Indonesia Pada Era Orde Baru

kebijakan sebelumnya yang cenderung menutup akses masuknya pengaruh asing baik yang berasal dari sektor swasta ataupun pemerintah. Pemerintah membuka akses yang selama ini tertutup untuk jalan masuk bagi asing. Berbagai produk kebijakan yang dipengaruhi oleh syarat – syarat yang diberlakukan IMF akhirnya disahkan dan menjadi pedoman pemerintah dalam melaksanakan kegiatan ekonominya. Tentu saja hal ini merupakan pengaruh yang sangat kuat akan kepentingan IMF.

B. Indonesia Pada Era Orde Baru

Presiden Suharto ketika menjalankan pemerintahannya pada 22 Februari 1967 memang telah melakukan banyak perubahan undang – undang ataupun paket kebijakan yang sebelumnya telah dibuat oleh mantan presiden Sukarno. Salah satu perubahan yang dibuat adalah dengan mengeluarkan paket kebijakan Tap MPRS RI Nomor XIIMPRS1966 tentang Penegasan Kembali Landasan Kebijaksanaan Politik Luar Negeri Republik Indonesia. Kebijakan tersebut dianggap menjadi salah satu gaya berpolitik presiden Suharto pada saat itu dimana memang secara langsung presiden tersebut menegaskan bahwa Indonesia bukanlah negara yang tertutup terhadap berbagai kerjasama organisasi internasional. Indonesia ingin meninggalkan gaya berpolitik presiden sebelumnya yang cenderung lebih menunjukkan kerjasama G to G dan menutup akses kerjasama dengan organisasi internasional pada saat itu. Yang perlu dikaji adalah apa motivasi presiden Suhato sebenarnya dalam membuka kerjasama dan menjadikan negara Indonesia pada saat itu menjadi anggota dari beberapa organisasi. Bahkan, di bawah pemerintahan presiden Suharto jugalah Indonesia menjadi pelopor kerjasama organisasi ASEAN pada wakti itu dipelopori oleh 5 negara. Menteri Luar Negeri pada saat itu dijabat oleh Adam Malik menjadi utusan dari negara Indonesia dan dikenal sebagai tokoh pendiri dari ASEAN. Presiden Suharto juga mengangkat para pejabat seperti wakil presiden, menteri – menteri yang memiliki kecakapan di bidang diplomasi. Presiden menginginkan agar pejabat yang berada di bawah kepemimpinannya dapat mendukung program pemerintahannya terutama dalam memulai pemerintahan yang ingin melaksanakan sistem politik yang cenderung liberal. Suharto tidak sembarang menentukan orang – orangnya di pemerintahan dengan melihat latarbelakang para pejabatnya itu pada masa pemerintahan presiden Sukarno sebelumnya. Suharto melalui ideologi pembangunannya berusaha untuk melanggengkan apa yang menjadi visi dan tujuan dari presiden ini. Dia menginginkan perubahan sebesar – besarnya dan perbaikan dalam berbagai struktur ekonomi Indonesia. Suharto berharap pada akhirnya Indonesia dapat lebih dikenal di dunia internasional melalui pembangunan ataupun percepatan model pembangunan ekonomi yang memang selama ini sedikit mandeg di bawah pemerintahan Sukarno yang lebih dikenal dengan isu – isu pembangunan politik. Indonesia telah melakukan pinjaman atas luar negeri sudah dimulai sejak masa pemerintahan Sukarno hingga saat ini. Pemerintah merasa perlu untuk melakukan kebijakan ini demi menunjang dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada masa orla, kebijakan pinjaman dilakukan untuk menutupi defisit anggaran selain dengan mencetak uang baru dan menurunkan nilai uang. Kebijakan uang tersebutlah yang disinyalir mengakibatkan inflasi yang tinggi pada masa pemerintahan presiden Sukarno. Setelah jatuhnya pemerintahan orde lama, pada sekitar tahun 1967 pemerintah mulai melakukan kembali utang terhadap luar negeri dan dalam tempo 6 tahun kemudian, akumulasi utang luar negeri pemerintah meningkat per tahunnya. Hal ini dikarenakan kecenderungan pemerintah pada saat itu untuk melakukan pinjaman dalam pelaksaaan proyek – proyek pembangunan. Pada masa Orde Baru, Presiden Soeharto menggunakan konsep pembangunan yang mengadopsi model pembangunan Rostow dalam menjalankan kebijakan ekonominya. Teori Rostow mengasumsikan sikap manusia tradisional dianggap sebagai masalah, dan development akan berjalan dengan baik jika melalui akumulasi modal dan bantuan luar negeri. 