Pengaruh Dana Moneter Internasional (IMF) Dalam Kebijakan Ekonomi Politik Indonesia Pada Era Orde Baru (Studi Kasus Pada Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 402 tahun 1997 Tentang Ketentuan Perizinan Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan

(1)

PENGARUH DANA MONETER INTERNASIONAL (IMF)

DALAM KEBIJAKAN EKONOMI POLITIK INDONESIA

PADA ERA ORDE BARU

(Studi Kasus Pada Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 402 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Perizinan Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing)

Oleh :

080906029

Astri Natalia Manurung

Dosen Pembimbing : Drs. Tonny P. Situmorang, Msi. Dosen Pembaca : Prof. Subhilhar, Ph. D.

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ABSTRAK

Pengaruh Dana Moneter Internasional (IMF) Dalam Kebijakan Ekonomi Politik Indonesia Pada Era Orde Baru (Studi Kasus Pada Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 402 tahun 1997 Tentang Ketentuan Perizinan Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing)

Nama : Astri Natalia Manurung

NIM : 080906029

Departemen : Ilmu Politik

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Tonny P. Situmorang, Msi.

IMF sebagai sebuah organisasi internasional tentu memiliki peranan dan tujuan bagi Indonesia dalam membantu perekonomiannya yang pada era pemerintahan Orde Baru mengalami krisis. IMF membantu dengan syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh pemerintah Indonesia sesuai dengan aturan yang berlaku dalam organisasi tersebut. Syarat tersebut pada akhirnya berkaitan dengan kebijakan ekonomi politik Indonesia. Kepmenperindag No. 402 Tahun 1997 tentang Ketentuan Perizinan Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing merupakan kebijakan yang dibuat atas pengaruh dari syarat LoI yang diberlakukan oleh IMF terhadap Indonesia.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan analisis data kualitatif yang fokus terhadap masalah yang berkaitan dengan proses pembuatan kebijakan dan isi kebijakan sebagaimana adanya secara menyeluruh dan diikuti dengan melakukan analisa dan interpretasi dari masalah tersebut. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu melalui studi pustaka (library research) dengan mengumpulkan sumber – sumber / bahan antara lain dari buku, artikel koran, dan penelusuran internet.

Dalam Kepmenperindag No. 402 Tahun 1997 terdapat pasal yang berkaitan langsung dengan syarat yang ditentukan mengenai investasi dan perdagangan asing di Indonesia. Pemerintah harus memberikan ruang bagi perusahaan asing untuk melaksanakan kegiatan usahanya di Indonesia yang jelas merupakan bukan sebagai kepentingan dari IMF namun negara yang turut dalam kompetisi ekonomi di dunia serta membuka jalan bagi mekanisme ekonomi pasar bebas bagi industri di Indonesia.

Kata Kunci : Dana Moneter Internasional, Kebijakan Ekonomi Politik, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 402/ 1997


(3)

ABSTRACT

The Influence of International Monetary Fund on Economic and Political Policy in New Era Orde in Indonesia ( Case Study of Industry and Trade Decrees No. 402/1997 about Terms of Licensing Business Reprensentatives of Foreign Trades)

Name : Astri Natalia Manurung

NIM : 080906029

Department : Political Science

Faculty : Faculty of Social Studies and Political Science Preseptor : Drs. Tonny P. Situmorang, Msi.

As an International organization, IMF would have a role and a purpose for Indonesia to help the economic crisis in the era of the new order government. IMF helped with condition that must be fulfilled by the government of Indonesia in a accordance with the rules applicable in the organization. The terms eventually related to the politics economic policy in Indonesia. The policy of Kepmenperindag no. 402/1997 on bussines licensing provisions of foreign trade reprensentatives is a policy made on the influence of the LoI conditions imposed by IMF.

The form of this research is a descriptive research with the qualitative data analysis that focus on issues related to the process of policy making and the content of the policy as its thorougly and followed by analysis and interpretation of the issues. Collected data in this research are through library research to gather sources and materials include from books, newspaper article, and the internet browsing.

In Kepmenperindag no. 402/1997 there were articles that directly related to the specified conditions on investment and foreign trade in Indonesia. The government should provide the space for foreign companies to carry out its bussines activities in Indonesia which clearly is as not the importance of IMF but also the countries in the economic competition of the world and paved the way for the free – market economic mechanism for the industry in Indonesia.

Key note : International Monetary Fund, Economic Politic Policy, The Decree of Minister of Industry and Trade no: 402/1997


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas berkat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa karena penulis diberikan waktu, pikiran, kesehatan, dan kekuatan mental sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dengan judul skripsi “ Pengaruh Dana Moneter Internasional Dalam Kebijakan Ekonomi Politik Indonesia Pada Era Orde Baru (Studi Kasus Pada Kepmenperindag Nomor 402 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Perizinan Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing)’’. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ilmu Politik pada Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman menulis. Maka dengan kerendahan hati penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang membangun guna perbaikan di masa akan datang.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini,dengan secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Badaruddin,M.si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. T. Irmayani, M.si, selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Antonius Sitepu , selaku sekertaris Departemen ilmu Politik

FISIP USU.

4. Bapak Drs. Tonny P. Situmorang, Msi. , selaku dosen pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu dan tenaga membimbing penulis serta member dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Seluruh staf pegawai Departemen Ilmu Politik FISIP USU yang


(5)

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan, bimbingan dan jasa-jasanya hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Medan, 16 Januari 2013


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ABSTRACT

KATA PENGANTAR

Halaman BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……….. ….……… 1

B. Perumusan Masalah ………. 9

C. Pembatasan Masalah ………... 9

D. Tujuan Penelitian ………... 10

E. Manfaat Penelitian ………... 10

F. Kerangka Teori ………...…... 11

F.1. Teori Organisasi Internasional……….…... 11

1.E.1. Teori Ekonomi Politik……… 15

1.E.2. Teori Kebijakan………... 20

F.3.1. Konsep Dan Pengertian Kebijakan………...…. 20

F.3.2. Analisis Kebijakan………... 23

F3.3. Proses Pembuatan Kebijakan……… 25

F.3.4.Faktor Yang Mempengaruhi Dalam G. Metode Penelitian ……… 27

Pembuatan Kebijakan…... 26

G.1. Jenis Penelitian……….……....……… 28

G.2. Teknik Pengumpulan Data ………. 28

G.3. Teknik Analisis Data ………... 29


(7)

BAB II. DESKRIPTIF IMF DAN INDONESIA

A. IMF Sebagai Organisasi Internasional………... 31

A.1.Sejarah Terbentuknya IMF dan

Perkembangannya Sampai Saat Ini…... 34 A.2. Letter Of Intent Sebagai Prasyarat Sebagai Anggota IMF…… 40 A.3. IMF dan Kepentingannya Sebagai Organisasi Internasional…… 44

B. Indonesia Pada Era Orde Baru……… 49

B.1. Keadaan Politik dan Ekonomi Indonesia Pada Era Orde Baru…. 51 B.2. Masuknya IMF Pada Pemerintahan Orde Baru……… 55 B.3. Kesepakatan Pemerintah Indonesia

Pada Awal Masuk IMF Pada Era Orde Baru……… 58

BAB III PENGARUH DANA MONETER INTERNASIONAL DALAM KEBIJAKAN EKONOMI POLITIK INDONESIA PADA ERA ORDE BARU

A. Kebijakan IMF Atau Letter Of Intent (LoI) Tahun 1997

Yang Berkaitan Dengan Kebijakan Ekonomi Politik Indonesia… 61 B. Pengaruh LoI IMF Tahun 1997 Dalam Kebijakan Ekonomi Politik

Indonesia Pada Era Orde Baru (Pada Kepmenperindag No. 402 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Perizinan Usaha Perwakilan

Perusahaan Dagang Asing)……… 70

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan……… 81

B. Saran……… 82


(8)

ABSTRAK

Pengaruh Dana Moneter Internasional (IMF) Dalam Kebijakan Ekonomi Politik Indonesia Pada Era Orde Baru (Studi Kasus Pada Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 402 tahun 1997 Tentang Ketentuan Perizinan Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing)

Nama : Astri Natalia Manurung

NIM : 080906029

Departemen : Ilmu Politik

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Tonny P. Situmorang, Msi.

IMF sebagai sebuah organisasi internasional tentu memiliki peranan dan tujuan bagi Indonesia dalam membantu perekonomiannya yang pada era pemerintahan Orde Baru mengalami krisis. IMF membantu dengan syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh pemerintah Indonesia sesuai dengan aturan yang berlaku dalam organisasi tersebut. Syarat tersebut pada akhirnya berkaitan dengan kebijakan ekonomi politik Indonesia. Kepmenperindag No. 402 Tahun 1997 tentang Ketentuan Perizinan Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing merupakan kebijakan yang dibuat atas pengaruh dari syarat LoI yang diberlakukan oleh IMF terhadap Indonesia.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan analisis data kualitatif yang fokus terhadap masalah yang berkaitan dengan proses pembuatan kebijakan dan isi kebijakan sebagaimana adanya secara menyeluruh dan diikuti dengan melakukan analisa dan interpretasi dari masalah tersebut. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu melalui studi pustaka (library research) dengan mengumpulkan sumber – sumber / bahan antara lain dari buku, artikel koran, dan penelusuran internet.

Dalam Kepmenperindag No. 402 Tahun 1997 terdapat pasal yang berkaitan langsung dengan syarat yang ditentukan mengenai investasi dan perdagangan asing di Indonesia. Pemerintah harus memberikan ruang bagi perusahaan asing untuk melaksanakan kegiatan usahanya di Indonesia yang jelas merupakan bukan sebagai kepentingan dari IMF namun negara yang turut dalam kompetisi ekonomi di dunia serta membuka jalan bagi mekanisme ekonomi pasar bebas bagi industri di Indonesia.

Kata Kunci : Dana Moneter Internasional, Kebijakan Ekonomi Politik, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 402/ 1997


(9)

ABSTRACT

The Influence of International Monetary Fund on Economic and Political Policy in New Era Orde in Indonesia ( Case Study of Industry and Trade Decrees No. 402/1997 about Terms of Licensing Business Reprensentatives of Foreign Trades)

Name : Astri Natalia Manurung

NIM : 080906029

Department : Political Science

Faculty : Faculty of Social Studies and Political Science Preseptor : Drs. Tonny P. Situmorang, Msi.

As an International organization, IMF would have a role and a purpose for Indonesia to help the economic crisis in the era of the new order government. IMF helped with condition that must be fulfilled by the government of Indonesia in a accordance with the rules applicable in the organization. The terms eventually related to the politics economic policy in Indonesia. The policy of Kepmenperindag no. 402/1997 on bussines licensing provisions of foreign trade reprensentatives is a policy made on the influence of the LoI conditions imposed by IMF.

The form of this research is a descriptive research with the qualitative data analysis that focus on issues related to the process of policy making and the content of the policy as its thorougly and followed by analysis and interpretation of the issues. Collected data in this research are through library research to gather sources and materials include from books, newspaper article, and the internet browsing.

In Kepmenperindag no. 402/1997 there were articles that directly related to the specified conditions on investment and foreign trade in Indonesia. The government should provide the space for foreign companies to carry out its bussines activities in Indonesia which clearly is as not the importance of IMF but also the countries in the economic competition of the world and paved the way for the free – market economic mechanism for the industry in Indonesia.

