2 Mandi Besar Big Bath
Dilakukan melalui penghapusan write-off sebanyak mungkin pada suatu periode yang biasanya berkinerja
buruk, atau periode saat terjadinya kejadian yang tidak biasa, seperti perubahan manjemen, merger, atau
restrukturisasi.
3 Perataan Laba Income Smoothing
Pada strategi ini, manajer meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi
fluktuasinya. Hal ini dilakukan karena investor cenderung lebih menyukai laba yang stabil.
4. Mekanisme Good Corporate Governance
Forum for Corporate Governance in Indonesia
FCGI mendeskripsikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan
ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Lemahnya corporate governance ditandai dengan tidak transparannya pihak
pengelola perusahaan terutama dalam penggunaan dana dan ketimpangan kepentingan antara pemegang saham dan pihak manajemen Iswati, 2007.
Kondisi ini akan sangat berakibat fatal jika berlangsung terus-menerus. Prinsip-prinsip
good corporate governance, yakni transparency, accountability, responsibility, independency, dan fairness diharapkan
mampu mendorong peningkatan kinerja keuangan, daya saing, mengurangi risiko, dan meningkatkan kepercayaan investor. Konsep indikator
mekanisme corporate governance terdiri dari; kepemilikan institusional,
Universitas Sumatera Utara
kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran dewan komisaris Ujiyantho Pramuka, 2007.
Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan
keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Shleifer dan Vishny 1997 dalam
Ujiyantho dan Pramuka 2007 berpendapat bahwa corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan
memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencurimenggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek
yang tidak menguntungkan berkaitan dengan danakapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor
mengontrol para manajer. Dengan kata lain corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya
keagenan agency cost. Menurut Wibowo dan Tangkilisan 2004 dalam Iswati 2007, tujuan
yang ingin dicapai perusahaan dalam penerapan corporate governance antara lain:
1 memaksimalkan nilai perusahaan agar perusahaan memiliki
daya saing yang kuat untuk mendukung iklim investasi; 2
mendorong pengelolaan perusahaan secara profesional, transparan, dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan
meningkatkan kemandirian komisaris, direksi, dan RUPS; 3
mendorong pemegang saham, anggota komisaris, dan direksi dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan
yang dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap UU atau ketentuan yang berlaku;
Universitas Sumatera Utara
4 kesadaran adanya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
pihak-pihak yang berkepentingan. Indikator mekanisme good corporate governance dalam penelitian ini
adalah kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit. Kepemilikan institusional adalah
persentase saham yang dimiliki oleh institusi dari keseluruhan saham perusahaan yang beredar. Kepemilikan institusional menurut Chen
Steiner 1999 dalam Melinda dan Sutejo 2008 akan mengurangi masalah keagenan karena pemegang saham institusional akan membantu mengawasi
perusahaan sehingga manajemen tidak akan bertindak merugikan pemegang saham. Di Indonesia, kepemilikan saham institusional terbagi menjadi
kepemilikan institusional eksternal dan kepemikan institusional internal Mahadwarta, 2004 dalam Melinda dan Sutejo, 2008. Kepemilikan saham
eksternal adalah kepemilikan oleh lembaga investasi seperti dana pensiun, asuransi, reksadana, dan perusahaan investasi lainnya, dan menjadi bagian
dari kepemilikan saham oleh publik. Kepemilikan institusional internal adalah kepemilikan saham oleh institusi bisnis seperti perseroan terbatas
PT. Jenis kepemilikan institusional dalam penelitian ini adalah kepemilikan publik.
Jumlah dewan komisaris berpengaruh terhadap efektif tidaknya pengawasan kinerja manajemen. Menurut Jansen 1993 dalam Ma’ruf
2006, jumlah dewan komisaris yang relatif kecil dapat membantu meningkatkan kinerja mereka dalam memonitor manajer. Jumlah dewan
komisaris yang terlalu besar dalam hal ini Jansen menyebutkan lebih dari
Universitas Sumatera Utara
tujuh orang tidak dapat berfungsi secara optimal dan akan lebih mudah dikontrol oleh manajer, terutama karena dewan komisaris sendiri disibukkan
oleh masalah koordinasi. Jika manajer dapat mengontrol dewan komisaris serta adanya asimetris informasi maka akan leluasa bagi manajer melakukan
manajemen laba. Komite Nasional Kebijakan Governance 2004 dalam Isnanta 2008
mengungkapkan, Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang
tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari
hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau
bertindak semata -mata demi kepentingan perusahaan.
Proporsi dewan komisaris independen diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar
perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan.
Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik good corporate governance, BEI dalam Surat Edaran BEI No. SE-
008BEJ12-2001 mewajibkan perusahaaan tercatat wajib memiliki komisaris independen dan komite audit. Keanggotaan komite audit
sekurang-kurangnya 3 anggota, seorang diantaranya komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite, sedangkan pihak lain
adalah pihak eksternal yang independen dan minimal salah seorang memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan. Komite audit
Universitas Sumatera Utara
diukur dengan menggunakan indikator presentase anggota komite audit yang berasal dari luar komite audit terhadap seluruh anggota komite audit.
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil penelitian yang dilakukan
Nasution dan Setiawan 2007 pada industri perbankan selama tahun pengamatan 2000-2004 menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris, ukuran dewan
komisaris, dan keberadaan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Nofiani 2008 pada sektor yang
sama periode tahun 2005-2006 menunjukkan bahwa komite audit dan ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan
komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Ujiyantho dan Pramuka 2007 dalam penelitiannya terhadap perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2001-2004 menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba, sedangkan kepemilikan manajerial dan keberadaan komisaris independen terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian Veronica
dan Utama 2006 terhadap perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode non krisis 1995-1996 dan 1999-2002 menunjukkan bahwa komponen corporate
governance kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, keberadaan komite audit dan rasio hutang berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba; sedangkan kepemilikan keluarga dan pertumbuhan perusahaan
Universitas Sumatera Utara