60 B.1. Keadaan Politik dan Ekonomi Indonesia Pada Era Orde Baru Model pembangunan yang dilakukan Suharto memang pada akhirnya membuat negara Indonesia mau tidak mau harus melakukan kerjasama terhadap organisasi – organisasi internasional terutama yang memiliki tujuan untuk membantu pembangunan sebuah negara seperti IMF. Dengan mengetahui bagaimana keadaan ekonomi yang terjadi pada masa pemerintahan Orde Baru maka akan lebih jelas mengenai apa yang menjadi kepentingan Indonesia atas IMF. Pertumbuhan di bidang ekonomi tentu saja memperlihatkan kita keadaan negara apakah mengalami surplus ataupun defisit sehingga kita dapat mengindikasikan bahwa negara memang perlu melakukan kerjasama dengan IMF. Di awal pemerintahan Orde Baru, program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha – usaha untuk mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok masyarakat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan pemerintah. Masa – masa pergantian dari pemerintahan Sukarno kepada Suharto merupakan polemik yang cukup besar diakibatkan permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh pemerintah Suharto. 60 Islamika, “Neo – Liberalis Jalan Menuju Kesejahteraan ?”, diakses dari Pemerintah di bawah Soeharto mewarisi keadaan ekonomi yang sudah hampir ambruk. Utang luar negeri Indonesia berjumlah 24 juta, laju inflasi mencapai 20 – 30 sebulan, http:blog.umy.ac.idislamika20101226E2809Cneo-liberalisme-jalan-menuju- kesejahteraanE2809D , pada tanggal 21 Oktober 2012 pukul 8.18. infrastruktur berantakan, kapasitas produksi sektor – sektor industri dan ekspor sangat merosot dan pengawasan atas anggaran serta penarikan pajak sudah tidak berfungsi lagi. Pemerintahan Suharto memutuskan untuk menerapkan tiga langkah pembangunan ekonomi berikut pada masa awal pemerintahannya. Langkah – langkah tersebut adalah : Pertama , menjadwalkan kembali pelunasan utang luar negeri sebagai langkah awal untuk mengembalikan kepercayaan pihak luar negeri. Kedua , mengendalikan inflasi yang tak terkontrol melalui program impor komoditi besar-besaran yang dibiayai oleh pinjaman – pinjaman hasil re – negoisasi. Ketiga , mengundang investasi sebesar – besarnya, terutama investasi asing, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. 61 Pemerintah pada saat itu meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi karena suntikan modal dari lembaga pendonor dan teknologi akan berimbas secara spontan ke seluruh lapisan 1. masyarakat. Pembangunan di bidang infrastruktur akan menciptakan lapangan pekerjaan dan teknologi sebagai bidang yang harus dikendalikan manusia merupakan sarana menciptakan lapangan pekerjaan yang sebesar – besarnya untuk masyarakat. Selain itu, pemerintahan Suharto dikenal dengan konsep trilogi pembangunannya yaitu : 2. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 3. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 61 Diakses dari “ Untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang disebutkan sebelumnya, pemerintahan Suharto pada awalnya juga kerap kali melakukan perubahan kebijakan yang berdampak kepada program rehabilitasi terhadap pengalaman hiperinflasi yang terjadi pada tahun 1962 – 1966 karena pemerintah mengalami defisit keuangan. Program stabilisasi diperkenalkan pada tahun http:www.scribd.comdoc59531683Pola-Kebijakan-Ekonomi-Orde-BaruPeriode- Oktober-1965-Sampai-Maret-1966-Adalah-Periode-Yang-Penuh-Dengan-Ketidak-Pastian “, pada tanggal 21 Oktober 2012 pukul 20.00. 1966 terdiri kebijakan fiskal dan kredit, dan pertukaran keuangan dan reformasi perdagangan. 