Key note : International Monetary Fund, Economic Politic Policy, The Decree of Minister of Industry and Trade no: 402/1997


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ide awal dari penelitian ini adalah seputar bagaimana sebuah negara mengalami pertumbuhan dan perubahan sejak mereka bergabung dalam organisasi Dana Moneter Internasional ( IMF) yang seperti diketahui bahwa organisasi ini merupakan organisasi keuangan terbesar di dunia yang memberikan pengaruh secara ekonomi maupun politik terhadap negara yang menjadi anggotanya. Indonesia sebagai sebuah negara yang sejak awal kemerdekaannya merupakan sebuah negara yang memulai segala aktivitas ekonomi dan politik dimulai dari sebuah pembangunan di bidang politik pada zaman Sukarno dan berubah kemudian menjadi sebuah pembangunan ekonomi setelah naiknya presiden Suharto.

Setelah kejatuhan presiden Sukarno pada tahun 1966, Suharto mulai mengubah kiblat politik Indonesia yang selama masa presiden Sukarno disinyalir bahwa Indonesia lebih terpengaruh kepada politik negara – negara Uni Soviet, Cina, dsb. Terlihat melalui beberapa kerjasama di bidang politik ataupun militer yang dibangun presiden Sukarno pada pemerintahan komunis tersebut pada saat itu meskipun Sukarno juga menjadi cikal bakal Gerakan Non Blok yang beranggotakan negara – negara Asia Afrika yang belum merdeka.

Akan tetapi, Presiden Suharto memiliki anggapan ataupun tehnik membangun pemerintahan yang cenderung berbeda dengan presiden Sukarno. Suharto menilai bahwa perkembangan politik akan mengikut kemana arah pertumbuhan ekonomi itu menuju, apakah bertumbuh, stagnan, atau justru malah tidak bertumbuh. Suharto memperkenalkan arah baru dengan membalikkan urutan prioritas Sukarno, yang menempatkan politik di depan ekonomi.1

1 Michael Leifer diterjemahkan oleh Ramlan Surbakti, Politik Luar Negeri Indonesia, Jakarta, P.T. Gramedia,

Anggota Ikapi, 1986, hal. 163.


(11)

demikian Suharto menjadikan dasar ekonomi sebagai alat untuk mencapai tujuan politiknya dan bersiap untuk membuka diri kepada negara – negara ataupun bantuan dari organisasi asing untuk mencapai tujuan politiknya yang dinyatakan sebagai kepentingan nasional tersebut.

Sebagai suatu organisasi yang beranggotakan negara yang berdaulat penuh ( sovereign country ), IMF tidak bisa begitu saja masuk ke suatu negara untuk membantu mereka tanpa ada permintaaan pemerintah yang bersangkutan. 2 Presiden Suharto yang memang pada saat itu sangat menginginkan agar pengelolaan sumber daya alam Indonesia dibantu oleh perusahaan – perusahaan asing lalu menunjuk Hamengkubuwono IX untuk menghadiri Konferensi Tokyo yang juga dihadiri oleh beberapa Negara Barat seperti Jerman, Inggris, Belanda, Australia dan Jepang serta IMF. Dalam konferensi inilah kemudian untuk pertama kali Indonesia bergabung kembali dengan organisasi IMF pada tahun 1967.3

Yang menarik dalam kajian penelitian ini adalah bukan hanya sekedar perubahan yang terjadi di bidang ekonomi jika sebuah negara masuk menjadi anggota dari organisasi IMF tersebut melainkan juga beberapa persyaratan yang berkaitan dengan tata pelaksanaan sebuah kebijakan dalam sebuah negara yang harus dipatuhi oleh para negara anggota dari organisasi ini. Pengalaman seperti yang dirasakan oleh Meksiko merupakan contoh bahwa ketika sebuah negara menjadi anggota IMF maka secara langsung negara tersebut harus mengikuti persyaratan yang diberlakukan oleh organisasi tersebut. IMF yang memperoleh kritik sewaktu penanganan krisis Meksiko merasa panas- dingin melihat proses memburuknya perekonomian negara tersebut, yang dikhawatirkan akan membawa dampak lanjutan ( contagion ) ke negara – negara lain.

4

2 Cyrillus Harinowo, IMF Penanganan Krisis & Indonesia Pasca – IMF, Jakarta, P.T. Gramedia Pustaka

Utama, 2004, hal. 30.

IMF dengan kata lain mampu mempengaruhi kebijakan baik secara ekonomi maupun secara politik

3 Ech - Wan, “Sejarah BUMN, IMF-World dan Privatisasi di Indonesia (2),

”, Nusantara News, diakses dari


(12)

terhadap negara anggotanya terutama negara – negara yang meminjam ( seterusnya disebut sebagai negara kreditur )

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dan sering mengalami neraca ekonomi yang defisit merupakan negara yang selama ini dikenal sebagai negara dengan jumlah pinjaman luar negeri yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat melalui semakin meningkatnya jumlah pinjaman terhadap luar negeri guna menutupi defisit neraca anggaran pemerintah Indonesia. Kegiatan utang luar negeri ini semakin sering dilakukan mengingat terus bertambahnya jumlah utang luar negeri Indonesia dari masa pemerintahan yang satu ke masa pemerintahan lainnya baik pinjaman jangka pendek maupun pinjaman jangka panjang yang proses pengembaliannya akan memakan waktu yang sangat lama. Pemerintah Indonesia sepertinya mengalami efek kecanduan dalam melakukan pinjaman luar negeri yang digunakan untuk menutupi fiskal APBN dan tanpa disadari bahwa pembayaran kewajiban tersebut sebenarnya akan lebih memberatkan pemerintah. Di samping pembayaran pinjaman, pemerintah juga harus membayar bunga pinjaman yang kadang bisa melebihi besarnya pokok pinjaman.

Pada sekitar periode awal tahun 70 – 90an isu – isu ekonomi politik yang didengungkan adalah tentang masalah liberalisasi ekonomi, terutama dalam sektor keuangan maupun deregulasi sektor industri dan sektor perdagangan. Ciri – ciri dari pola pembangunan seperti itu antara lain adalah : pembangunan dari atas ( development from above ) investasi swasta maupun publik dilakukan dengan bantuan luar negeri dan mengundang modal asing, administrasi dilakukan secara teknokratis, mengejar pertumbuhan ekonomi, membuka diri kepada pengaruh dunia luar atau mengintegrasikan diri dengan sistem ekonomi dunia, (terutama dunia kapitalis ) dan sistem politiknya dibentuk dalam rangka mendukung rezim pembangunan yang dipimpin oleh pemerintah tanpa sistem oposisi.5

5 M. Dawam Rahardjo, Esei – Esesi Ekonomi Politik, Jakarta, Penerbit LP3ES, 1982, hal. 162.

Dengan kata lain pola pembangunan Indonesia memang ditekankan kepada model


(13)

pertumbuhan ekonomi dimana peranan pemerintah menjadi sangat dominan terutama yang berkaitan untuk meningkatkan pertumbuhan.

Jika dilihat melalui pendekatan ekonomi, indikator pertumbuhan ekonomi sebuah negara dapat dilihat dari jumlah pendapatan nasional (GNP) perkapita. Apabila indikator pertumbuhan sebuah negara menunjukkan angka positif maka jumlah pendapatan per kapita negara tersebut juga akan lebih tinggi. Dalam hal ini berarti tingkat pertumbuhan pendapatan nasional harus lebih tinggi dibanding tingkat pertumbuhan penduduk. Dan sebaliknya, jika indikator pertumbuhan ekonomi sebuah negara negatif maka pendapatan nasional (GNP) perkapita juga akan menurun. Ini berarti tingkat pertumbuhan pendapatan nasional lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan penduduk.

Dalam keadaan indikator pertumbuhan ekonomi yang negatif, maka sebuah negara diharapkan mampu menyeimbangkan angka pertumbuhan sehingga kegiatan ekonomi negara tersebut juga dapat dilakukan. Kegiatan menutupi defisit pemertintah ini dapat dilakukan melalui penerbitan obligasi dalam negeri, menaikkan pajak, ataupun melakukan utang luar negeri. Negara – negara yang mempunyai masalah dengan neraca pembangunannya cenderung lebih sering melakukan utang luar negeri. Hal ini dikarenakan terdapatnya lembaga – lembaga peminjaman ataupun negara – negara yang bersedia memberikan bantuan baik yang bersifat pinjaman ataupun bantuan sukarela. Salah satu badan atau lembaga dunia yang memang mengurusi soal pinjaman luar negeri adalah IMF dan beberapa organisasi keuangan dunia lainnya.

Dalam hal ini melakukan pinjaman luar negeri bukanlah merupakan hal yang dilarang ataupun dihindari lagi. Sebuah negara yang memang memiliki permasalahan dalam hal pembangunan ekonomi dan tidak mampu secara mandiri menyelesaikan masalah tersebut berhak untuk meminta bantuan terhadap luar negeri. Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah prasyarat ataupun syarat – syarat yang harus sebelumnya dianalisis terlebih dahulu jika kita membuka kerjasama dengan lembaga bantuan tersebut. Seperti kasus yang terjadi ketika kita Indonesia langsung meminta bantuan kepada IMF adalah negara harus merevisi


(14)

beberapa undang – undang yang telah dibuat oleh presiden Sukarno terutama mengenai hubungan kerjasama dengan IMF.

Setelah sebelumnya Indonesia menarik diri dari IMF dan IBRD ini melalui Suharto menjadi mandataris utama pemerintahan pada tahun 1966. Muncullah Tap MPRS RI Nomor XII/MPRS/1966 tentang Penegasan Kembali Landasan Kebijaksanaan Politik Luar Negeri Republik Indonesia yang membuka hubungan yang luas dengan Amerika cs.6 Hal ini mengindikasikan bahwa ada motifasi selain motifasi ekonomi dalam sebuah bantuan luar negeri. Menurut Basri dan Subri ( 2003 ), ada dua hal yang memotivasi mengalirnya bantuan luar negeri ke negara – negara berkembang, yaitu motivasi politik dan motivasi ekonomi.7 Dapat dilihat melalui pembuatan paket kebijakan luar negeri Indonesia setelah Suharto mengumumkan Supersemar pada Juli 1966, keluarlah Tap MPRS RI Nomor XXIII/MPRS/1966

Bantuan luar negeri diberikan dalam rangka mempercepat proses pembangunan. Kemudian nantinya akan menghasilkan tambahan tabungan dalam negeri sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan yang memungkinkan lembaga dan korporasi asing mendapat akses yang tertentu dengan kuantitas yang besar.

8

Suharto sendiri pada akhirnya meyakini bahwa hibah yang pada saat awal penjalanan pemerintahannya mampu ‘menyelamatkan’ Indonesia dan mampu membangkitkan gairah perekonomian di Indonesia. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dan sering mengalami neraca ekonomi yang defisit merupakan negara yang selama ini dikenal sebagai negara dengan jumlah

Dalam hal ini seharusnya Indonesia yang pada masa pemerintahan Suharto mengalami sebuah transisi baik di bidang ekonomi maupun politik melakukan pembenahan di bidang pembangunan ekonomi.

6 Ech – Wan, Loc. Cit., Sejarah BUMN, IMF-World dan Privatisasi di Indonesia (2) 7 Deliarnov, Ekonomi Politik, Jakarta, Penerbit Erlangga, 2006, hal. 183.

8 Zulkarnain Djamin, Pinjaman Luar Negeri Serta Prosedur Administratif Dalam Pembiayaan Proyek


(15)

pinjaman luar negeri yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat melalui semakin meningkatnya jumlah pinjaman terhadap luar negeri guna menutupi defisit neraca anggaran pemerintah Indonesia.

