung apabila kebijakan tersebut diimplementasikan.
e. Faktor sosial, budaya, dan agama. Faktor ini berkaitan dengan kondisi di
sekitar pelaksanaan penerapan kebijakan agar tidak menimbulkan benturan sosial, budaya ataupun agama.
f. Faktor pertahanan dan keamanan. Faktor ini berpengaruh dalam
perumusan kebijakan, misalnya apakah kebijakan yang akan dikeluarkan tidak menggangu stabilitas keamanan suatu daerah.
33
33
diakses dari http:stialan.ac.idartikel20hamka.pdf
, hal. 5, pada tanggal 19 September 2012 pukul 20.26.
G. Metode Penelitian