62 Tentu saja langkah ini dapat menambah pemasukan kas negara serta mampu mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor penting dalam perekonomian di Indonesia. Keadaan politik pada awal masa pemerintahan Suharto tentu saja banyak dipengaruhi oleh kegiatan – kegiatan untuk melakukan diplomasi dengan negara – negara yang dianggap sebagai Blok Barat tentunya guna mendapatkan bantuan – bantuan ataupun simpati terhadap kepemimpinan Suharto. Setelah sebelumnya Sukarno lebih mengutamakan kerjasama dengan pemerintahan – pemerintahan Uni Soviet dan Cina. Suharto juga mulai menata ulang kebijakan – kebijakan politik terutama yang berkaitan dengan kerjasama dengan lembaga – lembaga multilateral asing. Suharto seperti yang diketahui melalui para menteri ataupun diplomat – diplomat yang diangkatnya membuka jalan bagi sektor swasta asing untuk membantu gerakan pertumbuhan ekonomi yang sebelumnya memang telah direncanakan Suharto. Masuknya Indonesia ke lembaga – lembaga internasional jelas adalah salah satu hal yang perlu disoroti. Hal ini dikarenakan lembaga ini sifatnya yang terdiri dari beberapa negara anggota dan tak jarang negara maju sebagai pengawas ataupun penggerak dari organisasi tersebut. Bahwa adanya intervensi dari suatu negara perlu juga menjadi bahan kajian. Konstalasi politik yang terjadi dunia memang mengharuskan negara – negara terbagi atas blok – blok yang telah dibuat oleh aktor utama dari perang dingin tersebut. Melalui lembaga – lembaga kerjasama multilateral juga sebuah blik dapat melakukan intervensi terhadap sebuah negara. Terkait dengan kepentingan AS untuk menjaga dominasi hegemoninya pasca Perang Dingin, penggunaan lembaga multilateral sangat mungkin terjadi. 63 62 Mary Sutton, Op. Cit., hal. 9 terjemahan Terlihat dengan bagaimana pola kerjasama multilateral itu selanjutnya akan dibangun. 63 Indra Ismawan, Op.Cit., hal. 56. Indonesia pada saat itu lebih terlihat menjalin kerjasama dengan negara – negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Inggris guna mendapatkan bantuan terhadap pembangunan. Pada masa Orde Baru, stabilisasi politik dimaksudkan untuk menjaga kelancaran pembangunan nasional. Usaha – usaha untuk menciptakan stabilisasi politik adalah dengan mengurangi secara besar – besaran pengaruh – pengaruh komunis dan sisa – sisa pemerintahan Presiden Sukarno dalam semua lembaga – lembaga politik yang disusun dan diangkat oleh Suharto sendiri secara langsung. Hal ini bertujuan agar Presiden Suharto dapat melaksanakan apa yang menjadi program – program kerjanya tanpa ada pihak yang menjadi kontrol yang justru mengganggu stabilitas politik tersebut. 1. Kebijakan yang dinilai sangat berpengaruh terutama dalam permasalahan politik Indonesia pada awal pemerintahan Suharto adalah disahkannya TAP MPRS No. XX1966 dimana dalam kebijakan ini terdapat perumusan konsensus nasional yang berisikan sebagai berikut : 2. Penyederhanaan partai politik. 3. Indoktrinasi ideologi Pancasila secara murni yang tertuang dalam P4 Pedoman Penghayatan Pengalaman Pancasila Dwifungsi ABRI, terutama dalam fungsi stabilisator dan dinamisator negara. Hal – hal inilah kemudian yang dijalankan oleh pemerintahan Suharto untuk mengurangi pengaruh dari pemerintahan Sukarno sebelumnya. B.2. Masuknya IMF Pada Pemerintahan Era Orde Baru Masa kepemimpinan Presiden Suharto ditandai dengan dikeluarkannya Supersemar yang berisikan pengalihan pimpinan kekuasaan dari Presiden Sukarno terhadap Suharto yang pada saat itu menjabat sebagai salah satu pimpinan angkatan darat Indonesia. Suharto akhirnya diangkat sebagai presiden kedua Indonesia menggantikan Sukarno dan inilah sebagai awal mula dari pemerintahan Orde Baru di Indonesia. Pemerintahan Orde Baru dikenal sebagai pemerintahan yang sangat disenangi oleh pimpinan – pimpinan negara Barat karena