Selain itu pula, ada yang menganggap bahwa Presiden Suharto merupakan presiden yang dianggap Amerika Serikat mampu mengubah arah politik Indonesia. Jika kembali pada keadaan Indonesia sekitar tahun 60 – an kita dapat melihat gejolak yang terjadi pada saat itu. Dimana presiden Sukarno pada akhirnya ‘dipaksa’ untuk turun karena dianggap lebih senang melakukan kerjasama dengan negara – negara komunis. Dijelaskan dalam beberapa penelitian mengenai transisi dari Masa Orde Lama ke Orde Baru bahwa terjadi konspirasi atas ditetapkannya Jenderal Suharto untuk menggantikan presiden Sukarno.

IMF yang merupakan organisasi dibawah PBB dan Amerika Serikat menjadi negara pendonornya diharapkan mampu membantu negara Indonesia dbawah kepemimpinan rezim Suharto. Hal ini menyangkut sebagai masalah politik dan moral yang harus dilaksanakan presiden Suharto dalam pendapat beberapa kalangan. Di beberapa negara, bantuan dipandang oleh negara pemberi bantuan maupun negara penerima sebagai pemberian dukungan politis kepada suatu rezim untuk menekan pihak oposisi dan agar dapat tetap berkuasa.9

Presiden Suharto pada akhirnya membuka ruang bagi Amerika Serikat melalui beberapa organisasi Internasional yang pada saat itu IMF menjadi salah satu pilihan untuk membantu perekonomian Indonesia, masuk dan melakukan intervensi terhadap pembangunan negara Indonesia. Presiden Suharto tidak mampu melepaskan diri dari keharusan untuk tidak mengikuti kontrak – kontrak baik di bidang ekonomi maupun politik dengan organisasi keuangan tersebut. IMF dengan senang hati membuka dan memberikan negara Indonesia bantuan dengan tentu saja ada beberapa ketentuan yang harus dilaksanakan Indonesia. Penelitian ini kemudian melihat bahwa tentu saja kerjasama Indonesia dengan IMF


(16)

merupakan tidak murni hanya sebuah kerjasama di bidang ekonomi melainkan ada motivasi politik yang disertakan dalam kerjasama tersebut.

Ketergantungan Indonesia dengan IMF ataupun lembaga peminjaman lainnya telah berhasil menempatkan Indonesia pada jeratan atau perangkap perkonomian internasional. Mengingat bahwa sejauh ini keadaan perekonomian negara Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh gejala – gejala ekonomi yang terjadi di dunia internasional. Pada awal kerjasama Indonesia dengan IMF misalnya Indonesia cukup terbantu dengan pinjaman finansial yang diberikan oleh IMF disaat Indonesia akan mengalami kebangkrutan ekonomi pemerintah Orde Baru pada saat itu.

Demikian juga, pengembangan statistik dan analisis fiskal, serta persiapan bagi pengambilan kebijakan di sisi fiskal merupakan the hallmark dari lembaga tersebut.10

Kaitan antara IMF dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah merupakan suatu pendapat yang perlu diteliti lebih lanjut mengenai keterkaitan antar keduanya. Banyak kalangan menilai bahwa kehadiran IMF di tengah – tengah permasalah ekonomi yang melanda suatu negara pada akhirnya akan membuat rasa ketergantungan tersebut terhadap IMF tanpa hasil yang akan secara langsung dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Bantuan dari IMF hanya bersifat sementara inti dari permasalahan ekonomi yang mungkin saja belum dimengerti pemerintah menjadi pintu masuk bagi IMF dan berhasil menguasai Bantuan dari IMF dirasa mampu membangkitkan Indonesia dari keterpurukan ekonomi yang pada saat itu melanda Indonesia akibat dari gejolak politik yang terjadi pada masa transisi tersebut. Presiden Suharto memang seperti harus membuka diri bagi bantuan asing seluas – luasnya untuk menjaga stabilitas dari pemerintahannya dan mau tidak mau harus mematuhi segala bentuk perjanjian yang telah disepakati dengan organisasi tersebut.


(17)

perekonomian di Indonesia. Dana IMF hanya mempunyai arti meredakan situasi dalam jangka pendek.11

Selanjutnya kerjasama yang dilakukan dengan IMF tidak akan menyebabkan industri dan perekonomian Indonesia semakin stabil. Ketika barang – barang hasil pabrik Indonesia harus berkompetisi dengan barang – barang hasil pabrikan luar negeri dengan barang yang sama maka sudah barang tentu hasil pabrikan Indonesia memiliki kualitas yang tidak sama dengan barang luar negeri. Atau jika kualitas barang Indonesia lebih baik maka kuantitas yang dihasilkan oleh barang Indonesia tidak sebanyak barang yang dihasilkan perusahaan luar negeri. Pemerintah mengabaikan masyarakat Indonesia ketika bekerjasama dengan IMF dan berusaha untuk memberika ruang bagi asing untuk masuk ke Indonesia.

Sumber daya manusia menjadi permasalahan utama yang menyebabkan Indonesia seperti tidak siap untuk menghadapi masuknya pengaruh – pengaruh yang diberikan oleh perekonomian Barat ke Indonesia. Inilah alasan yang menyebabkan banyak ekonom dengan nada kesal dan marah mengatakan bahwa IMF akan mendikte Indonesia, bahwa ikut campur IMF adalah penjajahan, dan sebagainya.12

Hal inilah yang menjadi alasan mendasar dari penelitian di bawah ini. Pengaruh serta syarat yang dibuat oleh IMF apakah langsung menyangkut kepada perekonomian secara makro dan mikro serta kebijakan – kebijakan yang dibuat oleh pemerintah langsung berkaitan dengan syarat tersebut. IMF dan pemerintah Penilaian dari beberapa kalangan ini menyebutkan ketika pemerintah bekerjasama dengan IMF maka hal utama yang harus dipenuhi oleh pemerintah adalah syarat LoI. Pemerintah harus dengan segala membuat kebijakan yang di dalamnya terdapat unsur – unsur yang telah dimodifikasi sesuai dengan permintaan IMF dalam syaratnya.

11 Kwik Kian Gie, 1998, Gonjang – Ganjing Ekonomi Indonesia : Badai Belum Akan Segera Berlalu, Jakarta,

PT Gramedia Pustaka Utama & STIE IBBI, hal. 60.


(18)

Indonesia melakukan kerjasama yang tentunya akan saling menguntungkan kedua belah pihak. Akan tetapi, terpengaruh dan menjadi pihak yang terkesan sedikit ‘tunduk’ merupakan sebuah kemungkinan yang dilihat benarkah kerjasama ini telah dilaksanakan sesuai prosedural dan tujuannya.

B. Perumusan Masalah

Arikunto menyatakan bahwa dalam suatu penelitian, agar dapat dilaksanakan dengan sebaik – baiknya peneliti haruslah merumuskan masalah dengan jelas.13

Bagaimana pengaruh IMF dalam kebijakan ekonomi politik Indonesia pada era Orde Baru dalam Kepmenperindag Nomor 402 Tahun 1997 tentang ketentuan perizinan usaha perwakilan perusahaan dagang asing?

Melalui latar belakang yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka dengan demikian permasalahan yang selanjutnya akan dibahas dalam pemaparan skripsi ini yaitu :

C. Pembatasan Masalah

Hal yang akan dibahas di dalam penelitian ini adalah pengaruh IMF dalam kebijakan ekonomi politik Indonesia pada era Orde Baru dengan fokus kajian pengaruh IMF pada kebijakan tentang ketentuan perizinan usaha perwakilan perusahaan dagang asing di Indonesia yang terdapat dalam Kepmenperindag Nomor 402 Tahun 1997.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah pernyataan mengenai apa yang hendak kita tuju dan capai dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk memberikan penjelasan sejauh mana IMF dapat mempengaruhi sistem kebijakan ekonomi politik di Indonesia pada masa Orde Baru.

13 Suharsimi, Arikunto, 2000, Prosedur Penelitian ; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Ke – 3, Jakarta, Rieneke


(19)

2. Untuk memahami pengaruh IMF dalam kebijakan ekonomi politik Indonesia dalam Kepmenperindag Nomor 402 tahun 1997 tentang ketentuan perizinan usaha perwakilan perusahaan dagang asing di Indonesia.

E. Manfaat Penelitian

Dalam sebuah penelitian selain terdapat tujuan penelitian, juga terdapat beberapa manfaat yang selanjutnya berguna daya terhadap orang banyak. Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara praktis, adalah sebagai masukan bagi penulis dalam usaha untuk mengetahui hasil – hasil kegiatan politik khususnya bidang pembuatan kebijakan ekonomi politik. dan juga memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program sarjana strata satu (S1) Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk mencari khasanah ilmiah dalam kaitan politik dan ekonomi serta melihat relevansi teori – teori yang telah dipelajari dengan kenyataan yang terjadi secara langsung.

3. Manfaat akademis, meliputi :

• Untuk memperluas pemahaman pengetahuan penulis mengenai pengaruh IMF dalam kebijakan ekonomi politik di Indonesia terutama ketika presiden Suharto menjabat sebagai presiden. Selain itu, penelitian ini bagi penulis dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis dan sebagai media bagi penulis untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah.

• Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan teori – teori ekonomi maupun teori politik yang tentu saja berkaitan dengan


(20)

masalah yang diteliti oleh penulis yakni teori tentang kebijakan ekonomi dan politik pasca IMF kembali lagi masuk ke Indonesia. Melalui pemamparan dari teori ini diharapkan mampu memberikan masukan pemikiran – pemikiran baru bagi para civitas akademika yang nantinya juga akan melakukan penelitian perihal pengaruh IMF dalam kebijakan politik dan

ekonomi Indonesia. F. Kerangka Teori

F.1. Teori Organisasi Internasional

Organisasi internasional merupakan sebuah wadah yang mampu menyatukan kepentingan – kepentingan nasional oleh sebuah negara dan dicoba untuk dijewantahkan ke dalam sebuah wadah hubungan bersama antar negara – negara tersebut. Jika ditinjau dari sejarah pertama kali, gagasan pemikiran organisasi internasional telah ada sejak zaman Yunani Kuno, dimana pada saat itu tengah berkembang sistem negara – kota di Yunani Kuno. Hal ini bisa dibuktikan dari tulisan Thuycides yang menulis tentang Perang Peloponesia (431-404 SM) antara Sparta dan Athena. Dalam beberapa tulisannya mengenai perang tersebut, digambarkan hal-hal seperti perundingan, perjanjian, aliansi, dan pola kerja sama, serta adanya ketergantungan untuk bertahan dari masing – masing bangsa untuk mempertahankan kepentingan bangsanya. Yang menjadi penting dari makna tulisan tersebut adalah cikal bakal dari hubungan diplomatik yang secara tidak langsung diperkenalkan dalam penyelesaian perang tersebut. Dapat dikatakan hal tersebut sebagai bentuk sederhana dari kerja sama internasional yang selalu dibutuhkan dalam organisasi internasional.

Organisasi internasional dalam kapasitasnya sebagai salah satu aktor dalam pergaulan internasional memegang peranan penting dalam dinamika


(21)

kehidupan antar negara-negara di dunia.14 Organisasi internasional menjadi wadah bagi negara-negara di dunia untuk menyalurkan aspirasi institusionalnya maupun wadah untuk membangun relasi yang lebih luas dengan negara-negara lain. Organisasi internasional dalam dinamikanya harus dibarengi dengan diberlakukannya peraturan-peraturan hukum yang lebih kita kenal sebagai hukum internasional agar tidak bergesekan dengan kepentingan negara atau komunitas lain dalam hubungan internasional tersebut.

Organisasi Internasional adalah pola kajian kerjasama yang melintasi batas – batas negara dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan – tujauan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antar sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda.15 Tujuan – tujuan yang dimaksudkan dalam hal ini berupa kepentingan nasional yang harus dibawa institusi negara ke dalam hubungannya dengan organisasi internasional tersebut.

