Spatial Autoregresive Model SAR Spatial Error Model SEM Signifikansi Parameter Regresi Spasial

2.3. Spatial Autoregresive Model SAR

Pada persamaan 2.6 jika nilai ρ ≠ 0 dan λ = 0 maka model regresi spasial akan menjadi model regresi spasial Mixed Regressive-Autoregressive atau Spatial Autoregressive Model SAR atau disebut juga Spatial lag Model SLM Anselin, 1988 dengan bentuk persamaannya yaitu      βX Wy y 2.12 Model persamaan 2.12 mengasumsikan bahwa proses autoregressive hanya pada variabel dependen. Pada persamaan tersebut, respon variabel y dimodelkan sebagai kombinasi linier dari daerah sekitarnya atau daerah yang berimpitan dengan y, tanpa adanya eksplanatori variabel yang lain. Bentuk penaksir dari metode SAR adalah Y W I X X X β ˆ 1     T T 2.13

2.4. Spatial Error Model SEM

Pada persamaan 2.6 jika nilai λ ≠ 0 atau ρ = 0 maka model regresi spasial akan menjadi model Spatial Error Model SEM dengan bentuk persamaannya yaitu u Wy βX Wy y       2.14 λW 2 u menunjukkan spasial terstruktur λW 2 pada spatially dependent error ε. Model SEM adalah model regresi linier yang pada peubah galatnya terdapat korelasi spasial. Bentuk parameter penduga dari model SEM adalah           Wy y Wy X WX X WX X β           T T 1 ˆ 2.15

2.5. Signifikansi Parameter Regresi Spasial

Anselin 2003 menyatakan bahwa salah satu prinsip dasar penduga Maksimum Likelihood adalah asymptotic normality, artinya semakin besar ukuran n maka kurva akan semakin mendekati kurva sebaran normal. Pengujian signifikansi parameter regresi β dan autoregresif ρ dan λ secara parsial yaitu didasarkan pada nilai ragam galat σ 2 , sehingga statistik uji signifikansi parameter yang dipergunakan yaitu Dimana merupakan asymptotic standard error. Melalui uji parsial masing-masing parameter dengan hipotesis : : 1     H H Dimana merupakan parameter regresi spasial yaitu β, λ, dan ρ, apabila Z hitung ≥ Z α2 atau ρ = value α2, maka keputusan tolak H , artinya koefisien regresi layak digunakan pada model.

2.6. Efek Spasial