dianggap sebagai pemerintah yang terbuka terhadap kerjasama dengan asing khususnya kawasan Eropa dan Amerika Serikat. Sejak setelah dikeluarkannya Tap MPRS RI Nomor XIIMPRS1966 tentang Penegasan Kembali Landasan Kebijaksanaan Politik Luar Negeri Republik Indonesia, negara menjadi sebuah kawasan lalu lintas kerjasama internasional. Pada saat pemerintahan presiden Sukarno sebenarnya Indonesia telah sempat memutuskan untuk tidak bekerjasama lagi dengan IMF. Hal ini dengan tegas dilakukan Sukarno melalui penetapan UU No. 1 1966 tentang Penarikan Diri Republik Indonesia dari Keanggotaan Dana Moneter Internasional IMF dan Bank Internasional Untuk Rekonstruksi Pembangunan IBRD. Pasal – pasal yang mengenai masalah ini yaitu : Pasal 1 1 Republik Indonesia menarik diri dari keanggotaan Dana Moneter International dan Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan mulai 17 Agustus 1965. 2 Undang-undang No. 5 Tahun 1954 tentang keanggotaan Republik Indonesia pada Dana Moneter Internasional dan Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan dengan ini dicabut. Pasal 2 Menteri Koordinator Kompartemen Luar NegeriMenteri Luar Negeri dan Hubungan Ekonomi Luar Negeri diberi kuasa untuk menyatakan tentang penarikan diri Republik Indonesia dari keanggotaan kedua Badan tersebut dalam pasal 1 ayat 1 diatas. 64 Sukarno menghendaki agar pemerintah Indonesia mengelola sendiri perekonomiannya secara mandiri serta tidak bergantung kepada bantuan – bantuan yang ditawarkan oleh lembaga pendonor asing. Sukarno menjadikan Bank Indonesia sebagai bank sentral untuk mengawasi dan menjalankan perekonomian demi kepentingan masyarakat banyak. 64 Diakses melalui http:www.dpr.go.iduuuu1966UU_1966_1.pdf pada tanggal 22 Oktober 2012 pukul 12.40. Akan tetapi, setelah melemahnya pemerintahan Sukarno setelah terjadinya pemberontakan yang menelan korban para jenderal angkatan darat, serta meningkatnya inflasi pada saat itu maka Presiden Sukarno terpaksa menandatangani undang – undang yang baru serta mundur dari jabatannya sebagai presiden Indonesia. Presiden menandatangani UU 81966 tentang Keanggotaan Republik Indonesia Dalam Bank Pembangunan Asia ADB. 65 Sebuah kenyataan yang bertolak belakang dengan kebijakan yang sebelumnya telah disahkan oleh presiden Sukarno. Melalui undang – undang inilah kemudian sebagai cikal bakal dari pemerintah Indonesia membuka peluang kerjasama dengan organisasi keuangan internasional. Presiden Suharto muncul sebagai sosok yang ingin merubah arah politik dan ekonomi Indonesia pada awalnya. Segera setelah dia diangkat menjadi presiden, Suharto menunjuk Prof. Widjoyo Nitisastro untuk menata sistem ekonomi Indonesia yang baru, yang sesuai dengan konsep pembangunan di bidang ekonomi yang diinginkan oleh presiden Suharto. Suharto benar – benar menginginkan adanya sebuah perubahan secara menyeluruh dalam perekonomian yang sedang mengalami kemerosotan pada saat itu. Presiden membuat kesepakatan untuk m en golah hasil kekayaan bum i Indonesia serta ekonom i Indonesia secara global kepada internasional. Indonesia melalui Hamengkubuwono IX dan Adam Malik untuk menghadiri Konferensi Tokyo pada tahun 1967. Konferensi mengeluarkan pernyataan tentang program ekonomi yang lengkap yang dibawakan oleh kedua utusan dari Indonesia tersebut. Pernyataan itu mengusulkan APBN yang berimbang, kebijakan kredit yang dikelola dengan baik, tempat yang layak untuk kekuatan pasar, dan penciptaan kaitan yang tepat antara ekonomi dalam dan luar negeri melalui nilai tukar yang realistis. 