Menurut Rudy, organisasi internasional memiliki peran yaitu wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta untuk mengurangi intensitas konflik antar sesama anggota.16

14 Natsir Asnawi , “Hukum Organisasi Internasional”, diakses dari

Wadah ini kemudian memiliki peran sebagai sarana perundingan untuk menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan dan ada kalanya bertindak sebagai lembaga yang mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan antara lain kegiatan yang berkaitan dengan masalah sosial, bantuan untuk pelestarian lingkungan hidup, ataupun kegiatan – kegiatan yang bekaitan dengan masalah yang dihadapi negara – negara yang tergabung dalam organisasi tersebut.

pukul 17.05.

15 T. May Rudy, Administrasi dan Organisasi Internasional, Bandung, Refika Aditama, 2005, hal 3. 16 Ibid., hal. 27.


(22)

Semakin berkembangnya tingkat interaksi di antara negara-negara serta individu, telah menghasilkan implikasi-implikasi yang sangat besar kaitannya dengan hubungan intenasional. Le Roy Bennet memprediksi penyebabnya dalam tulisannya yaitu,

“Since the states of the modern world must, in so many areas, cooperate, adjust, accommodate, and compromise to promote their common welfare, to solve problems not limited to national boundaries, and to lessen conflict, it is entirely logical for them to create elaborate agencies of international organization for these ends.”17

Yang dimaksudkan Bennet adalah ketika modernitas dari negara – negara merupakan sebuah keharusan, di banyak wilayah, kerja sama, penyesuaian, pengakomodasian, dan kompromi untuk memajukan kesejahteraan umum mereka dan untuk memecahkan masalah tidak terbatas pada batas-batas nasional. Serta pengurangan konflik sangatlah logis bagi negara – negara tersebut untuk menciptakan lembaga rumit organisasi internasional untuk tujuan ini

1. Organisasi ini bersifat permanen dan dijalankan fungsinya secara

berkelanjutan.

Dari pernyataan Bennet di atas, dapat dibuat beberapa karakteristik dari organisasi internasional, yaitu :

2. Keanggotaan dari organisasi ini bersifat sukarela sesuai dengan kebutuhan masing – masing negara dan anggotanya bersedia untuk memenuhi persyaratan.

3. Organisasi internasional memiliki instrumen – instrumen dasar dan pasti memiliki struktur, tujuan, dan metode dalam pengoperasiannya.

4. Organisasi internasional digunakan sebagai alat perundingan yang dapat menyelesaikan permasalahan hubungan antar anggotanya.

5. Organisasi internasional memiliki sekretariat tetap tempat dimana struktur organisasi tersebut bekerja.


(23)

Dengan kata lain, organisasi internasional dapat dilihat sebagai alat, yaitu alat untuk memperjuangkan kepentingan nasional negara anggotanya, dan sebagai proses, yaitu proses menuju integrasi di mana terbentuk unit politik baru yang merupakan fungsi dari unit-unit politik yang sebelumnya terpisah. Organisasi internasiona dalam penelitian ini yaitu organisasi IMF ( International Monetary Fund ) yang disebut juga sebagai Dana Moneter Internasional, memiliki arti penting karena negara-negara anggotanya pasti membutuhkan bantuan dari organisasi tersebut.

Suatu negara memasuki suatu organisasi internasional karena alasan-alasan tertentu, di antaranya alasan-alasan ekonomi, politik, dan keamanan. Keanggotaan suatu negara dalam organisasi internasional dapat menguntungkan negara tersebut secara ekonomis, misalnya pada keanggotaan IMF ini yang memungkinkan para anggotanya mendapatkan akses pada bantuan utang luar negeri secara berkelanjutan.

Munculnya organisasi ini pada sekitar tahun 1944 juga dapat kita lihat sebagai sebuah bentuk permasalahan bersama antar negara terutama ketika pada tahun 1929 terjadi depresi perekonomian global yang menyebabkan hancurnya perekonomian dunia pada saat itu. Hal ini kemudian membuat banyak negara untuk membangun kembali perekonomiannya dan memperkuat sistem perekonomian negaranya masing – masing.

Dalam hal ini, ekonomi politik merupakan sebuah perpaduan ilmu yang mempelajari bagaimana ekonomi dan politik dapat saling mempengaruhi ataupun sebaliknya. Pada dasarnya pelaksanaan dari sistem ekonomi oleh pemerintah tidak akan terlepas dari sikap politik pemerintahan tersebut. Konsep ekonomi pada dasarnya berkaitan dengan konsep – konsep politik misalnya bagaimana faktor dari industri, ataupun bagaimana sistem ekonomi dilaksanakan oleh pemerintahan. Jika dikaitkan antara konsep ekonomi dan politik maka dapat dikatakan bahwa ekonomi politik adalah kajian tentang relasi sosial, khususnya relasi kekuasaan, F.2. Kebijakan Ekonomi Politik di Indonesia


(24)

yang bersama – sama membentuk produksi, distribusi dan konsumsi sumber daya – sumber daya, termasuk sumber daya komunikasi.18

Politik dalam kajian terhadap penelitian ini menetukan alur bergerak dari kegiatan ekonomi dan mengarahkannya untuk mengikuti kepentingan – kepentingan kelompok mayoritas, pengunaan kekuasaan dalam bentuk yang sangat dominan pada suatu sistem ekonomi. Proses kontrol secara luas terkait dengan politik karena melibatkan relasi – relasi organisasi sosial dalam sebuah hubungan kelompok. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekonomi dan politik akan mempengaruhi satu dengan yang lain. Sumbangan dari masing –masing ilmu berupa gagasan, aliran pemikiran, dan juga teknik analisisnya. Ilmu ini maka akan berkaitan dengan perubahan – perubahan sosial yang dipengaruhi oleh kedua aspek ilmu tersebut.

Ekonomi politik biasanya dapat diartikan sebagai analisis menyeluruh terhadap proses – proses politik yang berkaitan dengan bidang ekonomi ataupun proses pengambilan kebijakan yang terkait dengan masalah ekonomi. Batasan lainya mengatakan bahwa ekonomi politik merupakan kajian sistematis terhadap hubungan antara proses ekonomi serta proses politik dalam pembuatan suatu undang – undang. Banyak lagi makna yang bisa diajukan terhadap antusiasme para ahli untuk mengembangkan instrumen analisis ekonomi politik terhadap suatu fenomena masyarakat, yang sebenarnya berada disuatu wilayah tetapi terpisahkan oleh kotak – kotak disiplin ilmu ekonomi dan ilmu politik.19

Ketika kita akan membahas masalah ekonomi maka biasanya hal tersebut akan terkait dengan kebijakan – kebijakan yang terkait dengan masalah politik. Kebijakan yang dibuat oleh lembaga – lembaga politik dalam pemerintahan pasti ada yang langsung bersinggungan dengan permasalahan ekonomi. Kajian dalam ekonomi politik yang menyeluruh lebih menggunakan analisis terhadap sistem

18 Vincent Mosco, “ Apa Itu Ekonomi – Politik Komunikasi? Definisi dan Karakteristik “, diakses dari

19 Prof. Didik J. Rachbani, 2002, Ekonomi Politik : Paradigma dan Teori Pilihan Publik, Jogjakarta, Penerbit


(25)

kekuasaan di dalam suatu negara, yang mungkin atau potensial memberikannya ruang kebebasan atau tidak terhadap bekerjanya mekanisme pasar. Hal ini menjadikan pemerintah sebagai pihak yang menentukan jalannya perekonomian baik dalam pelaksanaan ataupun kebijakannya. Negara memiliki kewenangan dan akses penuh untuk melakukan analisis terhadap jalannya mekanisme pasar serta memformulasikan sebuah kebijakan sesuai dengan analisis yang mereka lakukan. Selain itu, tindakan – tindakan dalam pengambilan keputusan harus sesuai dengan pertimbangan proses politik yang dilakukan oleh negara.

Penjelasan diatas misalnya dapat kita lihat pada Teori Keynesian tentang konsep pasar. Pada penganut mahzab Keynesian beranggapan bahwa jika regulasi pasar tidak diciptakan oleh negara pasti akan menyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap sumber daya produktif masyarakat tertentu. Berpijak pada hal inilah maka keynesian berpandangan bahwa dalam derajat tertentu menhendaki adanya peran negara dalam aktifitas ekonomi. 20 Tampak pada penjelasan teori di atas telah menelaah kontrol pemerintah sebagai variabel politik dalam membuat kebijakan – kebijakan pasar sebagai sebuah perangkat ekonomi.

Dibawah pemerintahan Orde Baru terdapat ketimpangan terhadap terlaksananya ekonomi politik. Institusi ini bersifat primitif karena aturan main untuk mendukung sistem sangat elitis dan tergantung pada perilaku elite yang berkuasa.21

20 Ahmad Erani Yustika,2009, Ekonomi Politik, Kajian Teoritis dan Kajian Empiris, Jogjakarta, Pustaka

Pelajar, hal. 31.

Masyarakat tidak mendapatkan akses untuk mengetahui informasi mengenai kegiatan – kegiatan perekonomian yang dilakukan oleh pemerintah. Perilaku ini secara bertahap menjadi sebuah lembaga, yang beperan menyelesaikan masalah, tetapi bias dan mengabaikan kepentingan – kepentingan kelompok kecil. Proses pengambilan keputusan masalah-masalah publik yang besar tidak terbuka termasuk di dalmnya pada pengambilan keputusan ekonomi makro, investasi dan lainnya. Masyarakat diberikan pemaparan yang sederhana


(26)

tentang hasil dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tanpa penjelasan yang dapat diterima oleh mereka.

Pada pembahasan teori kali ini maka teori ekonomi politik difokuskan kepada kebijakan dan utang luar negeri. Fenomena ini menjadikan studi ekonomi dan studi politik bersifat kausal ( sebab – akibat ) Dikatakan demikian karena dalam pembahasan utang luar negeri tentu saja negara memiliki peranan yang cukup besar. Otoritas negara sebagai lembaga yang terlegitimasi untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi dalam negeri menjadi salah satu objek penelitian dalam teori ini. Kebijakan ekonomi didasarkan pada upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan negara berusaha untuk mencari alternatif bantuan dalam membangun perekonomian negara.

Kwik Kian Gie juga menjelaskan bahwa ekonomi politik merupakan sebuah formula yang dapat dipergunakan dalam kaitan terhadap pembuatan kebijakan terhadap utang luar negeri. Kwik menjadikan negara sebagai fokus utama dalam pelaksanaan kontrol atas utang luar negeri sebuah negara. Dia juga meembahas secara tuntas kaitan politik dengan ekonomi yang berkaitan dengan kebijakan fiskal dan utang luar negeri Indonesia yang mengakibatkan krisis moneter dan berpengaruh terhadap kondisi sosial Indonesia pada saat itu. Kwik menjelaskan secara jelas bagaimana perubahan – perubahan yang terjadi di tengah – tengah masyarakat pada saat itu terutama ketika pemerintah mulai membuka diri terhadap bantuan luar negeri.

Kutipan pada pengantar bukunya yaitu “ The best government is the least government “ 22

22 Kwik Kian Gie, Kebijakan Ekonomi Politik dan Hilangnya Nalar, Jakarta, PT.Kompas Mediatama

Nusantara, 2009, hal. ix.

menjelaskan kepada kita bagaimana peranan pemerintah harus diminimalisir dalam sebuah hubungan internasional jika hal tersebut tidak mampu menjadikan permasalahan ataupun kepentingan masyarakat terlaksana. Dalam bukunya juga Kwik menilai bahwa pemerintah menjadi sosok yang sangat baik terhadap pengaturan mekanisme pasar tanpa memperhatikan kebutuhan


(27)

masyarakat Indonesia secara luas. Hal ini terletak pada penjelasannya mengenai BBM serta subsidinya.