66 65 Diakses melaui Berbagai program tersebut disampaikan oleh mereka ketika ingin meyakinkan IMF dan negara – http:hukum.unsrat.ac.iduuuu1966_8.pdf pada tanggal 22 Oktober 2012 pukul 12.57 66 Mohammad Arsyad Anwar,dkk, Esai Dari 27 Negara Tentang Widjojo Nitisastro: Penghargaan Dari Para Tokoh , Jakarta, PT. Kompas Media Nusantara, 2010, hal. 142. negara pendonor lainnya dengan kesiapan Indonesia dalam menyambut kedatangan kelompok asing yang ingin membantu Indonesia. Ketika itu pejabat IMF tertarik dengan pernyataan yang disampaikan oleh kedua delegasi Indonesia tersebut. Sementara itu, IMF juga memberikan tim khusus untuk memantu keadaan perekonomian Indonesia. Setelah kedua belah pihak sepakat, pada akhirnya Indonesia memperoleh bantuan berupa Stand – By Arrangements dari mereka. 67 Perjanjian ini berupa pinjaman jangka pendek yang diberikan oleh IMF untuk menyelesaikan permasalahan utang – utang yang ditinggalkan presiden Sukarno. Perjanjian ini tentu saja berisikan syarat – syarat kondisionalitas yang ditetapkan oleh IMF. Pemerintahan Orde Baru tentu saja telah benar menunjukkan keinginan mereka untuk bekerjasama dengan IMF sehingga terkadang isu tentang naiknya pemerintahan Orde Baru diboncengi juga oleh kepentingan asing terutama negara Barat. Indonesia merupakan sebuah kawasan yang sangat strategis dalam pengeloaan sumber daya alamnya serta masyarakat yang dapat dijadikan sebagai tenaga kerja dalam proses industrialisasi yang ingin dilakukan dalam pembangunan ekonomi. Melalui program REPELITA yang pada saat itu telah direncanakan oleh pemerintah Orde Baru tentu saja memerlukan pendanaan yang cukup besar serta mengharuskan masuknya investasi asing dalam kegiatan tersebut. Proyek – proyek yang dikerjakan oleh pemerintah pada masa orde Baru memang menjadi sasaran empuk bagi investor – investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. B.3. Kesepakatan Pemerintah Indonesia Pada Awal Masuk IMF Pada Era Orde Baru Pemerintahan Suharto yang telah menjalin kerjasama dengan IMF pada 67 Harinowo, Op. Cit., hal. 31. saat itu pada akhirnya harus mengikuti segala syarat yang telah ditentukan oleh organisasi. Secara terbuka Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa negara ini sangat mendukung program – program luar negeri yang diberlakukan oleh IMF dan negara – negara anggotanya. Indonesia juga secara terbuka menginginkan negara – negara Barat memfokuskan bantuan kepada pembangunan yang direncanakan Indonesia. Hanya dalam waktu yang singkat pada akhirnya IMF mencairkan bantuan untuk Indonesia. Hibah sebesar USD 174 juta dikatakan bertujuan untuk mengangkat Indonesia dari keterpurukan ekonomi. 68 Dalam waktu kurang dari setahun kemudian sejak tahun 1967, IMF memberikan kembali bantuan kepada Indonesia dalam program restrukturisasi utang sebesar 534 juta. Utang tersebut diberikan setelah Indonesia mematuhi sebagian syarat dari IMF yang salah satunya berupa pengesahan Undang – Undang Penanaman Modal Asing. IMF pada saat itu memberlakukan pinjaman jangka pendek terhadap Indonesia dimana batas peminjaman adalah pada tahun 1971 dan Indonesia diharuskan untuk membayarkan secara teratur bunga dari seluruh total pinjaman Indonesia. Lewat berbagai perundingan, terutama pertemuan Paris Club, disepakati moratorium utang sampai dengan tahun 1971 untuk pembayaran cicilan pokok sebagian besar utang. 69 Presiden Suharto yang tentu saja sepakat dengan keputusan yang dihasilkan pada Paris Club dan kemudian menandatangani persetujuan tersebut. 68 Diakses melalui Pada awal kerjasamanya, semua utang baru itu bisa dikatakan sebagai pinjaman yang diberikan oleh IMF ataupun negara – negara lain dengan syarat yang diberlakukan adalah syarat lunak. Ada jenis pinjaman yang biasa disebut bantuan program, yang terdiri dari bantuan devisa kredit dan bantuan pangan. Hal ini biasanya diberikan oleh negara- negara maju kepada negara berkembang yang mungkin sedang mengalami bencana ataupun negara yang sedang berusaha untuk membangun negaranya pasca kemerdekaan. Bantuan http:galerikemenkeulib.blogspot.com201207kmb-dan-utang-indonesia.html pada tanggal 13 November 2012 pukul 9.22. 