Pemerintah melihat bagaimana pasar bekerja dalam bidang ekonomi. Pasar kemudian dipakai secara berlanjut oleh pemerintah secara berkelompok dan saling berkaitan sebagai instrumen politik yang paling tepat dalam rangka pembuatan kebijakan tersebut. Dan pemerintah dalam pelaksanaan kebijakannya menjadikan kontrol atas pasar menjadi dasar bagi para pelaku politik untuk member kesinambungan antara pelaku pasar baik sebagai produsen, distributor, ataupun konsumen sehingga kesempatan bagi masyarakat untuk tidak mendapatkan keuntungan yang merata dalam kegiatan ekonominya. Biasanya analisis ekonomi tidak pernah keluar dari lingkup mekanisme pasar dan analisis politik sulit menjangkau fenomena-fenomena ekonomi masyarakat.

Kebijakan – kebijakan politik yang dibuat pemerintah lahir dari pergolakan ekonomi yang terjadi di dunia. Dalam hal ini teori ekonomi politik menggambarkan dua bidang hubungan yang saling berkaitan atau bahkan dikaitkan antara suatu keadaan, kejadian, peristiwa, gejala, ataupun fenomena dalam dunia ekonomi maupun politik. Peran pemerintah dalam membuat sebuah kebijakan yang berkaitan dengan masalah utang luar negeri merupakan salah satu bidang yang menjadi pembahasan teori ekonomi politik.

23

Yang menjadi kriteria dari pengertian tentang ekonomi politik dapat diidentifikasikan dari beberapa pokok perhatian yakni :

Dalam penelitian yang terkait dengan maslah ekonomi politik ini ditunjukan secara langsung bagimana pasar berhubungan dengan negara, produsen, distributor ataupun konsumen melakukan interaksi langsung dengan pemerintah sebagai pembuat kebijakan.

1. Ekonomi Politik dapat dipahami sebagai suatu bidang pengetahuan dan / atau ilmu pengetahuan yang berhubungan antara disiplin ilmu ekonomi dan politik atau hanya merupakan perluasan konsep / teori daripada masing – masing disiplin ilmu tersebut atau pula hanya sebagai perspektif belaka.


(28)

2. Ekonomi politik dapat dipahami sebagai suatu metode dan pendekatan atau suatu cara dan jalan bagi suatu ilmu pengetahuan sebagai alat analisis penelitian atau penyelidikan masalah – masalah sosial, ekonomi, politik, budaya serta lingkungan hidup manusia.

3. Ekonomi politik dapat dipahami sebagai kajian dari berbagai peristiwa, fakta, fenomena, dan gejala yang ditimbulkan oleh efek kebijaksanaan ( public strategy ) pemerintah dalam berbagai aspek yang langsung berkaitan dengan proses hubungan dimensial antara negara, rakyat, dan lingkungan hidupnya.24

Selain mengenai utang luar negeri dalam pembahasan teori ekonomi ini erat kaitannya dengan pembangunan ekonomi melalui kondisi politik. Pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keadaan ekonomi menyebabkan perubahan – perubahan politik yang terjadi dalam sebuah negara.

Indikator – indikator yang mencerminkan pembangunan ekonomi dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan : sifat universalitas dari indikator yang biasa dipakai di pelbagai negara ; tersedianya data ekonomi tentang indikator tersebut dalam kedua periode yang dipilih ; dan akhirnya relevansi indikator tersebut pada sistem ekonomi di Indonesia.25

F.3. Teori Kebijakan

Indikator ini kemudian dipergunakan oleh menilai apakah sebuah negara mampu bertumbuh secara ekonomi atau tidak yang mengakibatkan negara tersebut digolongkan ke dalam sebuah indikator politik tertentu. Pembangunan ekonomi dan perubahan politik merupakan hal yang kerap kali dijelaskan dalam teori ekonomi politik.

F3.1. Konsep Dan Pengertian Kebijakan

Pada penelitian ini yang mengambil rentan waktu pada masa Orde Baru bisa dilihat bahwa peran pemerintah dalam keadaan tersebut sangatlah dominan terutama yang berkaitan dengan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dan sering mengalami neraca

24 Yanuar Ikbar, Ekonomi Politik Internasional 2, Bandung, Refika Aditama, 2007, hal. 7. 25 Albert Wijaya, Budaya Politik dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta, LP3ES, 1982, hal. 160.


(29)

ekonomi yang defisit merupakan negara yang selama ini dikenal sebagai negara dengan jumlah pinjaman luar negeri yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat melalui semakin meningkatnya jumlah pinjaman terhadap luar negeri guna menutupi defisit neraca anggaran pemerintah Indonesia.

Kebijakan – kebijakan yang dilakukan pemerintah dominan sekali terlihat melalui peran Indonesia dalam menghadapi masalah – masalah pembangunan pada saat itu. Kebijakan, menurut Titmuss, senantiasa berorientasi kepada masalah (problem-oriented) dan berorientasi kepada tindakan (action-oriented) dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu.26 Kebijakan (policy) adalah sebuah instrumen pemerintahan yang tidak saja diartikan sebagai ‘government’ (menyangkut aparatur negara) tetapi juga ‘governance’ yang menyangkut pengelolaan sumber daya publik.

Aturan atau peraturan tersebut secara sederhana kita pahami sebagai kebijakan publik, jadi kebijakan publik ini dapat kita artikan suatu hukum. Aturan ataupun kebijakan ketika sudah menjadi sebuah hukum yang harus ditaati maka peran kontrol dari lembaga pemerintahan juga mutlak harus dijalankan.

Ketika suatu isu yang menyangkut kepentingan bersama dipandang perlu untuk diatur maka formulasi isu tersebut menjadi kebijakan publik yang harus dilakukan dan disusun serta disepakati oleh para pejabat yang berwenang. Ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan menjadi suatu kebijakan publik; apakah menjadi Undang-Undang, apakah menjadi Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden termasuk Peraturan Daerah maka kebijakan publik tersebut berubah menjadi hukum yang harus ditaati.

Dari penjelasan di atas maka dapat disebutkan bahwa keputusan pemerintah merupakan kebijakan publik. Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai apa yang dilakukan pemerintah, bagaimana mengerjakannya, mengapa


(30)

perlu dikerjakan dan perbedaan apa yang dibuat. Dye seperti yang dikutip Winarno, berpandangan lebih luas dalam merumuskan pengertian kebijakan yaitu, sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever governments choose to do or not to do)27

Pemerintah memiliki alasan mengapa suatu kebijakan harus dilakukan dan apakah manfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi pertimbangan yang holistik agar kebijakan tersebut mengandung manfaat yang besar bagi warganya dan berdampak kecil dan sebaiknya tidak menimbulkan persoalan yang merugikan. Kemudian disinilah pemerintah harus memperhatikan aspek – aspek yang dimiliki masyarakat dan negaranya dalam menetapkan suatu kebijakan.

Karakteristik masalah publik yang harus diatasi selain bersifat interdependensi dan juga bersifat dinamis, sehingga pemecahan masalahnya memerlukan pendekatan holistik (holistic approach) yaitu pendekatan yang memandang masalah sebagai kegiatan dari keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan atau diukur secara terpisah dari yang faktor lainnya.

James E. Anderson secara lebih jelas menyatakan bahwa yang dimaksud kebijakan adalah kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Pengertian ini, menurutnya, berimplikasi: (1)bahwa kebijakan selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan, (2)bahwa kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah, (3)bahwa kebijakan merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, (4)bahwa kebijakan bisa bersifat positif dalam arti merupakan beberapa bentuk tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentu atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu, (5)bahwa kebijakan, dalam arti positif, didasarkan pada peraturan perundang-undangan dan bersifat memaksa (otoritatif)28

27 Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta, Media Presindo, 2002, hal. 25.

28 James E. Anderson, Public Policy Making, (New York: Holt, Rinehart and Winston, 1984), cet. ke-3, hal.


(31)

F.3.2. Analisis Kebijakan

Penjelasan mengenai definisi kebijakan di atas merupakan sebuah uraian dari bagaimana proses – proses munculnya sebuah kebijakan. Selain itu, pada penjelasan konsep kebijakan sebelumnya kita dapat mengetahui siapa atau lembaga – lembaga mana yang bekerja untuk menciptakan sebuah kerangka kebijakan untuk selanjutnya dirangkai sedemikian rupa dan menghasilkan sebuah kebijakan.

Dalam pengertian yang lebih rinci kemudian, analisis kebijakan dijelaskan sebagai sebuah proses dalam menguraikan sebuah kebijakan. Kegiatan menguraikan ini dapat dikatakan untuk mencari inti ataupun detail dari sebuah kebijakan sehingga kita dapat menguraikan keterangan bagaimana sebuah kebijakan tersebut dibuat.

Melakukan analisis terhadap sebuah kebijakan merupakan salah satu cara agar kita mengerti langkah ataupun dasar – dasar dari sebuah kebijakan tersebut dirancang. Dalam penelitian ini misalnya, analisis terhadap Kepmenperindag nomor 402 tahun 1997 dilakukan untuk menggali kembali alasan atau penyebab yang mempengaruhi kebijakan tersebut diambil.

Selain itu melalui penjelasan analisis jugalah kita dapat mengidentifikasi sebuah kebijakan. Identifikasi tersebut kemudian membantu kita dalam hal pengelompokan kebijakan tersebut. Apakah termasuk ke dalam kebijakan ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya. Analisis kebijakan memberikan sebuah penjelasan ataupun pengertian yang mendalam terhadap sebuah kebijakan.

Carl W. Patton dan David S. Savicky, menjelaskan bahwa analisis kebijakan adalah tindakan yang diperlukan untuk dibuatnya sebuah kebijakan, baik kebijakan yang baru sama sekali, atau kebijakan yang baru sebagai konsekuensi dari kebijakan yang ada.29

29 Riant Nugroho, Kebijakan Publik Formulasi , Implementasi, dan Evaluasi, Jakarta : Elex Media

Komputindo, 2003, hal. 88.

Informasi kebijakan yang kita peroleh melalui langkah menganalisis paling tidak membantu kita menilai kebijakan


(32)

tersebut secara mendalam sehingga kita dapat membuat revisi – revisi yang diperlukan jika kita ingin merubah kebijakan tersebut.

Analisis kebijakan dapat diharapkan untuk menghasilkan informasi dan argumen – argumen yang masuk akal mengenai tiga macam pertanyaan yaitu30

1.

:

2.

Nilai yang pencapaiannya merupakan tolak ukur utama yang melihat apakah masalah telah teratasi.

3.

Fakta yang keberadaanya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian nilai – nilai, dan

Tindakan yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaian nilai – nilai. Penjelasan yang tertuang dalam analisis kebijakan diharapkan mampu memberikan keterangan ataupun informasi yang menyeluruh sehingga dengan mudah mengidentifikasi kebijakan tersebut. Pencapaian, fakta, ataupun tindakan penerapan memberikan gambaran apakah suatu kebijakan tersebut cocok ataupun telah berhasil dilaksanakan.

Sebagai sebuah objek yang dianalisis, isi dan proses kebijakan menjadi sebuah studi yang sepertinya tidak dapat dipisahkan. Analisis studi kebijakan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu31

1.

:

2.

Analisis untuk kebijakan (analysis for policy), yaitu analisis isi kebijakan dalam rangka perumusan kebijakan (policy formulation).

Analisis dari kebijakan (analysis of policy), yaitu analisis isi kebijakan dalam tahap pelaksanaan kebijakan (policy implementation) dalam rangka evaluasi kebijakan (policy evaluation).

30 William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, Yogyakarta : Gajah Mada University

Press, 2000, hal. 97.

Dalam menganalisis kebijakan seharusnya kita dapat menilai dimulai dari substansi yang dibahas dalam kebijakan tersebut untuk kemudian dianalisis lagi

31 Erman Aminullah, Analisis Kebijakan (Pendekatan, Metode, Dan Teknik Analisis), Warta Pengelolaan


(33)

apakah pelaksanaan dari kebijakan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan isi kebijakannya. Selain itu, pengamat juga mampu menjelaskan isu – isu yang menyertai munculnya sebuah kebijakan melalui analisis yang mendalam tersebut. F3.3. Proses Pembuatan Kebijakan

Proses pembuatan kebijakan dapat dimulai dengan menganalisis sebuah masalah yang harus diselesaikan melalui pembuatan kebijakan. Mengamati sebuah masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam kebijakan menjadikan sebuah kebijakan menjadi tepat sasaran ataupun tidak menyimpang dari pemecahan permasalahan yang diinginkan pada awalnya.

Kegiatan dalam proses pembuatan kebijakan biasanya berkaitan dengan bagian politik dikarenakan lembaga – lembaga politik sangat sering bersinggungan dengan proses ini. Ruang lingkup dari proses pembuatan kebijakan tidak serta merta hanya menjadi bagian politik karena kebijakan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan yang ingin dicapai melalui kebijakan. Akan tetapi, biasanya proses pembuatan kebijakan tidak akan beranjak jauh dari kegiatan politik.

Proses pembuatan kebijakan ditunjukkan melalui serangkaian tahap yang saling bergantung satu dengan yang lain yang diatur menurut sesuai dengan urutan waktu : penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Proses – proses inilah kemudian menjadi rangkaian kritis yang mengantarkan pembuatan kebijakan menjadi bisa diterima dan dilaksanakan oleh semua kalangan dalam jangka waktu yang sesuai dengan kondisi serta dalam lingkungan yang berbeda. Akan tetapi dalam cakupan masalah yang sama.

Penggunaan sumber daya yang mengerti akan sebuah masalah yang ingin diselesaikan melalui kebijakan seharusnya mampu mengefektifkan proses pembuatan kebijakan juga. Pembuatan kebijakan merupakan proses sosial yang dinamis dengan proses intelektual yang lekat didalamnya.32


(34)

F.3.4. Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pembuatan Kebijakan

Dalam perumusan kebijakan paling tidak terdapat enam faktor yang dianggap strategis yang biasanya mempengaruhi. Dianggap strategis karena faktor – faktor inilah yang sangat dasar dominan yang sering digunakan dalam pembuatan kebijakan. Faktor – faktor tersebut adalah :

Sebuah kebijakan tentu saja merupakan sebuah hal yang dapat menjawab masalah yang dihasilkan oleh sebuah keadaan. Perumusan masalah sebelum tahapan pembuatan kebijakan tentu saja akan melahirkan sebuah kebijakan yang kondisional ataupun sesuai dengan masalah yang ingin diselesaikan.

a. Faktor politik, faktor ini perlu dipertimbangkan dalam perumusan suatu kebijakan, karena dalam perumusan suatu kebijakan diperlukan dukungan dari berbagai aktor kebijakan (policy actors), baik aktor – aktor dari pemerintah maupun dari kalangan bukan pemerintah (LSM, asosiasi profesi, media massa, dan lain – lain)

b. Faktor ekonomi / finansial, faktor inipun perlu dipertimbangkan terutama apabila kebijakan tersebut akan mengunakan atau menyerap dana yang cukup besar atau akan berpengaruh pada situasi ekonomi dalam suatu daerah.

c. Faktor administratif / organisatoris, faktor ini perlu dipertimbangkan terutama dalam pelaksanaan kebijakan apakah benar – benar akan didukung oleh kemampuan administratif yang memadai, atau apakah sudah ada organisasi yang akan melaksanakan kebijakan itu.

d. Faktor teknologi, dalam perumusan kebijakan perlu mempertimbangkan teknologi yaitu apakah teknologi yang ada dapat mendukung apabila kebijakan tersebut diimplementasikan.

e. Faktor sosial, budaya, dan agama. Faktor ini berkaitan dengan kondisi di sekitar pelaksanaan penerapan kebijakan agar tidak menimbulkan benturan sosial, budaya ataupun agama.

f. Faktor pertahanan dan keamanan. Faktor ini berpengaruh dalam

perumusan kebijakan, misalnya apakah kebijakan yang akan dikeluarkan tidak menggangu stabilitas keamanan suatu daerah.33

33


(35)

G. Metode Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menganalisis kebijakan dalam sebuah negara merupakan sebuah penelitian yang difokuskan pada penelitian kualitatif. Menurut Cassel dan Simon, metode kualitatif merupakan metode penelitian ilmu sosial yang berusaha melakukan deskripsi dan interpretasi yang akurat akan makna dari gejala yang terjadi dalam konteks sosial.

Dalam hal ini, kita melihat pengaruh – pengaruh apa saja yang ditimbulkan oleh suatu hal terhadap hal lainnya sehingga pendekatan penelitian ini fokus kepada bagaimana data – data yang dikumpulkan selama meneliti.

Penelitian tentang analisa pengaruh, seperti yang dijelaskan oleh Mars dan Stoker, dapat dikategorikan kedalam jenis penelitian kualitatif yaitu sesuatu penelitian yang menggunakan berbagai teknik seperti observasi dan kegiatan lainnya untuk berusaha memahami pengalaman yang terjadi pada seputar hal yang sedang diamati.

Metode dalam penelitian ini lebih mengedepankan proses bagaimana peneliti mampu membuktikan dari apakah memang ada pengaruh dari variabel yang satu terhadap variabe lainnya. Para peneliti yang bekerja dalam paradigma ini disibukkan dengan usaha menciptakan kondisi dimana data objektif bisa dikumpulkan.34

G.1. Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang prosedur penemuan yang dilakukan tidak menggunakan prosedur statistik atau kuantifikasi. Pada umumnya, penelitian kualitatif ini tidak mempergunakan angka atau nomor dalam mengolah data yang diperlukan. Data kualitatif terdiri dari dari kutipan-kutipan orang dan deskripsi keadaan, kejadian, interaksi, dan kegiatan. Dengan menggunakan jenis data kualitatif, memungkinkan peneliti mendekati dan sehingga mampu mengembangkan komponen-komponen keterangan yang


(36)

analitis, konseptual dan kategoris dari data itu sendiri.35

G.2. Teknik Pengumpulan Data

Selain itu dalam penelitian deskriptif ini juga digunakan sebagai suatu cara pemecahan masalah yang diteliti dengan menggunakan analisa mendalam terhadap objek yang diteliti.

Pada umumnya penelitian yang menggunakan metode kualitatif menggunakan sebuah teori untuk menganalisis suatu keadaan dan menekankan pada pengumpulan dan analisis teks tertulis. Data tersebut disusun melalui hasil observasi terhadap keadaan yang akan diteliti. Jadi apa yang dikembangkan adalah teori yang disusun dari riset, bukan dari pengujian hipotesis. Dan didasarkan pada konsep induksi analitis, meski harus berhati – hati dalam membuat asumsi bahwa bukti dari pola secara otomatis akan membuat kita menyusun teori.36

Oleh karena konsep penelitian di atas, maka teknik yang digunakan peneliti dalam memperoleh data dan fakta dalam usaha untuk membahas masalah dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis pustaka ( library research ) yang sumbernya didapat dari dokumen yang dimiliki oleh pemerintah,undang – undang buku / literatur, jurnal ilmiah, artikel dan juga dokumentasi yang resmi dari IMF yang diakses dari internet.

G.3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik deskriptif analitif. Dengan bersumber pada sejarah yang berorientasi kepada problema yang akan berusaha menganalisa kejadian – kejadian yang sebenarnya menurut topik-topik atau masalah-masalah yang telah dipilh dalam penelitian ini. Menurut Faisal analisis data dalam penelitian kualitatif bergerak secara induktif yaitu data / fakta dikategorikan menuju ke tingkat abstraksi yang lebih tinggi, melakukan sintesis, dan mengembangkan teori bila diperlukan. Setelah data dikumpulkan, dilakukan analisis penguraian dan

35 Bruce A. Chodwick, Social Science Research Methods,terj. Sulistia (dkk), Metode Penelitian Ilmu-ilmu

Sosial,Semarang: IKIP Semarang Press, 1991, hal. 234-243


(37)

penarikan kesimpulan tentang makna perilaku subjek penelitian dalam latar serta fokus penelitian.37

H. Sistematika Penulisan

Hal ini dilakukan agar peneliti memiliki gambaran yang jelas mengenai penelitian ini.

Penelitian ini direncanakan terdiri dari beberapa bab, kemudian tiap bab terdiri dari beberapa subbab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan dan pengantar dari keseluruhan penelitian. Bab ini akan dijelaskan dan diuraikan tentang latar belakang penulisan, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, landasan teoritis, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II IMF DAN INDONESIA

Bab ini akan menggambarkan kondisi IMF sebagai sebuah organisasi internasional. Dijelaskan mengenai sejarah lahirnya IMF, perkembangan IMF,serta hubungan IMF dengan negara Indonesia.

BAB III PENGARUH IMF DALAM KEBIJAKAN EKONOMI -

POLITIK INDONESIA PADA ERA ORDE BARU (1965 – 1998) YAITU PADA KEPMENPERINDAG NOMOR 402 TAHUN 1997

Bab ini akan menguraikan tentang apa yang menjadi isi dari Kepmenperindag Nomor 402 tahun 1997 dan bagaimana kebijakan tersebut dibuat yang mana IMF menjadi pengaruh dalam pengesahan undang – undang tentang ketentuan perizinan usaha perwakilan perusahaan perdagangan asing tersebut.

37 Drs. Salim dan Drs. Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Ciptapustaka Media, 2007, hal.


(38)

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan garis besar dari hasil penelitian dan saran – saran yang merupakan rekomendasi atau solusi atas persoalan – persoalan yang ditemukan dalam penelitian.


(39)

BAB II

DESKRIPTIF IMF DAN INDONESIA

A. IMF Sebagai Organisasi Internasional

IMF ( International Monetary Fund) atau dalam bahasa Indonesia disebutkan sebagai Dana Keuangan Internasional merupakan sebuah organisasi internasional dibawah naungan organisasi PBB. IMF merupakan salah satu orgasnisasi internasional yang bergerak di bidang ekonomi dengan tujuan utama untuk membantu negara – negara anggotanya yang mengalami krisis dalam bidang ekonomi khususnya untuk menjaga stabilitas keuangan dalam posisi terkendali, mendorong kerjasama moneter, serta memfasilitasi perdagangan internasional. IMF juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Serta mengurangi kemiskinan negara anggotanya menjadi agenda utama dari berdirinya organisasi ini.

Kerjasama yang dilakukan oleh negara – negara anggota IMF tentu saja memiliki dampak terhadap negara tersebut dengan organisasi ini ataupun negara – negara yang bersedia memberikan bantuan terhadap negara yang memerlukan. Peranan pemerintah sebagai pihak yang tentu saja mengetahui apa yang menjadi kepentingan nasional dalam negaranya merupakan fokus yang harus dibawa ke tengah – tengah hubungan kerjasama dengan organisasi ini. Dan tentu sebaliknya, pihak yang memberikan bantuan tetap mengedepankan kepentingan nasionalnya.