69 Ibid ., program ini berbentuk devisa tunai atau hak untuk memperoleh sejumlah komoditi yang ditentukan oleh negara kreditur. Adapula bantuan proyek, yang pada dasarnya adalah utang bagi pembagunan proyek tertentu dengan syarat-syarat pelunasan yang lunak. Hal ini dikarenakan pinjaman dalam bentuk ini sifatnya pasti dalam jangka panjang dan berkala mengingat pembangunan dalam sebuah negara tentu saja dilaksanakan secara kontiniu. Bahkan, ada dana berbentuk sumbangan atau hibah yang berfungsi sebagai ”dana pendamping” dari utangnya sehingga negara debitur tertarik untuk melakukan pinjaman. Setelah Indonesia benar – benar melakukan apa yang telah disahkan mengingat pada saat UUPMA Nomor 1 Tahun 1967, maka secara langsung Indonesia menjadi pasar yang terbuka bagi investor – investor asing untuk menjalankan usaha mereka apalagi jika usaha tersebut berkenaan langsung dengan model pembangunan Indonesia. Kesepakatan pemerintah RI – IMF berdampak sangat penting terhadap upaya untuk membongkar struktur monopoli oligopoli. 70 Monopoli yang terjadi dalam hal ini adalah monopoli yang dilakukan oleh swasta dengan seluas – luasnya atas pengesahan dari negara. Menyerahkan dinamika perekonomian pada mekanisme pasar seperti yang dilakukan oleh Indonesia pada awal melakukan kesepakatan dengan IMF tentu saja akan berdampak langsung terhadap masyarakat itu sendiri. Masyarakat tentu saja akan mengalami ketidaksiapan mengingat pada saat itu sebenarnya Indonesia mengalami ketidakstabilan dalam bidang politik dan ekonomi. Hal ini memicu terjadi guncangan dalam masyarakat terutama ketika masyarakat harus dihadapkan dengan keadaan masuknya asing ke perekonomian Indonesia. 70 Indra Ismawan, Di Bawah Cengkraman IMF : Peran IMF Dalam Krisis Ekonomi di Indonesia, Solo : Pondok Edukasi, 2002, hal. 103. Pada saat pemerintahan Soeharto mulai menerima bantuan utang luar negeri dan beberapa tahun setelahnya, perkembangan wacana keuangan internasional memang sedang kondusif. Dunia yang pada saat itu diwakili oleh kekuatan – kekuatan kapitalis sedang mengalami suatu keadaan yang memungkinkan mereka untuk melakukan ekspansi ekonomi terhadap negara – negara berkembang. Selain yang dinyatakan sebagai dimensi kemanusiaan, serta keterkaitan dengan masalah perebutan pengaruh politik Blok Barat dan Blok Komunis, konsep dan praktik keuangan internasional memang tengah marak mengembangkan berbagai bentuk bantuan ataupun utang luar negeri. Ada dua pemicu utama dari sisi wacana keuangan dan perekonomian dunia. Pertama adalah upaya bagi banyak negara maju untuk merestukturisasi sekaligus mengembangkan industri pengolahannya, yang berlangsung mulai era 1960-an. Negara – negara industri seperti Amerika tentu saja harus mulai untuk membangun pengolahan yang sebelumnya sempat terbengkalai akibat Perang Dunia Kedua. Yang menjadi pertimbangan ataupun hal yang harus dipikirkan oleh negara industri dalam jangka waktu yang panjang adalah suplai sumber energi, bahan baku, pemindahan sebagian tahap produksi, sampai kepada penetrasi pasar yang menjamin adanya mekanisme pasar yang stabil. BAB III Kedua, mulai ada kelebihan likuiditas pada lembaga keuangan internasional, yang kemudian mendapat momentum lanjutan dari meningkatnya harga dolar Amerika yang menjadi patokan dalam nilai tukar pada saat itu akibat kenaikan harga minyak sejak awal 70 – an. Selain disimpan pada bank dan lembaga keuangan komersial, dolar dari negara- negara produsen minyak ini juga bisa diakses oleh IMF. Maka pada saat itu IMF dan negara maju tersebut sepakat untuk memberikan bantuan kepada negara berkembang yang sifatnya akan menguntungkan satu sama lain. PENGARUH DANA MONETER INTERNASIONAL DALAM KEBIJAKAN EKONOMI POLITIK INDONESIA PADA ERA ORDE BARU