Kepentingan yang pada akhirnya tentu saja menjadi bekal bagi sebuah negara untuk hadir dan ikut berperan serta aktif dalam sebuah kerjasama internasional haruslah didasarkan kepada apa yang menjadi tujuan untuk kesejahteraan masyarakat banyak. Pemerintah melalui sebuah mekanisme seharusnya mampu menganalisis apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mencoba untuk mengagregasi kepentigan tersebut dalam kerjasama dengan organisasi internasional ataupun kerjasama dengan negara – negara lain.


(40)

Bantuan yang diberikan oleh IMF adalah berupa pencairan dana atau bantuan dana terhadap negara – negara yang membutuhkan bantuan tersebut. Dana yang tentu saja berasal dari negara – negara anggotanya untuk kemudian diberikan kepada negara anggota yang sedang mengalami krisis. IMF memfasilitasi bantuan – bantuan tersebut melalui mekanisme yang diatur dalam organisasi ini.

Sebagai sebuah organisasi internasional, IMF jelas memiliki anggota yang terdiri dari negara – negara. Negara – negara anggota ini tentu saja harus menyepakati tujuan bersama dari didirikannya IMF. Negara tersebut juga berhak untuk merumuskan ketentuan – ketentuan bersama dalam anggaran dasar dari IMF.

Dalam Anggaran Dasar ( Articles of Agreement ) organisasi ini jelas termuat poin – poin yang menjadi tujuan dari dibentuknya organisasi ini. Dalam hal ini, pasal 1 dari Anggaran Dasar tersebut yang berisikan “ Tujuan Pendirian” menyebutkan :

• Untuk mendorong kerjasama moneter internasional melalui suatu lembaga yang permanen yang menyediakan mekanisme untuk konsultasi dan kerjasama dalam pemecahan permasalahan moneter internasional.

• Untuk membantu tercapainya perluasan dan keseimbangan

pertumbuhan perdagangan internasional, dan untuk menyumbang tercapainya tingkat employment dan tingkat pendapatan nasional yang tinggi serta untuk pengembangan sumber daya produktif dari semua negara anggota sebagai tujuan utama kebijakan ekonomi.

• Untuk mendorong stabilitas nilai tukar, mempertahankan sistem nilai tukar yang teratur antar negara anggota serta untuk mencegah terjadinya persaingan untuk melakukan depresiasi mata uang.

• Untuk membantu penciptaan dari sistem pembayaran

multilateral antarnegara anggota dan penghapusan hambatan transaksi valuta asing yang menghambat pertumbuhan perdagangan dunia.

• Untuk menciptakan kembali kepercayaan di negara anggota dengan memberikan bantuan keuangan secara temporer dengan tetap memperhatikan unsur keamanan dana tersebut, sehingga


(41)

dapat memberikan kesempatan untuk memperbaiki ketidakseimbangan neraca pembayaran tanpa harus menggunakan cara – cara yang merusak kemakmuran nasional atau internasional.

• Berkaitan dengan hal – hal di atas, untuk memperpendek jangka waktu dan mengurangi tingkat kesulitan yang terjadi dalam permasalahan ketidakseimbangan neraca pembayaran negara – negara anggota.38

Melalui uraian tujuan dari organisasi ini kita dapat melihat bahwa IMF juga memiliki kepentingan terutama yang berkaitan dengan eksistensi organisasi tersebut di tengah – tengah negara anggotanya. IMF sebagai organisasi keuangan fokus menganalisa mengenai apa yang menjadi permalasahan perekonomian negara anggotanya. Kemudian IMF mencoba untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menyampaikan dan membahasnya dalam forum – forum yang dilakukan antar negara anggota.

Mengingat bahwa IMF merupakan sebuah organisasi yang memberikan bantuan terhadap negara anggotanya, tentu kita perlu memahami darimana bantuan tersebut berasal. Hal tersebut dikarenakan agar kita mengetahui bagaimana sifat dan lembaga ini bekerja dalam memberikan bantuannya kepada negara – negara anggotanya.

Negara anggota yang terdiri dari negara – negara pemberi pinjaman dan penerima pinjaman tentu saja memiliki peranan besar. Pada akhirnya kembali lagi peranan dari masing – masing utusan pemerintah ataupun kepala pemerintah menjadi sangat disoroti mengingat bahwa IMF sebelumnya menyampaikan apa yang menjadi permasalahan ekonomi secara menyeluruh terhadap forum antar – negara dalam organisasi ini. Negara – negara kemudian melakukan analisis terhadap apa yang terjadi pada negara mereka

38 Cyrillus Harinowo, IMF Penanganan Krisis & Indonesia Pasca – IMF, Jakarta, P.T. Gramedia Pustaka


(42)

dan coba untuk meleburkan permasalahan tersebut terhadap apa yang menjadi kepentingan negara lainnya.

Dalam proses yang demikian, tentu saja IMF memiliki peranan yang sesuai dengan tujuannya. Proses yang terjadi haruslah sesuai dengan aturan main yang ada dalam organisasi ini. Sebagai sebuah organisasi internasional, prosedur – prosedur inilah yang harus diikuti jika sebuah negara tergabung dalam keanggotaan IMF dan juga ikut bekerjasama dengan IMF melalui tujuan – tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi ini.

A.1. Sejarah Terbentuknya IMF dan Perkembangannya Sampai Saat Ini

IMF adalah salah satu organisasi ekonomi internasional yang membantu anggota – anggotanya keluar dari permasalahan ekonomi terutama yang menyangkut masalah pembangunan dalam negara tersebut. IMF menjadi organisasi yang digunakan oleh beberapa negara sebagai ‘penyelamat’ mereka dari masalah – masalah ekonomi yang menghimpit negara tersebut.

Pada awal berdirinya organisasi ini sebenarnya sudah konsisten dalam menjaga perekonomian internasional dalam keadaan stabil serta tidak terpengaruh oleh keadaan – keadaan yang dapat mengancam arus berjalannya ekonomi dunia. IMF menjadi organisasi yang bergerak dalam bidang perekonomian untuk menyelamatkan negara – negara dari keterpurukan krisis.

IMF hadir untuk membantu negara terutama negara yang telah menjadi anggota dari organisasi ini. Kesediaan IMF untuk membantu suatu negara dalam mengahadpi krisis, misalnya, sering menjadi suatu bahan spekulasi sehingga akhirnya sangat menentukan turun naiknya nilai tukar negara yang bersangkutan.39

39 Ibid., hal. 81.

Sebuah keadaan yang mempertanyakan sebenarnya bagaimanakah ketentuan yang ada berdasarkan peraturan dalam organisasi ini untuk membantu perekonomian sutu negara.


(43)

Yang menarik dari awal terbentuknya IMF adalah bahwa sebenarnya negara – negara mengirimkan para pengambil kebijakan di bidang perekonomian untuk berkumpul membicarakan bagaimana menyelesaikan permasalahan ekonomi di masing – masing negara setelah terjadinya perang dunia kedua tersebut. Jadi para pemikir dari IMF sendiri adalah memang mereka yang memahami permasalahan perekonomian dari masing – masing negaranya untuk kemudian dibahas dan dibicarakan dalam pertemuan tersebut.

Konferensi Keuangan Internasional tersebut berlangsung pada tanggal 1 Juli dan berakhir pada tanggal 22 Juli tahun 1944.40 Konferensi yang berlangsung di Bretton Woods, Amerika Serikat ini dihadiri oleh perwakilan 44 negara. Salah satu negara yang mengutus ekonom terkenal dari negaranya yaitu Amerika Serikat dan Inggris, dimana delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Harry Dexter White, sedangkan delegasi Inggris dipimpin oleh John Maynard Keynes.41

Keynes memberikan sumbangan pemikiran yang pada saat itu menjadi perkembangan perekonomian dunia sebagai acuannya. Menurut Keynes dalam sistem ekonomi pasar bebas, pasar tidak boleh ditinggalkan pada kehendaknya sendiri, tetapi disini semua negara harus berpartisipasi untuk meregulasi agar tidak terjadi kegagalan pasar, free-riding ( penunggang bebas) dan monopoli. Harus terdapat kontrol yang dapat meminimalisir terjadinya permasalahan dalam sistem ekonomi pasar ini. Semuanya adalah bentuk untuk mengurangi kebijakan perdagangan, pembayaran dan nilai tukar yang memiliki dampak yang menghambat perdagangan internasional.

40 Ibid., hal. 73.

Dalam konferensi tersebut perdebatan – perdebatan mengenai keberlangsungan perekonomian dunia berlangsung sengit terutama pada bagian pengawasan dari berlangsungnya sistem perdagangan bebas tersebut. Keynes menyebutkan kemudian, keyakinan bahwa pemerintah harus memikul


(44)

tanggung jawab bersama untuk mengatur sistem ekonomi internasional pun tumbuh dan satu negara ditunjuk untuk memangku tanggung jawab sebagai pemimpin global yang dianggap mampu untuk mengemban tugas untuk mengawasi jalannya perekonomian dunia.

Konferensi yang berlangsung pada saat itu jelas mengutamakan penyelesaian permasalahan ekonomi yang terjadi terutama setelah meletusnya Perang Dunia II yang mengeluarkan biaya perang yang tinggi dari masing – masing negara yang berseteru. Kebijakan ekonomi liberalisyang ditetapkan oleh mekanisme pasar serta banyaknya biaya yang dikeluarkan akibat perang menyebabkan dunia ekonomi kapitalis mengalami masa sulit dengan adanya inflasi tinggi dan banyaknya pengangguran.

Konferensi yang terjadi di Bretton Woods juga adalah sebagai reaksi dari negara – negara atas kebijakan proteksionismepada tahun 1930-an. Pada saat itu negara – negara liberalis dalam sistem perdagangan bebas berusaha untuk menyelamatkan produk – produk mereka sehingga tidak mengalami kerugian yang sangat besar. Negara – negara yang menganut paham liberalis kemudian tidak dapat mengontrol perekonomian ketika lahir negara – negara dominan lainnya selain Inggris dan Amerika Serikat.

Industri yang sebelumnya dikuasai oleh Inggris sebagai salah satu negara dengan perkembangan industri yang cukup pesat menjadi tidak lagi diakui sebagai kiblat perekonomian dunia ketika konstalasi politik dunia berubah pada sekitar tahun 30 – an tersebut. Perkembangan dari ekonomi liberalis juga terganggu manakala negara – negara seperti Amerika Serikat harus mengurusi permasalahan – permasalahan perang yang timbul pasca Perang Dunia II sambil harus terus memantau bagaimana perkembangan perekonomian dunia.

Pola perekonomian internasional tersebut secara drastis berubah ketika terjadi Great Depression pada 1929 hingga 1934 yaitu krisis besar yang terjadi karena krisis yang sifatnya struktural. Pada saat itu perekonomian dunia runtuh, perdagangan internasional mandek, terjadi inflasi dan


(45)

pengangguran yang massif dan sporadis yang dipicu oleh proteksi perdagangan serta devalusai mata uang yang dilakukan banyak negara.42

Yang menarik adalah ketika beberapa kalangan dalam bukunya menyebutkan bahwa Inggris dan Amerika Serikat dalam konferensi ini memiliki kepentingan laten. Kedua negara ini ingin mengetahui perkembangan perekonomian dunia pasca terjadinya Perang Dunia II dengan mengundang beberapa negara untuk membicarakan permasalahan ekonomi mereka. Konferensi yang terjadi di

Konferensi Bretton Woods menjadi salah satu jalan keluar dalam menyikapi permasalah yang terjadi pada waktu itu terutama bagi negara – negara dalam memikirkan jalan keluar untuk permasalahan – permasalahan ekonomi mereka. Dalam negosiasi – negosiasi yang terjadi di Bretton Woods ini sebenarnya ingin mengurai krisis yang sedang terjadi yang dianggap salah satu penyebab utamanya adalah proteksionisme perdagangan negara – negara pada waktu itu. Kemudian negara Amerika Serikat dan Inggris sebagai pelopor berlangsungnya konferensi ini, terutama Amerika Serikat mengundang beberapa negara untuk dapat berdiskusi dan memutuskan rencana yang akan diambil untuk menyelesaikan krisis tersebut dengan mengadakan konferensi.

Bretton Woods dikatakan sebagai suatu formalitas belaka atas kesepakatan sebelumnya antara Inggris dan Amerika yang telah berjalan negosiasinya selama dua setengah tahun dalam rangka untuk mengontrol kebijakan perekonomian internasional.43

Apa yang menjadi kepentingan dari kedua negara ini tentu saja terkait dengan proses pengagregasian kepentingan nasional dari masing – masing negara. Kepentingan nasional yang mungkin saja menjadi tujuan dari negara tersebut mengingat bahwa Amerika dan Inggris pada saat itu menginginkan adanya sebuah tatanan dunia yang dikuasai oleh mereka. Kedua negara

42Richard, Peet, Bretton-Woods: Emergence of a Global Economic Regime, London: Zed Books, 2003, hal.

30.


(1)

menginginkan adanya tindakan nyata dari pemerintah Indonesia untuk segera melaksanakan program dari IMF.

4. Melalui LoI yang diberlakukan oleh IMF maka keterbukaan Indonesia terhadap perdagangan luar negeri dan investasi – investasi asing semakin bebas dimana pada Kepmenperindag nomor 402 tahun 1997 pemerintah memberikan wewenang kepada warga negara asing untuk melakukan usaha terutama pada sektor industri dan menyangkut komoditas yang penting yang tersedia Indonesia.

5. Faktor – faktor yang menentukan pemerintah dalam pembuatan kebijakan semata – mata lebih menekankan kepada aspek mekanisme pasar yang berasal dari syarat IMF. Pengaruh – pengaruh yang diberikan oleh IMF menjadi sebuah kepentingan dari negara – negara debitur dan pemegang modal terbesar dalam IMF mengingat bahwa pemerintah pada akhirnya tidak menyentuh aspek kepentingan masyarakat Indonesia dalam pembuatan keputusan tersebut.

6. Kebijakan dalam negeri yang terpengaruh dengan pihak ataupun syarat diluar pemerintahan akan semakin menegaskan bahwa pemerintah Indonesia kurang dapat menjalankan pemerintahannya dengan otoritas yang dimiliki. Kedaulatan menjadi hal yang akan dipertanyakan ketika kebijakan diubah sesuai dengan keinginan ataupun kepentingan dari lembaga yang bertujuan untuk membantu Indonesia akan tetapi dengan syarat.

B. Saran

1. IMF merupakan sebuah organisasi internasional yang memiliki kepentingan di tengah arus globalisasi di bidang ekonomi. Sebagai sebuah negara yang tentu memiliki kepentingan nasional yang harus diwujudkan baik di dalam negeri ataupun pada tatanan ekonomi dunia, maka Indonesia jelas lebih dahulu menjadikan kepentingan nasional menjadi prioritas. Kepentingan yang dimaksudkan adalah secara garis besar bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Maka dengan


(2)

melakukan kerjasama dengan IMF pemerintah seharusnya mampu membawa kepentingan nasional di tengah hubungan tersebut demi tercapainya tujuan tersebut.

2. Kebijakan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 402 tahun 1997 mengenai izin usaha bidang industri di Indonesia seharusnya memiliki konsep yang berkaitan dengan kondisi masyarakat di Indonesia. Pembuatan kebijakan yang terkesan seperti dengan tanpa perencanaaan menciptakan sebuah iklim perekonomian yang terbuka luas bagi swasta asing pada akhirnya akan menyebabkan Indonesia kehilangan identitas sebagai sebuah negara yang memiliki kedaulatan yang penuh atas negaranya sendiri. Dan kebutuhan akan organisasi donor seperti IMF semakin kuat seiring dengan pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah khususnya di bidang ekonomi.

3. Indonesia pada dasarnya kaya akan sumber komoditas yang bisa dimanfaatkan untuk kelangsungan pembangunan ekonomi. Dengan berusaha untuk mengelola sumber daya alam tersebut secara mandiri maka pada akhirnya kita akan tetap mampu melaksanakan rancangan pembangunan dan akan tetap berkompetisi di tengah arus globalisasi seiring dengan kemajuan – kemajuan di bidang industri dan teknologi. 4. Kerjasama dengan organisasi seperti IMF bukanlah sesuatu yang harus

direncanakan dan dipersiapkan dengan penuh pertimbangan. Hal ini menyangkut hubungan antara Indonesia di tengah – tengah perpolitikan dunia yang tentu saja dikuasai oleh negara yang memiliki kepentingan untuk tetap menjaga eksistensinya diantara negara – negara di dunia. Kebijakan yang sebelumnya telah dibuat oleh pemerintah dengan penuh pertimbangan harus juga diubah dengan analisis secara menyeluruh tentang kondisi yang terjadi sehingga kebijakan tersebut pada akhirnya dapat sesuai dengan kepentingan nasional masyarakat Indonesia.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Aminullah, Erman, Analisis Kebijakan (Pendekatan, Metode, dan Teknik Analisis), Warta Pengelolaan LITBANG Pengembangan IPTEK, Vol.8,No.20, 1997.

Anderson E James. Public Policy Making,

Arief, Prof. Dr. Sritua, IMF/ Bank Dunia & Indonesia, Muhammadiyah University Press: Jakarta, 2001.

Holt, Rinehart and Winston: New York, 1984.

Chodwick A Bruce. Social Science Research Methods,terj. Sulistia (dkk), Metode Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, IKIP Semarang Press: Semarang, 1991.

Arikunto,Suharsimi. Prosedur Penelitian ; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Ke – 3, Rieneke Cipta : Jakarta, 2000.

Deliarnov. Ekonomi Politik, Penerbit Erlangga : Jakarta, 2006.

Djamin Zulkarnain. Pinjaman Luar Negeri Serta Prosedur Administratif Dalam Pembiayaan Proyek Pembangunan di Indonesia, Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta, 1993.

Dunn, William N. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, Gajah Mada University Press: Yogyakarta, 2000.

Furchan Arief, dkk. Studi Tokoh,Metode Penelitian Tokoh, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2005

Gie, Kian Kwik, Gonjang – Ganjing Ekonomi Indonesia : Badai Belum Akan Segera Berlalu, PT. Gramedia Pustaka Utama & STIE IBBI : Jakarta, 1998. Gie, Kian Kwik. Kebijakan Ekonomi Politik dan Hilangnya Nalar, PT.Kompas Mediatama Nusantara: Jakarta, 2009.


(4)

Graham Bird, The Quest for Economic Stabilisation : The IMF and The Third World, Gower Publishing Company Limited : England, 1985.

Harahap Syahrin , Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, Istiqamah Mulya Press: Medan, 2006.

Harinowo Cyrillus, IMF Penanganan Krisis & Indonesia Pasca – IMF, P.T. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2004.

Harrison Lisa, Metodologi Penelitian Politik, Kencana Prenada Media Group: Jakarta, 2007.

Ikbar Yanuar, Ekonomi Politik Internasional 2, Refika Aditama; Bandung, 2007.

Ismawan, Indra, Di Bawah Cengkraman IMF : Peran IMF dalam Krisis Ekonomi Indonesia, Pondok Edukasi : Solo, 2002.

Ismawan, Indra, Catatan Kritis : Dimensi Krisis Ekonomi Indonesia, PT. Elex Media Komputindo: Jakarta, 1998.

Leifer Michael. Politik Luar Negeri Indonesia, P.T. Gramedia, Anggota Ikapi: Jakarta, 1986.

LeRoy A Bennet,. International Organizations.

Marsh David,dkk. Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik, Nusa Media: Jakarta, 2010.

Prentice-Hall,Inc: New Jersey, 1984.

Nugroho, Riant. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi, Elex Media Komputindo: Jakarta, 2003.

Peet, Richard, Bretton-Woods: Emergence of a Global Economic Regime, Zed Books: London

Rahardjo M. Dawam. Esei – Esesi Ekonomi Politik, Penerbit LP3ES: Jakarta, 1982.


(5)

Rachbini, Prof. DR. Didik J., Analisis Kritis Ekonomi Politik Indonesia, Pustaka Pelajar : Jogjakarta, 2001.

Rachbini, Prof. DR. Didik J., Ekonomi Politik : Paradigma dan Teori Pilihan Publik, Ghalia Indonesia : Jogjakarta, 2002.

Rudy T. May. Administrasi dan Organisasi Internasional, Refika Aditama: Bandung, 2005.

S. E.

Salim dkk. Metodologi Penelitian Kualitatif, Citapustaka Media: Bandung, 2007. Supriyanto, dkk. Utang Luar Negeri Indonesia : Argumen, Relevansi, dan Implikasinya bagi Pembangunan, Penerbit Jambatan: Jakarta, 1999.

Suharto Edi. “ Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik “,Alfabeta: Bandung, 2008.

Wijaya Albert. Budaya Politik dan Pembangunan Ekonomi, LP3ES: Jakarta, 1982.

Winarno Budi. “ Teori dan Proses Kebijakan Publik “,Media Presindo: Yogyakarta, 2002.

Yustika Erani Ahmad. Ekonomi Politik, Kajian Teoritis dan Kajian Empiris, Pustaka Pelajar: Jogjakarta, 2009.

Internet

“Sejarah BUMN, IMF-World dan Privatisasi di Indonesia (2),

”, Nusantara New

“Hukum Organisasi Internasional”,


(6)

“ Apa Itu Ekonomi – Politik Komunikasi? Definisi dan Karakteristik “,

Islamika, “Neo – Liberalis Jalan Menuju Kesejahteraan (?)”, diakses dari


Dokumen yang terkait

Peranan Sistem Informasi Akuntansi Bagi Manajemen Dalam Pengambilan Keputusan Pada Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara

4 38 76

Pengaruh Dana Moneter Internasional (IMF) Dalam Kebijakan Ekonomi Politik Indonesia Pada Era Orde Baru (Studi Kasus Pada Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 402 tahun 1997 Tentang Ketentuan Perizinan Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan

5 118 95

Ekonomi Cina Dan Politik Luar Negeri Indonesia (Studi Kasus : Pengaruh Kebangkitan Ekonomi Cina Terhadap Orientasi Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pada Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono)

4 86 151

Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil Dan Menengah Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Karo (Studi pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo)

39 304 119

Peranan Hukum Kontrak Internasional Dalam Era Perdagangan Bebas

3 65 8

Format Politik Orde Baru dan Kebijakan Fusi Partai Politik Tahun 1973

0 12 14

Peran Negara Dalam Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional (Studi Kasus Gugatan Perdagangan Rokok Indonesia Terhadap Australia Melalui World Trade Organization)

4 40 0

Upaya Hukum Tentang Keberatan Atas Putusan BPSK Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No 350/MPP/KEP/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang BPSK, Dihubungkan Dengan Praktek

2 23 37

Impelentasi Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Di Lingkungan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan kabupaten Cirebon

0 12 74

Pengaruh Koordinasi dan Implementasi Kebijakan Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Subang

0 8 1