A. Kebijakan IMF Letter of Intent LoI Tahun 1997 Yang Berkaitan

Dokumen yang terkait

Peranan Sistem Informasi Akuntansi Bagi Manajemen Dalam Pengambilan Keputusan Pada Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara

4 38 76

Pengaruh Dana Moneter Internasional (IMF) Dalam Kebijakan Ekonomi Politik Indonesia Pada Era Orde Baru (Studi Kasus Pada Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 402 tahun 1997 Tentang Ketentuan Perizinan Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan

5 118 95

Ekonomi Cina Dan Politik Luar Negeri Indonesia (Studi Kasus : Pengaruh Kebangkitan Ekonomi Cina Terhadap Orientasi Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pada Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono)

4 86 151

Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil Dan Menengah Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Karo (Studi pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo)

39 304 119

Peranan Hukum Kontrak Internasional Dalam Era Perdagangan Bebas

3 65 8

Format Politik Orde Baru dan Kebijakan Fusi Partai Politik Tahun 1973

0 12 14

Peran Negara Dalam Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional (Studi Kasus Gugatan Perdagangan Rokok Indonesia Terhadap Australia Melalui World Trade Organization)

4 40 0

Upaya Hukum Tentang Keberatan Atas Putusan BPSK Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No 350/MPP/KEP/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang BPSK, Dihubungkan Dengan Praktek

2 23 37

Impelentasi Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Di Lingkungan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan kabupaten Cirebon

0 12 74

Pengaruh Koordinasi dan Implementasi Kebijakan Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Subang

0 8 1